Dramatis! TNI AL & Tim SAR Berjuang Menyelamatkan KM Kemilu Indah Jaya yang Tenggelam di Perairan Bintan
D'On, Bintan – Gelombang tinggi dan angin kencang di Perairan Bintan pada Kamis (6/2/2025) membawa petaka bagi KM Kemilu Indah Jaya, kapal nelayan berbobot 31 Gross Ton (GT) yang tengah mengarungi lautan membawa muatan ikan basah. Kapal naas ini tenggelam setelah menabrak karang, memaksa lima anak buah kapal (ABK) bertarung dengan ganasnya lautan demi bertahan hidup. Beruntung, respons cepat dari prajurit Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Bintan dan tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi para korban dalam operasi penyelamatan yang mendebarkan.
Detik-detik Kapal Tenggelam: Cuaca Buruk dan Perairan Berbahaya
KM Kemilu Indah Jaya berangkat dari Tarempa, Kepulauan Anambas, dengan tujuan Pelabuhan Kijang di Bintan. Perjalanan sejatinya berlangsung normal, hingga cuaca yang semula bersahabat tiba-tiba berubah drastis. Langit mendung pekat, angin berhembus kencang, dan ombak bergulung-gulung menghantam badan kapal.
Di tengah situasi yang semakin sulit dikendalikan, nahkoda berusaha mengarahkan kapal dengan hati-hati. Namun, Perairan Bintan yang terkenal memiliki banyak gugusan karang menjadi perangkap mematikan. Dalam hitungan detik, lambung kapal berbenturan keras dengan karang bawah laut. Bunyi gemuruh terdengar, diikuti dengan suara retakan yang mengisyaratkan bahaya. Air laut dengan cepat menyerbu ke dalam kapal, membuatnya kehilangan keseimbangan sebelum akhirnya perlahan-lahan tenggelam ke dasar lautan.
Para ABK yang panik bergegas mencari cara untuk menyelamatkan diri. Salah satu dari mereka berhasil berenang menjauh dan mencapai titik yang cukup aman sebelum akhirnya menemukan cara untuk menghubungi pihak berwenang. Laporan ini menjadi titik awal dimulainya operasi penyelamatan yang penuh tantangan.
Gerak Cepat TNI AL dan Tim SAR: Berpacu dengan Waktu
Begitu menerima laporan dari salah satu ABK yang selamat, Danposal Kijang, Letda Laut (P) Indramawan, segera menghubungi Danlanal Bintan, Kolonel Laut (P) Dr. Eko Agus Susanto. Tak butuh waktu lama, perintah dikeluarkan: operasi penyelamatan harus segera dilakukan!
TNI AL segera berkoordinasi dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kijang, serta Kapten KM Star 58 yang berada di sekitar lokasi untuk membantu evakuasi. Dengan persiapan matang, tim penyelamat berangkat dari Pelabuhan Haji Kadir menuju titik koordinat terakhir kapal tenggelam.
Perjalanan menuju lokasi bukan tanpa hambatan. Ombak masih tinggi, angin bertiup kencang, dan jarak pandang yang terbatas menambah tantangan dalam misi ini. Namun, tim penyelamat tetap bergerak cepat, berpacu dengan waktu agar para korban dapat ditemukan dalam keadaan selamat.
Penyelamatan yang Menegangkan: Nyawa Taruhannya
Sesampainya di lokasi kejadian, tim SAR gabungan segera melakukan penyisiran. Mata mereka menelusuri permukaan laut, mencari tanda-tanda keberadaan para ABK. Di antara puing-puing kapal yang mengambang, mereka akhirnya menemukan para korban yang masih bertahan di laut dengan bantuan alat pelampung darurat.
Tanpa ragu, tim penyelamat langsung melakukan evakuasi. Satu per satu ABK diangkat ke atas kapal penyelamat, beberapa di antaranya dalam kondisi lemas akibat lama terombang-ambing di air. Tak hanya menyelamatkan korban, tim juga berusaha mengamankan sebagian muatan kapal yang masih bisa diselamatkan sebelum akhirnya kembali ke Pelabuhan Kijang Bintan.
Saat tiba di pelabuhan, para ABK segera mendapatkan perawatan medis. Meski mengalami kelelahan dan syok, mereka bersyukur masih bisa selamat dari bencana yang hampir merenggut nyawa mereka.
Kasal: "Keselamatan di Laut adalah Prioritas"
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, menegaskan bahwa kesiapsiagaan TNI AL dalam menghadapi kecelakaan laut adalah suatu keharusan. Menurutnya, peran TNI AL tidak hanya sebatas menjaga kedaulatan laut, tetapi juga melindungi masyarakat yang beraktivitas di perairan Nusantara.
"Setiap insiden di laut adalah panggilan bagi kami untuk bertindak cepat. Tidak boleh ada keterlambatan dalam operasi penyelamatan, karena di laut, setiap detik bisa menentukan hidup dan mati," ujar Laksamana Ali.
Peringatan bagi Nelayan: Cuaca Buruk dan Risiko di Laut
Insiden tenggelamnya KM Kemilu Indah Jaya menjadi pengingat bagi seluruh pelaut dan nelayan akan pentingnya memperhatikan faktor cuaca sebelum berlayar. Perairan Nusantara yang indah dan kaya hasil laut juga menyimpan tantangan besar, terutama ketika alam menunjukkan kekuatannya.
TNI AL dan pihak berwenang terus mengimbau para pelaut untuk selalu memantau prakiraan cuaca, menggunakan alat navigasi yang memadai, serta selalu siap dengan prosedur darurat. Karena di tengah luasnya samudra, keselamatan adalah hal yang paling berharga.
Dengan respons cepat dan koordinasi yang solid, tragedi yang bisa saja berujung fatal ini berubah menjadi kisah penyelamatan yang heroik. TNI AL dan tim SAR gabungan sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah garda terdepan dalam menjaga keselamatan di lautan Nusantara.