Breaking News

Bripda AK Dilarikan ke Rumah Sakit Usai Dianiaya Senior di Barak Polres Baubau

Ilustrasi polisi. Foto: Shutterstock

D'On, Baubau, Sulawesi Tenggara
– Sebuah insiden mengejutkan terjadi di barak Samapta Polres Baubau, Sulawesi Tenggara, pada Jumat (21/5) malam. Seorang anggota polisi berpangkat Bripda, berinisial AK, menjadi korban dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh enam seniornya. Akibat perlakuan kasar tersebut, Bripda AK mengalami luka serius di bagian perut hingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Penganiayaan Berujung Perawatan Medis

Peristiwa memilukan ini terungkap setelah korban menunjukkan gejala cedera serius usai insiden kekerasan yang terjadi di dalam barak. Informasi dari kepolisian menyebutkan bahwa enam oknum polisi yang diduga sebagai pelaku langsung diamankan oleh Polda Sultra untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Kasi Humas Polres Baubau, Kompol Abdul Rahmad, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mentoleransi tindakan yang dilakukan oleh para senior terhadap juniornya, terutama dalam lingkungan kepolisian yang seharusnya menjunjung tinggi disiplin dan etika.

"Iya benar, enam polisi terduga pelaku itu langsung dibawa dan diamankan di Polda," ujar Rahmad, Rabu (26/2).

Bripda AK, yang mengalami nyeri hebat di bagian perut, awalnya dirawat di rumah sakit setempat. Namun, mengingat kondisinya yang membutuhkan penanganan lebih lanjut, ia dirujuk ke salah satu rumah sakit di Makassar pada malam itu juga.

Motif Masih Misterius, Dugaan Budaya Senioritas di Balik Penganiayaan

Hingga kini, motif pasti di balik penganiayaan tersebut masih menjadi tanda tanya. Namun, dugaan sementara mengarah pada budaya senioritas yang masih melekat di beberapa institusi, termasuk kepolisian.

“Mungkin mereka merasa senior, sehingga begitulah kejadiannya. Melakukan tindakan berlebihan. Ini sangat disayangkan juga ya, dan kami sangat prihatin terhadap korban,” ujar Rahmad.

Budaya senioritas yang tidak terkendali sering kali menjadi akar permasalahan di institusi yang memiliki sistem hierarki ketat. Jika tidak diawasi dengan baik, tindakan tersebut dapat berkembang menjadi ajang penyalahgunaan kekuasaan yang berujung pada kekerasan, seperti yang dialami Bripda AK.

Polisi Diminta Transparan dalam Penanganan Kasus

Insiden ini memicu keprihatinan masyarakat, terutama terkait bagaimana kepolisian menangani kasus kekerasan internal seperti ini. Transparansi dalam proses hukum terhadap enam oknum pelaku menjadi hal yang dinanti-nantikan oleh publik.

Tindakan tegas dari pihak kepolisian diharapkan dapat menjadi efek jera agar peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari. Selain itu, evaluasi terhadap sistem pembinaan internal perlu dilakukan agar lingkungan kepolisian tidak lagi menjadi tempat suburnya budaya kekerasan dalam bentuk apa pun.

Saat ini, Bripda AK masih menjalani perawatan medis, sementara penyelidikan terhadap enam polisi yang diduga terlibat terus berlanjut di Polda Sultra. Publik menantikan langkah tegas dari kepolisian untuk menegakkan disiplin dan menjamin keadilan bagi korban.

(Mond)

#Penganiayaan #Polri #Peristiwa