Breaking News

Tangis Seorang Ibu: Permintaan Maaf di Tengah Duka Pembunuhan Satpam di Bogor

Farida Felix menangis meminta maaf saat diwawancarai di Polresta Bogor Kota

D'On, Bogor –
Isak tangis seorang ibu menggema di Markas Polresta Bogor Kota pada Senin (20/1). Farida Felix, ibu dari Abraham (27 tahun), tersangka kasus pembunuhan seorang satpam di kompleks perumahan mewah di Kota Bogor, muncul dengan wajah penuh penyesalan. Dalam keterangannya, Farida mengungkapkan betapa hancurnya perasaannya, sembari memohon maaf kepada keluarga korban, Septian.

Abraham, putra Farida, kini menghadapi pasal berat: Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian. Hukuman terberatnya, vonis mati, kini menjadi bayangan kelam dalam hidup Abraham dan keluarganya.

Dengan suara bergetar, Farida menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan keluarga Septian. "Saya ingin sekali bertemu dengan keluarganya Septian, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Saya tidak tahu di mana rumahnya, tidak tahu alamatnya, tidak tahu nomor teleponnya," ujarnya, dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

Penyesalan yang Mendalam

Farida, yang sehari-hari bekerja sebagai pengacara, tak kuasa menahan kesedihannya. Ia merasa bersalah atas tindakan anaknya, meski ia menyebut bahwa perbuatan itu didasari oleh pengaruh obat-obatan. "Kalau saya bisa bertemu keluarganya, saya akan berlutut kepada ibunya Septian. Saya berlutut, memohon maaf atas apa yang telah dilakukan anak saya," kata Farida dengan suara serak, sesekali terisak.

Farida mengingat betapa baiknya Septian, sosok yang kini telah tiada. "Septian itu anak yang sangat baik. Dia selalu menyapa saya dengan ramah, ‘Selamat pagi Bu’, ‘Selamat malam Bu’. Saya sangat sedih. Sangat sedih," lanjutnya, mengenang momen-momen kecil yang kini berubah menjadi kenangan pahit.

Harapan Bertemu Keluarga Korban

Keinginan Farida untuk bertemu keluarga Septian begitu besar. Ia berharap dapat menyampaikan permohonan maaf secara langsung, meski ia tahu itu tak akan menghapus luka yang telah terjadi. "Sejak tahu kejadian ini, jantung saya terus berdebar-debar, saya merasa sakit. Saya ingin bertemu dengan orang tuanya Septian, dengan istrinya Septian, untuk meminta maaf," ujarnya dengan nada penuh kepedihan.

Diketahui, keluarga Septian tinggal di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Namun hingga kini, Farida belum menemukan jalan untuk menjangkau mereka.

Tragedi yang Menghancurkan Dua Keluarga

Kasus ini bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga membawa kehancuran bagi keluarga pelaku. Farida kini berada dalam dilema besar sebagai seorang ibu. Di satu sisi, ia ingin bertanggung jawab atas apa yang dilakukan putranya. Di sisi lain, ia harus menerima kenyataan bahwa anak yang dibesarkannya terancam hukuman berat.

"Sebagai seorang ibu, ini adalah mimpi buruk yang tak pernah saya bayangkan. Saya ingin meminta maaf. Saya ingin menebus rasa bersalah ini, meskipun saya tahu itu tak akan mengembalikan nyawa Septian," tutup Farida dengan suara lirih.

Tragedi ini menjadi pengingat akan betapa besar dampak sebuah kejahatan, tidak hanya bagi korban, tetapi juga bagi keluarga pelaku. Dua keluarga kini sama-sama hidup dalam duka dan kehancuran. Di tengah semua itu, harapan untuk saling memaafkan mungkin menjadi secercah cahaya di tengah gelapnya tragedi ini.

(Mond)

#Pembunuhan #Kriminal #AnakMajikanBunuhSatpam