Tawuran Pecah di Depan SPBU Kayu Kalek: Ancaman Ketertiban di Koto Tangah Kian Meningkat
Ilustrasi Tawuran
D'On, Padang - Tawuran antar kelompok remaja kembali mengguncang ketenangan warga Kecamatan Koto Tangah pada Kamis dini hari, 2 Januari 2025. Insiden ini terjadi tepat di depan SPBU Kayu Kalek, Jalan Adinegoro, hanya berjarak sekitar 300 meter dari kantor Polsek Koto Tangah. Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan kerusakan di area sekitar tetapi juga menciptakan ketegangan yang meresahkan masyarakat.
Kronologi Kejadian
Menurut sejumlah saksi mata, bentrokan dimulai sekitar pukul 01.30 WIB. Kelompok-kelompok remaja yang bersenjatakan benda tumpul dan tajam terlihat saling menyerang di tengah jalan raya yang biasanya ramai kendaraan. Salah seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa suara teriakan dan benturan benda keras terdengar hingga ke perumahan sekitar.
“Saya langsung menutup pintu dan mematikan lampu rumah. Khawatir kalau tawurannya makin mendekat,” ungkapnya.
Beberapa kendaraan yang kebetulan melintas terpaksa berhenti dan memutar arah demi menghindari bahaya. Akibat peristiwa ini, jalan di sekitar SPBU Kayu Kalek sempat macet karena pengendara merasa tidak aman untuk melintas.
Reaksi Warga
Warga sekitar mengaku semakin khawatir dengan kejadian tawuran yang terus berulang. Selain membahayakan keselamatan, aksi tersebut juga kerap merusak fasilitas umum seperti lampu penerangan jalan, papan reklame, hingga kaca bangunan di sekitar lokasi.
“Ini sudah sering terjadi, tapi sepertinya belum ada langkah konkret dari pihak berwenang untuk menghentikannya. Kami hanya bisa berharap keamanan ditingkatkan,” ujar seorang pedagang setempat.
Kedekatan Lokasi dengan Polsek Koto Tangah
Yang mengejutkan, lokasi tawuran hanya berjarak sekitar 300 meter dari kantor Polsek Koto Tangah. Hal ini memunculkan pertanyaan besar di kalangan warga: mengapa tawuran masih bisa terjadi sedekat itu dengan markas polisi? Beberapa warga menyayangkan lambannya respon aparat, meskipun sudah ada beberapa upaya patroli rutin sebelumnya.
“Saya kira, karena jaraknya dekat, polisi bisa cepat bertindak. Tapi kenyataannya, tawuran tetap terjadi,” keluh seorang warga lainnya.
Akar Masalah Tawuran
Tawuran remaja seperti ini kerap dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari rivalitas kelompok, pengaruh pergaulan, hingga kurangnya pengawasan dari orang tua. Tidak sedikit pula yang mengaitkan maraknya aksi tawuran dengan lemahnya pembinaan moral di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Psikolog sosial, Dr. Rina Safitri, menyoroti pentingnya pendekatan edukasi dan penyelesaian konflik yang lebih mendalam. “Remaja butuh ruang positif untuk menyalurkan energi mereka. Tanpa itu, mereka akan mencari pelarian yang destruktif, seperti tawuran,” jelasnya.
Warga berharap pihak berwenang mengambil langkah tegas untuk menindak pelaku tawuran, sekaligus meningkatkan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga kedamaian. Selain itu, peran keluarga, sekolah, dan masyarakat luas juga dinilai krusial untuk mencegah konflik serupa di kemudian hari.
“Kalau tidak segera diatasi, kami khawatir situasi ini akan semakin parah. Jangan sampai tawuran jadi pemandangan biasa di Lubuk Buaya,” tegas seorang tokoh masyarakat setempat.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat tidak hanya bergantung pada aparat, tetapi juga kerja sama seluruh elemen masyarakat. Akankah insiden ini menjadi yang terakhir, atau justru pertanda masalah yang lebih besar? Waktu yang akan menjawab.
(Mond)
#Tawuran #Padang