Breaking News

Heboh! Siswa Papua Demo MBG, Pejabat Disdik Diduga Injak Peserta

Sekretaris Disdik Kabupaten Nabire, Victor Tebai, dalam video klarifikasi dan permohonan maaf. Dok: Ist

D'On, Nabire, Papua
– Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Kabupaten Nabire, Papua, saat aksi unjuk rasa menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG) berlangsung di depan kantor Dinas Pendidikan (Disdik). Dalam demonstrasi yang diikuti ratusan siswa pada Senin (17/2), Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire, Victor Tebai, terekam melakukan tindakan kontroversial yang memicu kecaman publik.

Video berdurasi 25 detik yang kini viral di media sosial memperlihatkan momen ketika Victor diduga menendang atau menginjak bahu kanan seorang siswa SMP yang ikut dalam aksi tersebut. Dalam rekaman tersebut, Victor tampak berdiri di depan para siswa, kemudian melontarkan pertanyaan mengenai siapa saja yang berasal dari jenjang pendidikan SMP.

"Yang SMP angkat tangan, ko (kamu) SMP, ko datang bawa aspirasi, belajar yang baik e," ujar Victor dengan nada tinggi. Saat seorang siswa mengangkat tangan, secara mengejutkan Victor menggerakkan kakinya dan mengenai bahu kanan siswa tersebut.

Aksi tersebut langsung memicu kemarahan di kalangan masyarakat, terutama setelah video itu menyebar luas di berbagai platform media sosial. Banyak netizen mengecam tindakan Victor yang dinilai tidak pantas dilakukan oleh seorang pejabat publik, terlebih terhadap siswa yang tengah menyuarakan aspirasinya secara damai.

Latar Belakang Demo Tolak Program MBG

Aksi demonstrasi tersebut dilakukan oleh sekitar 200 siswa dari berbagai jenjang pendidikan. Mereka menolak implementasi program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan pemerintah daerah. Para siswa mengaku kecewa karena merasa program tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan tidak memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut keterangan beberapa peserta aksi, kualitas makanan yang disediakan dalam program tersebut dipertanyakan. Mereka menuntut transparansi dan perbaikan dalam pelaksanaan program agar benar-benar bermanfaat bagi siswa di daerah tersebut.

Salah satu siswa yang ikut dalam demo, yang juga menjadi korban dugaan tindakan kekerasan Victor, mengaku terkejut dengan respons kasar tersebut. "Kami hanya ingin menyampaikan suara kami. Tapi, malah diperlakukan seperti itu," ujar siswa tersebut yang identitasnya dirahasiakan.

Klarifikasi dan Permintaan Maaf Victor Tebai

Setelah video insiden tersebut menyebar luas dan menjadi perbincangan hangat, Victor Tebai akhirnya memberikan klarifikasi melalui sebuah video berdurasi 1 menit 23 detik. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan permohonan maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh tindakannya.

"Pertama-tama, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak yang keberatan atas tindakan saya. Saya berjanji kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi," ucap Victor dengan nada menyesal dalam video klarifikasinya.

Namun, ia membantah tuduhan bahwa dirinya menginjak atau menendang siswa tersebut. Menurutnya, apa yang terlihat di video hanyalah gerakan kecil yang tidak dimaksudkan untuk menyakiti.

"Di video itu terlihat seperti mendorong ke samping. Itu artinya saya bukan injak atau tendang, tapi hanya 'kore' (menyentuh) seragam siswa dengan kaki saya. Jadi, sekali lagi saya mohon maaf," jelasnya.

Victor juga beralasan bahwa tindakannya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sebagai orang dari daerah pedalaman Papua. Ia mengakui bahwa caranya berinteraksi mungkin tidak sesuai dengan norma yang diharapkan dalam situasi tersebut.

"Memang pemahaman saya sebagai orang pedalaman, saya merasa seperti orang tua bagi mereka. Mungkin caranya salah dan tidak tepat. Yang jelas, sekitar 200 siswa sudah dipulangkan dalam keadaan baik-baik saja," tambahnya.

Respons Publik dan Desakan Sanksi

Meski telah menyampaikan permintaan maaf, respons dari masyarakat tetap beragam. Banyak pihak, termasuk aktivis pendidikan dan pemerhati hak anak, mengecam tindakan Victor dan mendesak adanya sanksi tegas terhadapnya. Mereka menilai tindakan kekerasan, sekecil apa pun, tidak bisa dibenarkan, terlebih dilakukan oleh seorang pejabat yang seharusnya menjadi teladan bagi siswa.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turut angkat suara, menegaskan bahwa tindakan intimidasi atau kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan tidak dapat ditoleransi. Mereka meminta pemerintah daerah segera melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut dan memastikan perlindungan bagi siswa yang terlibat.

"Tindakan seperti ini menciptakan rasa takut di kalangan siswa. Pejabat publik harus menjadi contoh dalam menghormati hak anak dan mendukung kebebasan berpendapat," ujar salah satu komisioner KPAI.

Di sisi lain, beberapa warga Nabire meminta agar kasus ini tidak hanya berhenti di permintaan maaf semata. Mereka menekankan perlunya tindakan nyata untuk memastikan insiden serupa tidak terulang di masa depan.

"Kalau dibiarkan, nanti jadi preseden buruk. Anak-anak harus merasa aman saat menyampaikan aspirasi mereka," kata seorang warga yang mengikuti perkembangan kasus ini.

Tindak Lanjut dan Evaluasi Program MBG

Kasus ini juga memicu desakan agar pemerintah daerah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis. Siswa dan masyarakat berharap adanya transparansi dalam pengelolaan program serta jaminan bahwa kebijakan tersebut benar-benar memberi manfaat nyata bagi mereka.

Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari Bupati Nabire atau Kepala Dinas Pendidikan terkait potensi sanksi terhadap Victor Tebai. Namun, tekanan publik terus meningkat agar kejadian ini tidak hanya berakhir di permintaan maaf, melainkan diiringi dengan langkah tegas untuk menjaga integritas institusi pendidikan dan hak siswa dalam menyuarakan pendapatnya.

(Mond)

#Viral #Pendidikan #DemoTolakMBG #Papua