Anak 12 Tahun Tewas Usai Tenggak Oplosan Alkohol 70 Persen
Ilustrasi Miras Oplosan
D'On, Cianjur – Malam itu, di bawah temaram lampu jalanan Kampung Bogem, Desa Sirnagalih, sekelompok anak punk berkumpul di kolong jembatan. Mereka berbincang, tertawa, dan meneguk minuman yang mereka racik sendiri. Namun, siapa sangka kebersamaan itu akan berujung tragedi—seorang bocah 12 tahun ditemukan tewas setelah menenggak oplosan alkohol 70 persen.
Kedatangan yang Berujung Petaka
A, bocah asal Banten, baru tiba di Sindangbarang, Cianjur, pada Selasa sore, 11 Februari. Usianya masih sangat belia, namun hidupnya telah membawanya ke jalanan, bergabung dengan komunitas anak punk yang terbiasa mengembara dari kota ke kota.
Hari itu, bersama teman-temannya, A mencari cara untuk menghilangkan penat. Dalam kebersamaan yang mereka anggap sebagai pelarian, lahirlah ide untuk membeli alkohol antiseptik 70 persen. Dengan uang yang mereka kumpulkan, mereka pergi ke sebuah apotek dan membeli tujuh botol alkohol. Tak ada keraguan, tak ada kekhawatiran—mereka tahu alkohol itu bisa membuat mereka melayang, setidaknya untuk sementara.
Alkohol itu mereka campur dengan air mineral dan minuman berenergi. Mungkin mereka menganggap racikan itu akan mengurangi kadar kerasnya, tapi kenyataannya, campuran ini justru bisa menjadi bom waktu dalam tubuh.
Malam yang Mencekam di Kolong Jembatan
Setelah meneguk campuran berbahaya itu, satu per satu mereka mulai merasakan efeknya. Kepala pening, tubuh lemas, mual yang tak tertahankan. Mereka kemudian beristirahat di kolong jembatan, berharap rasa pusing itu akan mereda.
Namun, bagi A, malam itu adalah akhir dari segalanya.
Menjelang tengah malam, teman-temannya mencoba membangunkannya. Mereka memanggil namanya, menggoyang tubuhnya, bahkan mengguncang bahunya berkali-kali. Namun, A tak juga merespons.
Panik mulai menyergap. Tubuh A tak lagi bergerak, dingin, dan kaku. Dalam ketakutan, teman-temannya bergegas mencari bantuan, melaporkan kejadian itu ke polisi.
Investigasi dan Penanganan Kasus
Petugas kepolisian dari Polsek Sindangbarang segera datang ke lokasi. AKP Dadang Rustandi, Kapolsek Sindangbarang, mengungkapkan bahwa setelah dilakukan pengecekan, A dinyatakan meninggal dunia di tempat. Jenazahnya langsung dievakuasi ke Puskesmas Sindangbarang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami telah meminta keterangan dari saksi-saksi dan mengamankan barang bukti di lokasi kejadian," ujar Dadang kepada wartawan, Kamis (13/2).
Kasus ini kini dalam penyelidikan lebih lanjut. Polisi berupaya mengungkap bagaimana anak-anak ini bisa mendapatkan alkohol dalam jumlah besar dan apakah ada pihak lain yang terlibat.
Potret Kelam Anak Jalanan dan Bahaya Oplosan
Kematian A bukan sekadar berita tragis, tetapi juga cerminan dari kondisi anak-anak jalanan yang sering kali terjebak dalam gaya hidup berisiko. Tanpa pengawasan, tanpa perlindungan, mereka rentan terhadap berbagai bahaya dari pergaulan bebas, penyalahgunaan zat berbahaya, hingga kematian tragis seperti yang menimpa A.
Alkohol antiseptik seharusnya digunakan untuk keperluan medis, tetapi di tangan yang salah, ia bisa berubah menjadi racun mematikan. Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat dan pemerintah untuk lebih memperhatikan peredaran alkohol dan perlindungan bagi anak-anak jalanan.
A telah pergi, meninggalkan duka bagi mereka yang mengenalnya. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: berapa banyak lagi anak-anak yang harus kehilangan nyawa sebelum kita benar-benar peduli?
(Mond)
#MirasOplosan #Alkohol #Peristiwa