900 Kg Bom MK-84 dari AS Tiba di Israel: Simbol Aliansi Strategis di Tengah Konflik
Ilustrasi bom Israel. Foto: KAWNAT HAJU/AFP
D'On, Ashdod, Israel – Sebuah kapal kargo besar bersandar di Pelabuhan Ashdod pada Minggu (16/2) malam, membawa muatan yang menjadi perbincangan global: bom MK-84 seberat 900 kilogram dari Amerika Serikat. Pengiriman ini, yang sebelumnya sempat ditangguhkan, kini telah tiba, menggarisbawahi hubungan strategis antara Washington dan Tel Aviv di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan.
Menurut pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Israel, amunisi yang tiba itu segera dipindahkan ke pangkalan udara menggunakan puluhan truk militer yang telah disiagakan. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyambut kedatangan bom ini dengan menyebutnya sebagai “aset penting bagi Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF)”, menegaskan kembali betapa eratnya hubungan keamanan antara Israel dan AS.
Dinamika Politik di Balik Pengiriman Bom
Kedatangan MK-84 ini bukan sekadar transaksi jual beli senjata biasa. Ini adalah hasil dari perubahan kebijakan yang signifikan di Gedung Putih. Sebelumnya, pemerintahan Presiden Joe Biden menunda pengiriman ini pada Mei 2024, dengan alasan kekhawatiran dampak bom terhadap warga sipil di Gaza, khususnya di Rafah, yang menjadi titik utama eksodus pengungsi Palestina. Namun, situasi berubah drastis setelah Presiden Donald Trump kembali ke tampuk kekuasaan.
Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One, Sabtu (24/1), Trump menegaskan bahwa keputusan untuk melanjutkan pengiriman bom ini murni didasarkan pada perjanjian jual beli.
“Kami melepaskannya hari ini. Mereka membayarnya dan sudah menunggu lama,” ujar Trump singkat namun tegas ketika ditanya alasan pencabutan penangguhan tersebut.
Ketika seorang reporter menyinggung kembali alasan Biden menunda pengiriman—yakni kekhawatiran atas dampak kemanusiaan—Trump hanya menjawab dengan satu kalimat: “Karena mereka membelinya.”
Jawaban itu mencerminkan pendekatan pragmatis dan transaksional Trump dalam kebijakan luar negeri, terutama dalam hubungan AS-Israel, yang dikenal sebagai salah satu aliansi terkuat di dunia.
Israel dan Gelombang Bantuan Militer dari AS
Bom MK-84 ini hanyalah bagian kecil dari gelombang besar bantuan militer yang telah dikirim ke Israel sejak konflik kembali berkobar pada Oktober 2023. Data dari Kementerian Pertahanan Israel menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, lebih dari 76 ribu ton peralatan militer telah masuk ke negara itu.
Angka ini mencakup berbagai jenis persenjataan dan perlengkapan perang yang dikirim melalui 678 pesawat angkut dan 129 kapal kargo, sebagian besar berasal dari AS. Dengan jumlah tersebut, tak heran jika banyak pihak menilai bahwa Washington memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan operasi militer Israel di berbagai front pertempuran.
Namun, di balik angka-angka ini, muncul pertanyaan besar: bagaimana dampak dari pengiriman senjata ini terhadap dinamika konflik yang sedang berlangsung?
Dampak Strategis dan Reaksi Global
Bom MK-84 yang baru tiba ini dikenal sebagai salah satu senjata paling mematikan dalam arsenal militer modern. Dengan berat lebih dari 900 kg dan daya ledak tinggi, bom ini mampu menghancurkan target dengan tingkat presisi tinggi—tetapi juga memiliki potensi risiko besar terhadap korban sipil jika digunakan di wilayah padat penduduk.
Di sisi lain, komunitas internasional terus mengamati dengan cermat perkembangan ini. Beberapa negara sekutu AS di Eropa, yang sebelumnya mendukung penangguhan pengiriman senjata ke Israel, kini menghadapi dilema diplomatik. Tekanan terhadap AS pun meningkat, dengan kelompok HAM global mengingatkan bahwa setiap pengiriman senjata ke zona konflik memiliki konsekuensi serius terhadap hak asasi manusia.
Sementara itu, di Israel, kedatangan bom ini disambut dengan optimisme oleh jajaran militer. Mereka menganggapnya sebagai tambahan kekuatan strategis yang dapat memperkuat operasi udara di berbagai wilayah.
Babak Baru dalam Konflik?
Dengan tibanya MK-84 di Israel, dunia kini menantikan langkah selanjutnya dari IDF. Apakah bom ini akan segera digunakan dalam operasi militer berikutnya? Bagaimana reaksi dari pihak yang terkena dampaknya, terutama di Gaza?
Satu hal yang pasti: pengiriman ini bukan sekadar transfer persenjataan, tetapi sebuah sinyal kuat tentang arah kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan baru. Di tengah situasi geopolitik yang terus berubah, setiap keputusan dapat membawa dampak yang lebih luas bukan hanya bagi Israel dan Palestina, tetapi juga bagi stabilitas global secara keseluruhan.
(Mond)
#Bom #Israel #AmerikaSerikat #Internasional