PDIP: Prabowo Tahu Berterima Kasih, Tidak Seperti yang Lain
D'On, Jakarta – Dalam peringatan HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (15/2), Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, memberikan pernyataan yang menarik perhatian publik. Ia tidak hanya menegaskan sikapnya sebagai pemimpin yang menghormati jasa-jasa para pendahulu, tetapi juga secara tegas membela Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dari berbagai pihak yang menjelek-jelekkannya.
Sikap Prabowo ini mendapatkan respons dari Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, yang melihatnya sebagai bentuk penghormatan serta rasa terima kasih terhadap mereka yang telah berjasa dalam perjalanan hidup dan karier seseorang. Lebih jauh, Komarudin menyiratkan bahwa tidak semua orang memiliki sifat seperti Prabowo, menyinggung pihak-pihak tertentu yang dinilai "makan dan berak di piring yang sama," sebuah peribahasa yang menggambarkan ketidaksetiaan dan pengkhianatan terhadap pihak yang pernah berjasa.
Sikap Prabowo: Loyalitas dan Rasa Terima Kasih dalam Politik
Dalam politik yang kerap diwarnai intrik dan manuver, Prabowo menunjukkan sikap berbeda. Ia menegaskan bahwa setiap pemimpin memiliki peran dalam membangun negeri ini, termasuk Megawati. Pernyataannya menegaskan bahwa politik tidak melulu tentang persaingan, tetapi juga soal menghormati jasa para pendahulu.
"Saya tidak suka kalau ada yang menjelek-jelekkan Ibu Mega. Saya ini orang yang tahu berterima kasih," ujar Prabowo dengan nada tegas di hadapan ribuan kader Gerindra yang hadir.
Baginya, kepemimpinan adalah estafet perjuangan yang harus dihormati. Ia menggambarkan pembangunan bangsa seperti membangun rumah—dimulai dari Bung Karno, dilanjutkan oleh Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo.
"Kita hanya meneruskan fondasi yang sudah diletakkan oleh para pemimpin terdahulu. Semuanya punya bagian masing-masing," tambahnya.
PDIP: Prabowo Sosok yang Tahu Terima Kasih
Menanggapi pernyataan ini, Komarudin Watubun menegaskan bahwa Prabowo adalah sosok yang memahami arti terima kasih. Ia menyoroti bagaimana sikap ini membedakan Prabowo dari pihak-pihak lain yang justru melupakan jasa mereka yang pernah membantu.
"Pak Prabowo itu menunjukkan kebaikan kepada semua orang, termasuk kepada Pak Jokowi juga. Itu nilai yang baik," ujarnya dalam pertemuan di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Selasa (18/2).
Lebih lanjut, ia secara tersirat membandingkan Prabowo dengan pihak lain yang dinilai tidak memiliki loyalitas serupa.
"Dari Pak Prabowo, dia tunjukkan bahwa saya ini orang yang tahu berterima kasih. Bukan seperti yang lain, yang makan di piring, berak di piring," ucapnya tajam, tanpa menyebut secara spesifik siapa pihak yang dimaksud.
Ungkapan ini memunculkan spekulasi, mengingat dalam politik Indonesia, banyak tokoh yang dalam perjalanannya mengalami pergeseran sikap dan afiliasi politik.
Megawati dan Peran dalam Perjalanan Politik Prabowo
Pernyataan Komarudin semakin menarik ketika ia mengingatkan bagaimana Megawati memiliki peran dalam perjalanan politik Prabowo.
"Saat dulu reformasi, Pak Prabowo sempat harus keluar negeri. Ibu Mega juga berjasa dalam membantu mengembalikan beliau ke Indonesia," ungkapnya.
Sejarah mencatat bahwa setelah kejatuhan Orde Baru pada 1998, Prabowo sempat meninggalkan Indonesia di tengah berbagai kontroversi yang menyertainya. Namun, dengan dinamika politik yang terus berkembang, ia akhirnya kembali dan kembali aktif dalam politik nasional. Peran Megawati dalam momen tersebut menjadi bagian dari perjalanan panjang karier politiknya.
Pesan Tersirat untuk Jokowi dan Loyalitas dalam Politik
Selain membela Megawati, pernyataan Prabowo dalam HUT Gerindra juga menyinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, Komarudin mengingatkan bahwa pujian Prabowo terhadap Jokowi harus dilihat dari dua sisi—tersurat dan tersirat.
"Pak Prabowo ingin menunjukkan bahwa dirinya bukan tipe orang yang melupakan kebaikan orang lain. Itu pesan yang ingin disampaikan," tegas Komarudin.
Dengan kata lain, Prabowo ingin menegaskan bahwa ia adalah sosok yang tetap mengingat jasa para pemimpin sebelumnya, termasuk Jokowi, yang kini telah memasuki akhir masa kepemimpinannya.
Dinamika Politik ke Depan: Loyalitas atau Kepentingan?
Pernyataan yang muncul dari panggung politik ini kembali mengingatkan publik bahwa loyalitas adalah aspek penting dalam politik, tetapi juga langka. Tidak semua pihak mampu mempertahankan sikap terima kasih dan menghormati jasa mereka yang pernah membantu.
Pernyataan Komarudin yang menyindir pihak yang "makan dan berak di piring" seolah menjadi kritik terhadap fenomena politisi yang berpindah haluan demi kepentingan sesaat. Di sisi lain, sikap Prabowo yang membela Megawati menunjukkan bahwa politik juga bisa diwarnai dengan penghormatan dan pengakuan terhadap jasa para pendahulu.
Ke depan, apakah sikap ini akan terus dipertahankan dalam lanskap politik Indonesia, ataukah hanya akan menjadi bagian dari retorika yang akhirnya terkikis oleh kepentingan pragmatis? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
(Mond)
#PDIP #Politik #Nasional