Brutal! 6 Polisi di Sultra Aniaya 5 Juniornya Hanya karena Tak Hafal Nama Senior
Ilustrasi polisi. Foto: Shutterstock
D'On, Baubau, Sultra – Dunia kepolisian kembali tercoreng dengan aksi kekerasan yang mengejutkan. Enam polisi senior di Polres Baubau, Sulawesi Tenggara, tega menganiaya lima juniornya hanya karena alasan sepele—mereka tidak mengenali nama para senior mereka. Peristiwa ini tidak hanya mencederai institusi kepolisian, tetapi juga menggugah pertanyaan besar tentang budaya kekerasan di lingkungan kepolisian.
Kronologi Penganiayaan: Dihajar di Barak Tengah Malam
Menurut Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Iis Kristian, insiden brutal ini terjadi di barak polisi pada Jumat (21/2) malam. Saat itu, sembilan polisi baru—yang masih dalam masa adaptasi—dibangunkan secara paksa oleh para senior mereka. Dengan nada interogatif, para senior menanyai satu per satu juniornya, menguji apakah mereka hafal nama senior-seniornya.
Namun, ketika lima dari sembilan junior tidak dapat menyebutkan nama mereka, hukuman fisik pun dijatuhkan. Mereka dihajar tanpa ampun. Perut mereka dihantam berkali-kali, membuat mereka kesakitan dan tak berdaya.
"Korban ini kan polisi baru ya. Saat di barak, mereka ditanya siapa nama seniornya. Tapi karena tidak tahu, mereka dipukul di perutnya berkali-kali," ungkap Kombes Pol Iis Kristian kepada wartawan, Kamis (27/2).
Sementara itu, empat junior yang berhasil menyebutkan nama senior mereka justru lolos dari hukuman. Mereka diizinkan untuk kembali tidur, seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Bripda AK Alami Luka Serius, Harus Dirujuk ke Makassar
Dari lima korban yang mengalami penganiayaan, Bripda AK menjadi yang paling parah. Pukulan demi pukulan yang diterimanya membuat kondisinya kritis. Tak hanya memar, ia mengalami cedera serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Bahkan, karena kondisinya yang memburuk, ia harus dirujuk ke rumah sakit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Kasi Humas Polres Baubau, Kompol Abdul Rahmad, mengaku prihatin atas kejadian ini. “Kami sangat menyayangkan dan prihatin terhadap korban,” ucapnya singkat.
Dampak dan Pertanyaan Besar: Budaya Kekerasan di Kepolisian?
Peristiwa ini mengundang sorotan tajam terhadap budaya senioritas di institusi kepolisian. Apakah tradisi menghormati senior harus dibayar dengan kekerasan? Apakah ini bagian dari sistem tak tertulis yang selama ini dijalankan dalam pembentukan mental para polisi baru?
Kasus ini juga membuka diskusi lebih luas tentang perlunya reformasi internal dalam kepolisian. Jika tindakan brutal seperti ini dibiarkan dan dianggap sebagai ‘pendidikan’ atau ‘pembinaan,’ maka budaya kekerasan akan terus berlanjut dan menjadi warisan buruk bagi generasi polisi berikutnya.
Saat ini, keenam polisi pelaku penganiayaan telah ditahan dan diperiksa oleh Propam Polda Sultra. Namun, pertanyaan yang lebih besar tetap menggantung: Akankah kasus ini menjadi titik balik bagi reformasi kepolisian, atau hanya sekadar tambahan daftar panjang kasus kekerasan yang berakhir tanpa perubahan berarti?
Masyarakat kini menunggu langkah tegas kepolisian. Akankah ada keadilan bagi Bripda AK dan korban lainnya? Ataukah kasus ini akan menguap seperti banyak kasus serupa sebelumnya?
(Mond)
#PolisiAniayaPolisi #Penganiayaan #Polisi #Polri