7 Penyebab Susah Cari Kerja di Zaman Ini: Mengapa Banyak Orang Sulit Mendapat Pekerjaan?
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Di zaman yang semakin modern ini, mencari pekerjaan bukan hanya tentang memiliki ijazah dan pengalaman kerja. Persaingan semakin ketat, teknologi terus berkembang, dan dinamika dunia kerja berubah dengan cepat. Banyak orang yang mengeluh sulit mendapatkan pekerjaan, meskipun merasa sudah memenuhi syarat. Apa sebenarnya penyebab utama dari sulitnya mencari kerja saat ini? Artikel ini akan mengupas secara rinci tujuh faktor utama yang membuat banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
1. Persaingan yang Semakin Ketat
Salah satu faktor utama sulitnya mendapatkan pekerjaan adalah persaingan yang semakin ketat. Jumlah lulusan baru terus meningkat setiap tahunnya, sementara jumlah lapangan pekerjaan tidak selalu bertambah dengan kecepatan yang sama. Ditambah lagi, banyak perusahaan kini lebih selektif dalam memilih kandidat, mencari pekerja dengan keterampilan yang lebih spesifik dan relevan dengan kebutuhan mereka.
Selain itu, tidak hanya lulusan baru yang bersaing, tetapi juga pekerja yang terkena PHK, orang-orang yang ingin beralih karier, dan mereka yang kembali ke dunia kerja setelah lama berhenti. Akibatnya, persaingan semakin tajam, dan hanya mereka yang memiliki nilai lebih yang akan mendapatkan pekerjaan.
2. Kurangnya Keterampilan yang Dibutuhkan di Dunia Kerja
Banyak orang mengandalkan ijazah tanpa menyadari bahwa dunia kerja saat ini lebih menghargai keterampilan dibanding sekadar gelar akademik. Perusahaan mencari kandidat yang memiliki hard skills seperti penguasaan teknologi, analisis data, desain grafis, atau coding, serta soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah.
Sayangnya, banyak pencari kerja yang masih mengandalkan keterampilan konvensional tanpa mengembangkan keahlian baru. Akibatnya, mereka kalah bersaing dengan kandidat lain yang lebih siap menghadapi tuntutan zaman.
3. Perubahan Teknologi dan Digitalisasi
Kemajuan teknologi mengubah banyak aspek dunia kerja. Pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga manusia kini dapat digantikan oleh otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI). Contohnya, di bidang administrasi, banyak tugas yang kini dapat dilakukan oleh perangkat lunak, mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia.
Selain itu, perusahaan semakin banyak menggunakan platform digital untuk merekrut karyawan, seperti LinkedIn dan job portal berbasis AI yang menyaring kandidat berdasarkan algoritma tertentu. Jika seseorang tidak memiliki jejak digital yang kuat atau tidak memahami cara kerja sistem ini, mereka bisa tertinggal dalam proses perekrutan.
4. Ekspektasi Gaji yang Terlalu Tinggi
Banyak pencari kerja yang menginginkan gaji tinggi tanpa mempertimbangkan apakah pengalaman dan keterampilan mereka sudah sepadan dengan bayaran yang diharapkan. Perusahaan tentu mencari keseimbangan antara kualitas tenaga kerja dan biaya operasional.
Jika seseorang meminta gaji yang terlalu tinggi dibandingkan nilai yang bisa mereka berikan, perusahaan cenderung mencari kandidat lain yang lebih realistis dalam ekspektasi mereka. Fleksibilitas dalam gaji dan manfaat kerja bisa menjadi faktor yang membedakan antara diterima atau ditolak dalam sebuah proses rekrutmen.
5. Kurangnya Jaringan dan Koneksi Profesional
Di dunia kerja modern, networking atau membangun jaringan profesional menjadi salah satu cara paling efektif untuk mendapatkan pekerjaan. Banyak lowongan pekerjaan tidak dipublikasikan secara terbuka, melainkan dibagikan melalui rekomendasi internal atau jejaring profesional.
Bagi mereka yang tidak aktif membangun koneksi, baik melalui media sosial profesional seperti LinkedIn atau menghadiri acara industri, peluang mendapatkan pekerjaan bisa lebih kecil. Koneksi yang baik bisa membuka pintu ke informasi lowongan kerja yang tidak tersedia di tempat umum.
6. Kurangnya Pengalaman dan Portofolio yang Relevan
Banyak perusahaan menginginkan pekerja yang sudah berpengalaman, bahkan untuk posisi entry-level sekalipun. Hal ini menjadi tantangan bagi lulusan baru atau mereka yang ingin berpindah bidang pekerjaan.
Namun, pengalaman tidak selalu berarti harus bekerja di perusahaan besar. Mengikuti magang, proyek freelance, atau pekerjaan sukarela juga bisa menjadi cara untuk membangun pengalaman dan portofolio yang kuat. Tanpa pengalaman atau bukti keterampilan yang jelas, seorang kandidat akan sulit meyakinkan perekrut bahwa mereka adalah pilihan yang tepat.
7. Kesalahan dalam Strategi Mencari Kerja
Banyak orang gagal mendapatkan pekerjaan karena mereka menggunakan strategi pencarian kerja yang kurang efektif. Beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan adalah:
- Mengirimkan CV yang sama ke banyak perusahaan, tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.
- Tidak memiliki cover letter yang menjelaskan mengapa mereka cocok untuk posisi yang dilamar.
- Kurang mempersiapkan diri dalam wawancara kerja, seperti tidak memahami visi perusahaan atau tidak bisa menjelaskan kelebihan mereka dengan baik.
- Tidak aktif mencari informasi tentang perusahaan atau posisi yang dilamar.
Strategi mencari kerja harus disesuaikan dengan zaman. Mengoptimalkan profil LinkedIn, membangun portofolio digital, dan memahami cara kerja sistem ATS (Applicant Tracking System) dapat meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan.
Adaptasi adalah Kunci
Mencari kerja di zaman sekarang memang tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Persaingan yang semakin ketat, perubahan teknologi, dan ekspektasi dunia kerja yang berbeda menuntut pencari kerja untuk beradaptasi, belajar, dan terus meningkatkan keterampilan.
Alih-alih hanya mengandalkan ijazah, mulailah membangun keahlian yang relevan, memperluas jaringan profesional, dan menggunakan strategi pencarian kerja yang efektif. Dengan persiapan yang tepat, peluang mendapatkan pekerjaan yang diinginkan akan jauh lebih besar.
(***)
#SulitMencariKerja