Breaking News

Misteri Penembakan di Perairan Selangor: Satu WNI Ditangkap, Lima Jadi Korban

Ilustrasi Polisi Malaysia. Foto: Shutterstock

D'On, Selangor, Malaysia
– Sebuah insiden mencekam terjadi di perairan Tanjung Rhu, Banting, Selangor, Malaysia, yang berujung pada penembakan lima warga negara Indonesia (WNI) oleh otoritas maritim Malaysia. Kejadian ini memicu ketegangan, terutama setelah kepolisian Malaysia menangkap seorang WNI yang diduga terlibat dalam insiden tersebut.

Penangkapan itu dilakukan oleh Polisi Selangor pada Sabtu (1/2) malam di Teluk Panglima Garang. Tersangka, seorang pria berusia 35 tahun, diduga memiliki keterkaitan erat dengan peristiwa yang menggemparkan itu. Kepala Polisi Selangor, Datuk Hussein Omar Khan, mengungkapkan bahwa pria tersebut masuk ke Malaysia dengan status turis.

"Pria itu ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan terkait insiden penembakan di perairan Selangor. Hari ini dia akan dibawa ke pengadilan Banting untuk penahanan lebih lanjut," ujar Hussein dalam keterangannya kepada media Malaysia, New Straits Times.

Hussein juga menyatakan bahwa penyelidikan polisi hampir rampung. Dengan sudah diperiksanya 14 saksi—termasuk petugas dari Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) yang terlibat dalam operasi—berkas kasus ini diharapkan dapat diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum pekan depan.

Namun, insiden ini menimbulkan polemik setelah muncul dua versi kejadian yang saling bertentangan. Otoritas Malaysia menyatakan bahwa penembakan tersebut adalah bentuk bela diri, menyusul serangan yang dilakukan para WNI terhadap petugas APMM. Di sisi lain, para korban yang masih hidup membantah keras tuduhan tersebut.

Pada Rabu (29/1), Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur melakukan investigasi terhadap para WNI yang mengalami luka akibat insiden tersebut. Dari keterangan yang diberikan korban, mereka menolak tuduhan bahwa mereka menyerang aparat Malaysia.

Detik-Detik Mencekam di Perairan Tanjung Rhu

Kejadian yang berujung tragis ini terjadi pada Jumat (24/1) sekitar pukul 03.00 pagi di tengah gelapnya perairan Tanjung Rhu. Berdasarkan laporan dari New Straits Times, patroli APMM menghadapi konfrontasi yang berbahaya ketika sebuah kapal mencurigakan menabrak kapal patroli mereka sebanyak empat kali.

Ketika petugas mencoba menghentikan kapal tersebut, dua orang di dalamnya diduga menghunus parang dan mencoba menyerang personel APMM. Situasi memanas, dan dalam hitungan detik, rentetan tembakan dilepaskan ke arah kapal yang diduga membawa para WNI.

Sekitar enam jam setelah insiden tersebut, tepatnya pukul 09.00 pagi, APMM menerima laporan adanya kapal yang terapung tanpa kendali di perairan Pantai Banting, Kuala Langat. Saat petugas tiba, mereka menemukan dua orang di dalam kapal tersebut—salah satunya sudah tidak bernyawa.

Korban yang meninggal dunia diketahui sebagai seorang WNI asal Riau, sementara satu orang lainnya mengalami luka parah dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah di Klang.

Namun, drama tak berhenti di situ. Beberapa jam kemudian, tiga WNI lainnya ditemukan dalam kondisi luka tembak di Rumah Sakit Sultan Idris Shah di Serdang. Ketiganya dalam keadaan sadar, namun mengalami luka yang menurut penyelidikan konsisten dengan tembakan dari senjata api.

Kepolisian Malaysia kini menyelidiki kasus ini sebagai dugaan percobaan pembunuhan, dengan menggunakan Pasal 307 KUHP Malaysia sebagai dasar hukum. Selain itu, polisi juga mempertimbangkan pasal tambahan terkait penghalangan petugas negara dalam menjalankan tugasnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 186 KUHP Malaysia.

Dalam perkembangan terbaru, Direktur Maritim Negara, Kapten Maritim Abdul Muhaimin Muhammad Salleh, mengonfirmasi bahwa kapal yang digunakan oleh para tersangka ditemukan hanyut di barat daya Pulau Carey. Kapal fiber berwarna biru itu tidak memiliki nomor registrasi resmi, semakin memperkuat dugaan bahwa kapal tersebut beroperasi secara ilegal.

Respons Indonesia: Prabowo Bicara dengan PM Anwar Ibrahim

Insiden ini tak luput dari perhatian pemerintah Indonesia. Presiden Prabowo Subianto mengakui bahwa dirinya telah membahas kasus penembakan lima WNI tersebut dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dalam pertemuan mereka pekan lalu.

"Itu secara garis besar kita bicarakan," ujar Prabowo setelah menghadiri Rapim TNI-Polri 2025 di Jakarta, Kamis (30/1).

Prabowo juga menegaskan bahwa kelima WNI yang menjadi korban merupakan pekerja migran ilegal. Ia mengingatkan bahwa segala bentuk perjalanan ilegal ke luar negeri memiliki risiko tinggi, termasuk tindakan represif dari otoritas setempat.

"Saya ingatkan, jangan ikut-ikut dalam kegiatan ilegal. Jika menyelundup ke negara asing, maka kita harus siap dengan konsekuensinya. Negara asing punya aturan sendiri dan akan bertindak jika ada pelanggaran," tegasnya.

Kontroversi dan Tanda Tanya yang Belum Terjawab

Meskipun otoritas Malaysia mengklaim bahwa penembakan ini terjadi sebagai tindakan bela diri, ada sejumlah pertanyaan yang masih mengganjal. Jika benar para WNI tersebut melakukan serangan dengan parang, mengapa mereka justru ditemukan dalam kondisi tidak berdaya di kapal yang terapung jauh dari lokasi kejadian?

Apakah penggunaan senjata api terhadap mereka adalah langkah yang proporsional? Dan jika kapal yang mereka gunakan tidak memiliki registrasi, apakah mereka benar-benar pelaku kejahatan, atau hanya korban dari situasi yang lebih kompleks?

Sementara penyelidikan terus berjalan, nasib tersangka WNI yang baru ditangkap akan menjadi penentu bagi jalannya kasus ini. Akankah ia dijadikan kambing hitam, atau justru mengungkap fakta lain yang belum terungkap ke publik?

Insiden ini menjadi peringatan keras bagi para WNI yang hendak mencari nafkah di luar negeri. Jalur ilegal mungkin menawarkan jalan pintas, tetapi konsekuensinya bisa jauh lebih berbahaya daripada yang dibayangkan.

(Mond)

#Internasional #Malaysia #PenembakanWNI