Turis Asing Berkelahi dengan Marbut Masjid di Puncak, Dipicu Kesalahpahaman Budaya
Viral Video Turis Arab Berkelahi dengan Marbut Masjid di Puncak, Diduga karena Kendala Bahasa. Source: AL warga sekitar.. foto/video: Instagram
D'On, Bogor - Sebuah insiden tak terduga terjadi di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang kini tengah menjadi sorotan publik. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, seorang warga negara asing (WNA) yang diduga berasal dari Timur Tengah terlibat perkelahian dengan seorang marbut masjid. Peristiwa itu diketahui terjadi di Masjid Al Muqsit, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, pada Minggu sore, 12 Januari 2025.
Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram @bogordailynews pada Senin, 13 Januari 2025. Dalam rekaman singkat itu, terlihat suasana panas saat keduanya terlibat adu mulut yang kemudian berujung pada aksi baku hantam. Beberapa pengunjung masjid dan warga sekitar terlihat mencoba melerai keduanya, meski suasana tampak sulit terkendali.
Pemicu Keributan: Kesalahpahaman dan Perbedaan Budaya
Menurut informasi yang dihimpun dari saksi mata dan keterangan yang tertera dalam unggahan tersebut, konflik bermula ketika turis asing tersebut kedapatan buang air kecil di area wudu masjid. Tak berhenti di situ, ia juga tetap mengenakan sandal saat memasuki area masjid, yang tentu saja melanggar aturan kebersihan dan kesucian masjid di Indonesia.
Ketika ditegur oleh marbut masjid, turis tersebut diduga merasa tidak terima. Perbedaan bahasa dan budaya tampaknya memperkeruh situasi, hingga akhirnya terjadi adu fisik. Dalam budaya Timur Tengah, beberapa masjid memang memperbolehkan penggunaan sandal di area tertentu, sehingga hal ini mungkin menjadi sumber kesalahpahaman.
Salah seorang saksi mata menyebutkan bahwa turis tersebut tampaknya tidak memahami aturan adat dan kebiasaan di masjid-masjid Indonesia. “Kalau di sana (Timur Tengah), mungkin bebas. Tapi ini Indonesia, semua orang harus patuh pada aturan setempat,” ujarnya.
Viral di Media Sosial, Warganet Beragam Komentar
Video insiden ini segera menyebar luas di media sosial, memancing berbagai reaksi dari warganet. Komentar-komentar pun bermunculan, mencerminkan beragam perspektif terhadap peristiwa ini. Beberapa warganet mengkritik tindakan turis yang dianggap tidak menghormati budaya setempat.
“Sudah ada bacaan batas suci, tapi ngeyel tetap pakai sandal. Marbut negur, mungkin orang Arabnya tidak terima,” tulis seorang pengguna.
Sementara itu, ada pula yang mengaitkan masalah ini dengan dominasi wisatawan Timur Tengah di kawasan Puncak. “Arab sudah anggap Cisarua dan Puncak seolah milik mereka. Coba cek visanya masih berlaku enggak?” tulis pengguna lain dengan nada kritis.
Namun, tak sedikit pula yang berusaha memahami situasi tersebut dari sudut pandang lain. “Mungkin salah paham. Kalau di Arab bebas masuk pakai sandal, tapi di Indonesia harus lepas sandal. Dia enggak paham budaya kita,” komentar seorang warganet yang mencoba meluruskan masalah.
Puncak: Destinasi Favorit Wisatawan Timur Tengah
Kawasan Puncak selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, terutama dari Timur Tengah. Dengan iklimnya yang sejuk dan pemandangan alam yang menakjubkan, Puncak menawarkan pengalaman wisata yang berbeda dari kota-kota besar Indonesia.
Tak jarang, wisatawan asing dari negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan lainnya mampir ke masjid-masjid atau musala di sepanjang perjalanan mereka untuk beribadah. Namun, perbedaan budaya dan kurangnya pemahaman akan adat setempat sering kali memicu gesekan, sebagaimana yang terjadi dalam insiden ini.
Menyoroti Pentingnya Edukasi Budaya
Peristiwa ini menyisakan pelajaran penting, baik bagi wisatawan asing maupun masyarakat lokal. Edukasi mengenai budaya dan adat istiadat lokal menjadi kunci utama untuk mencegah konflik serupa di masa depan. Pemerintah daerah dan pengelola wisata di kawasan Puncak mungkin perlu lebih aktif memberikan informasi kepada para wisatawan tentang aturan dan norma yang berlaku di Indonesia, termasuk di tempat ibadah.
Di sisi lain, masyarakat lokal juga diharapkan dapat menghadapi situasi semacam ini dengan kepala dingin dan pendekatan yang lebih persuasif. Dengan demikian, harmoni antara budaya lokal dan pengunjung internasional dapat terjaga.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi resmi mengenai kelanjutan dari insiden tersebut. Namun, kejadian ini diharapkan menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih saling memahami dan menghormati perbedaan budaya di tengah dinamika pariwisata global.
(Mond/L6)
#Peristiwa #Perkelahian #Viral