Tragedi Penusukan di Jalan Prof. Dr. Hamka: Potret Kelam Pengelolaan Terminal Transportasi di Kota Padang
D'On, Padang – Jalan Prof. Dr. Hamka, kawasan yang biasanya riuh oleh aktivitas bus-bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), kini berubah senyap. Lokasi yang sering disebut “terminal bayangan” di depan Kampus Universitas Negeri Padang (UNP) itu menjadi sorotan tajam setelah insiden tragis penusukan antaragen bus yang terjadi pada Jumat sore (17/1).
Yandra Saputra (39), seorang agen bus Sarah, tewas setelah ditusuk oleh SC (47), agen bus Tintin, akibat perebutan penumpang. Peristiwa berdarah ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mencerminkan buruknya pengelolaan transportasi dan lemahnya pengawasan terminal resmi di Sumatera Barat.
Perubahan Wajah Jalan Hamka: Dari Riuh Menjadi Mencekam
Jalan Prof. Dr. Hamka, yang selama ini identik dengan deretan bus parkir sembarangan, kini lengang. Biasanya, kemacetan di kawasan ini menjadi pemandangan harian, diiringi hiruk-pikuk agen bus yang sibuk mencari penumpang. Namun, pasca-insiden, suasana berubah drastis.
“Kami takut beraktivitas seperti biasa. Jalan ini sering jadi lokasi kejahatan, dan sekarang penusukan terjadi. Ini sangat mengkhawatirkan,” ungkap Rini, seorang mahasiswa UNP.
Ia menambahkan bahwa tindakan kriminal di kawasan ini bukan hal baru. “Mulai dari pencurian motor, pengemis yang mencuri laptop, hingga penusukan ini. Kalau tidak segera ditertibkan, kejahatan akan terus terjadi,” keluhnya.
Suasana mencekam ini juga dirasakan oleh warga sekitar yang berharap ada langkah cepat dari pemerintah untuk menertibkan kawasan tersebut.
Terminal Resmi yang Tak Berfungsi: Kritik Pedas untuk Pemerintah
Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Terminal Anak Aia, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2023, diharapkan mampu mengatasi masalah terminal bayangan. Namun, kenyataannya, fasilitas terminal resmi tersebut dinilai minim sarana dan prasarana.
Rustam Efendi, anggota DPRD Kota Padang, menyatakan bahwa insiden ini adalah hasil dari lemahnya sinergi antara pemerintah dan pengusaha transportasi. “Terminal resmi yang sudah diresmikan tidak bisa berfungsi optimal. Kalau tidak ada perbaikan infrastruktur dan pengelolaan, masalah seperti ini akan terus terulang,” ujarnya.
Terminal bayangan di Jalan Hamka terus tumbuh subur karena lokasi resmi dianggap tidak memadai. Hal ini memicu agen-agen bus untuk tetap beroperasi di luar terminal resmi, memanfaatkan celah kelemahan pengawasan pemerintah.
Desakan dari Kampus dan Warga: Waktunya Bertindak Tegas
Pihak Universitas Negeri Padang turut angkat bicara. Dr. Erianjoni, sekretaris UNP, mengungkapkan bahwa masalah ini telah lama menjadi perhatian kampus. “Jalan ini sudah sering menjadi lokasi kecelakaan karena bus AKDP yang parkir sembarangan. Kami sudah berkali-kali meminta instansi terkait untuk menertibkan, tapi hasilnya nihil,” katanya.
Drs. Ardi, M.Si, dosen UNP, menyoroti kurangnya koordinasi antarinstansi pemerintah. “Terminal bayangan ini sudah menjadi sumber masalah besar. Pemerintah, aparat keamanan, dan pengusaha transportasi harus duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau tidak, harus ada tindakan tegas untuk melarang aktivitas ilegal di kawasan ini,” tegasnya.
Pelaku Diamankan, Warga Menuntut Solusi Konkret
SC, pelaku penusukan, telah ditangkap oleh petugas keamanan kampus dan diserahkan ke Polresta Padang. Korban, Yandra, meninggal dunia akibat luka tusukan di bagian dada kiri, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekannya.
Insiden ini kembali menegaskan perlunya tindakan konkret dari pemerintah. Rustam Efendi mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas. “Jangan tunggu ada korban berikutnya baru bertindak. Ini masalah serius yang harus segera diselesaikan,” katanya.
Catatan Kelam Transportasi Sumatera Barat: Waktunya Berbenah
Kejadian tragis ini adalah potret buram dari sistem transportasi di Sumatera Barat. Terminal bayangan yang dibiarkan tumbuh tanpa pengawasan hanya menjadi bom waktu bagi masalah yang lebih besar. Pemerintah diharapkan hadir dengan solusi nyata, mulai dari perbaikan infrastruktur, pengelolaan terminal resmi, hingga pengawasan ketat di kawasan rawan.
Suara warga, mahasiswa, dan pihak kampus kini semakin lantang mendesak perubahan. Mereka menanti langkah nyata yang tidak hanya menjadi janji, tetapi benar-benar dirasakan dampaknya. Kejadian ini harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah untuk memperbaiki wajah transportasi di Sumatera Barat, sebelum tragedi serupa terulang kembali.