Breaking News

Tragedi di Nias Selatan: Bocah 10 Tahun Diduga Dianiaya Keluarga, Tangan Patah Tinggal di Kandang Anjing

Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak 

D'On, Nias Selatan –
Sebuah kasus memilukan tengah menjadi sorotan publik di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Seorang bocah perempuan berusia 10 tahun diduga mengalami tindakan penganiayaan berat oleh keluarganya sendiri. Kabar ini menyebar luas setelah sebuah video yang menceritakan kisah memilukan bocah tersebut beredar di media sosial.

Dalam video tersebut, dinarasikan bahwa sang bocah tidak hanya mengalami patah kaki yang hingga kini terlihat bengkok akibat dugaan penganiayaan, tetapi ia juga mengaku sering dipaksa tinggal di tempat yang tidak manusiawi, seperti kandang anjing. Kisah ini memantik emosi dan keprihatinan masyarakat, yang mendesak agar kasus ini segera diusut hingga tuntas.

Langkah Cepat dari Kepolisian
Menanggapi laporan yang viral ini, Kapolres Nias Selatan, AKBP Ferry Mulyana, bergerak cepat dengan mengerahkan tim untuk melakukan penyelidikan mendalam. Pada Senin (27/1), Ferry bersama jajarannya memulai proses pengecekan terkait kebenaran informasi yang beredar.

"Kami sudah menurunkan tim untuk mendalami kasus ini. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, dan kami akan terus berupaya mengungkap fakta yang sebenarnya," ujar Ferry dalam keterangan resminya, Selasa (28/1).

Meski penyelidikan tengah berlangsung, Ferry meminta masyarakat untuk bersikap tenang dan tidak terburu-buru menarik kesimpulan atau menyebarkan asumsi yang belum terbukti kebenarannya. "Kami akan bekerja profesional dan transparan agar keadilan bisa ditegakkan. Masyarakat juga harus bijak, jangan sampai menyebarkan informasi yang tidak benar," tegasnya.

Tantangan Mendalami Fakta
Penyelidikan kasus ini tidak mudah. Polisi harus memilah informasi yang tersebar di media sosial dan membandingkannya dengan fakta di lapangan. Sejumlah saksi yang dianggap mengetahui peristiwa tersebut telah dimintai keterangan, namun duduk perkara kasus ini masih terus digali.

Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah kondisi fisik dan psikologis korban. Jika laporan tentang patah kaki dan tempat tinggal tak layak itu benar, maka tindakan ini masuk dalam kategori penganiayaan berat yang harus ditangani dengan serius.

"Kami berjanji untuk terus memberikan pendampingan kepada korban hingga kasus ini tuntas dan keadilan ditegakkan," lanjut Ferry.

Panggilan untuk Keadilan
Kasus ini tidak hanya mengusik hati masyarakat Nias Selatan, tetapi juga menjadi refleksi atas pentingnya perlindungan terhadap anak di Indonesia. Jika benar sang bocah mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga, maka hal ini menjadi tamparan keras bagi sistem sosial dan hukum yang seharusnya melindungi mereka yang paling rentan.

Pengabaian terhadap hak-hak anak bisa berdampak panjang, baik secara fisik maupun mental. Sebagai masyarakat, kita perlu mendorong agar setiap kasus kekerasan terhadap anak ditangani dengan serius, tanpa kompromi terhadap pelaku.

Pihak kepolisian berjanji akan bekerja keras untuk mengungkap kebenaran dan memastikan keadilan ditegakkan. Sementara itu, masyarakat diminta untuk tetap bijak dalam menerima informasi dan menghindari penyebaran berita yang belum terverifikasi, demi mencegah kerugian lebih lanjut pada korban maupun proses hukum yang berjalan.

Kita Tidak Bisa Diam
Kisah bocah ini menjadi pengingat bahwa masih banyak anak-anak di luar sana yang hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan pengabaian. Sudah saatnya semua pihak – pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait – bersatu untuk menciptakan lingkungan yang aman dan layak bagi generasi penerus bangsa.

Mari kita tunggu hasil penyelidikan ini dengan harapan bahwa keadilan akan berpihak kepada mereka yang membutuhkan, khususnya seorang anak kecil yang seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya dengan penuh cinta dan perhatian.

(Mond)

#Viral #Penyiksaan #Penganiayaan #KekerasanTerhadapAnak