Breaking News

10 Mega Korupsi Terbesar di Indonesia: Negara Rugi Ratusan Triliun, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Ilustrasi 

Dirgantaraonline
 – Skandal demi skandal terus mengguncang negeri ini. Kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina baru-baru ini kembali menegaskan bahwa Indonesia masih terjerat dalam lingkaran korupsi berskala besar. Dengan total kerugian negara yang mencengangkan—mencapai Rp 193,7 triliun—skandal ini masuk dalam daftar kasus mega korupsi terbesar sepanjang sejarah. Namun, ini bukan yang pertama.

Dari sektor perbankan, komoditas, hingga investasi asuransi, sederet kasus korupsi telah melumpuhkan perekonomian Indonesia. Berikut adalah 10 kasus mega korupsi terbesar yang telah merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah:

1. Skandal Tata Niaga Timah – Rp 300 Triliun

Kasus ini bukan hanya soal korupsi, tetapi juga kehancuran lingkungan dalam skala tak terbayangkan.

Selama bertahun-tahun, tata niaga timah di Bangka Belitung dikendalikan oleh segelintir elite dengan dalih bisnis legal. Namun, di balik layar, praktik ilegal merajalela. PT Timah Tbk terjerat dalam pusaran korupsi yang melibatkan pengusaha kelas kakap Harvey Moeis dan eks Direktur Utama Mochtar Riza Pahlevi Tabrani.

Dari Rp 300 triliun yang dikorupsi, Rp 271 triliun berasal dari kerusakan lingkungan akibat pertambangan ilegal. Hutan-hutan hancur, ekosistem laut rusak, dan masyarakat setempat hanya bisa gigit jari melihat kekayaan alam mereka dirampas tanpa ampun.

2. Skandal Oplosan Minyak Pertamina – Rp 193,7 Triliun

Bensin yang Anda gunakan mungkin pernah menjadi bagian dari skandal ini.

Kejaksaan Agung mengungkap bahwa tata kelola minyak di PT Pertamina Patra Niaga penuh dengan praktik curang. Minyak mentah dioplos, transaksi di-markup, dan uang miliaran rupiah berpindah tangan dengan mudah.

Mantan Direktur Utama Riva Siahaan bersama pemilik PT Navigator Khatulistiwa menjadi bagian dari permainan kotor ini. Kerugian sementara mencapai Rp 193,7 triliun, dan angka ini bisa terus bertambah seiring dengan penyelidikan yang masih berlangsung.

3. Skandal BLBI – Rp 138 Triliun

Bantuan yang seharusnya menyelamatkan bank justru mengalir ke kantong para konglomerat.

Saat krisis moneter 1997 menghantam, pemerintah menyalurkan Rp 137,7 triliun melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk menyelamatkan 48 bank. Tapi apa yang terjadi? Dana ini tidak pernah kembali ke kas negara.

Banyak pemilik bank justru menggunakan dana talangan ini untuk memperkaya diri. Penyidikan kasus ini sempat dihentikan pada 2008 dengan dalih tidak ada pelanggaran hukum. Sebuah tamparan keras bagi rakyat yang berharap keadilan.

4. Skandal Duta Palma – Rp 78 Triliun

Bukan hanya soal uang, tetapi juga kehancuran 37.000 hektar lahan.

Perusahaan kelapa sawit PT Duta Palma Group, yang dimiliki oleh Surya Darmadi, melakukan perampasan lahan secara ilegal. Lahan seluas 37.000 hektar di Riau dijadikan perkebunan pribadi tanpa izin yang sah.

Dampaknya? Kerugian negara mencapai Rp 78 triliun, termasuk kerusakan ekosistem dan hilangnya potensi pendapatan negara. Surya Darmadi kini mendekam di penjara, tapi hutan-hutan yang telah hilang tak akan pernah kembali.

5. Skandal Kondensat PT TPPI – Rp 37,8 Triliun

Minyak bernilai miliaran rupiah menguap tanpa jejak.

Kasus ini terjadi di kilang minyak Tuban, Jawa Timur, di mana PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) secara ilegal mengolah kondensat yang seharusnya menjadi aset negara.

Mantan Kepala BP Migas Raden Priyono dan eks Deputi Finansial Ekonomi Djoko Harsono telah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. Tapi pertanyaannya: bisakah negara benar-benar mengembalikan uang Rp 37,8 triliun yang telah hilang?

6. Skandal Asabri – Rp 22,7 Triliun

Dana pensiun prajurit militer dijarah tanpa belas kasihan.

PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) seharusnya menjadi jaminan masa depan bagi prajurit TNI-Polri. Namun, justru para petinggi perusahaan ini bersekongkol dengan Benny Tjokrosaputro, menciptakan skema investasi bodong yang menguras dana sebesar Rp 22,7 triliun.

7. Skandal Jiwasraya – Rp 16,8 Triliun

Polis asuransi yang seharusnya menjamin kesejahteraan malah menjadi alat perampokan.

Benny Tjokro kembali menjadi dalang dalam kasus ini. Bersama rekan-rekannya, mereka menyulap dana investasi nasabah Jiwasraya menjadi skema ponzi.

Akibatnya, Rp 16,8 triliun lenyap, dan ribuan nasabah kehilangan uang mereka. Benny dihukum 20 tahun penjara, tetapi kepercayaan terhadap industri asuransi Indonesia telah runtuh.

8. Skandal Ekspor Minyak Sawit Mentah – Rp 12 Triliun

Minyak goreng langka, tapi kartel sawit meraup keuntungan besar.

Pada 2021-2022, kebijakan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dimanipulasi oleh mafia sawit. Hasilnya? Rp 12 triliun masuk ke kantong para pengusaha, sementara rakyat dipaksa membayar harga minyak goreng yang meroket.

9. Skandal Garuda Indonesia – Rp 9,37 Triliun

Pesawat baru, tapi utang makin menumpuk.

Pengadaan pesawat CRJ-1000 dan ATR 72-600 pada 2011 melibatkan suap besar-besaran. Mantan Dirut Garuda, Emirsyah Satar, terjerat dalam kasus ini, dan negara mengalami kerugian Rp 9,37 triliun.

10. Skandal BTS 4G – Rp 8 Triliun

Proyek infrastruktur digital yang berubah menjadi ladang korupsi.

Eks Menteri Kominfo Johnny G. Plate terlibat dalam skandal Rp 8 triliun yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur BTS 4G di daerah terpencil. Alih-alih mempercepat transformasi digital, uang ini justru dipakai untuk kepentingan pribadi.

Korupsi, Musuh Nomor Satu Bangsa

Dari daftar ini, terlihat jelas bahwa korupsi di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Ratusan triliun rupiah yang seharusnya digunakan untuk membangun negeri justru masuk ke kantong segelintir orang.

Apakah ini akan terus berlanjut? Ataukah sudah waktunya bagi Indonesia untuk benar-benar memberantas korupsi hingga ke akarnya?

(Mond)

#SkandalKorupsiTerbesarIndonesia #Korupsi #Nasional #LigaKorupsiIndonesia