Breaking News

Sejarah Cap Go Meh: Perayaan Akhir Imlek yang Penuh Makna

Perayaan Cap Go Meh

Dirgantaraonline
- Cap Go Meh adalah salah satu perayaan penting dalam tradisi Tionghoa yang menandai berakhirnya rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Nama "Cap Go Meh" berasal dari dialek Hokkian: "Cap" (十) berarti sepuluh, "Go" (五) berarti lima, dan "Meh" (暝) berarti malam, sehingga Cap Go Meh secara harfiah berarti "malam ke-15" setelah Imlek.

Perayaan ini telah berlangsung selama ribuan tahun dan berkembang dengan berbagai makna serta tradisi di berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan China. Berikut adalah sejarah dan evolusi Cap Go Meh dari masa ke masa.

Asal-Usul Cap Go Meh

Cap Go Meh berakar dari Dinasti Han (206 SM – 220 M) di China. Awalnya, Kaisar Han Wudi memerintahkan perayaan ini sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa dan leluhur. Perayaan ini juga erat kaitannya dengan Festival Lampion (元宵节, Yuan Xiao Jie), di mana masyarakat menghiasi rumah dan jalan dengan lentera berwarna-warni sebagai simbol keberuntungan dan harapan baik untuk tahun yang baru.

Ada beberapa legenda terkait asal-usul Cap Go Meh, salah satunya adalah tentang seorang burung surgawi yang tanpa sengaja dibunuh oleh seorang penduduk desa. Kaisar Langit yang marah berencana membakar desa sebagai hukuman. Namun, seorang penasihat cerdik menyarankan agar penduduk menyalakan lentera merah dan menyalakan kembang api untuk menciptakan ilusi bahwa desa sudah terbakar. Kaisar Langit pun tertipu dan akhirnya membatalkan hukumannya. Dari sinilah tradisi menyalakan lampion pada Cap Go Meh bermula.

Cap Go Meh di Indonesia

Di Indonesia, Cap Go Meh tidak hanya menjadi perayaan etnis Tionghoa, tetapi juga telah berbaur dengan budaya lokal. Tradisi perayaan ini berkembang pesat terutama di daerah dengan populasi Tionghoa yang besar, seperti Singkawang, Pontianak, Bogor, dan Semarang.

Salah satu tradisi unik di Indonesia adalah "Tatung", yang terkenal di Singkawang, Kalimantan Barat. Tatung adalah ritual spiritual di mana seseorang menjadi medium roh leluhur atau dewa dan menunjukkan kekebalan terhadap benda tajam serta siksaan fisik. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk tolak bala untuk mengusir roh jahat.

Selain itu, di Bogor, perayaan Cap Go Meh sering diwarnai dengan Pawai Glodok yang menampilkan barongsai, liong (naga), dan atraksi budaya lainnya.

Simbol dan Tradisi Cap Go Meh

Cap Go Meh memiliki berbagai simbol dan tradisi yang khas, di antaranya:

1. Lampion Merah

Lampion melambangkan harapan dan keberuntungan. Warna merah dipercaya membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat.

2. Lontong Cap Go Meh

Di Indonesia, lontong Cap Go Meh menjadi hidangan khas perayaan ini. Makanan ini merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa, di mana lontong melambangkan kemakmuran dan keharmonisan.

3. Barongsai dan Liong

Pertunjukan barongsai dan liong (naga) menjadi daya tarik utama Cap Go Meh. Barongsai dipercaya membawa keberuntungan, sedangkan naga melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan.

4. Makan Yuanxiao atau Tangyuan

Di China, Cap Go Meh sering disebut Festival Yuanxiao, merujuk pada bola-bola ketan manis yang disantap bersama keluarga. Yuanxiao atau Tangyuan melambangkan kebersamaan dan keharmonisan.

5. Ritual dan Doa di Klenteng

Banyak umat Tionghoa mengunjungi klenteng untuk berdoa memohon keselamatan, keberuntungan, dan kemakmuran di tahun yang baru.

Cap Go Meh: Dari Tradisi ke Atraksi Wisata

Seiring perkembangan zaman, Cap Go Meh tidak hanya menjadi perayaan keagamaan dan budaya, tetapi juga atraksi wisata yang menarik banyak wisatawan domestik maupun mancanegara. Di Indonesia, perayaan ini menjadi salah satu festival budaya terbesar, khususnya di Singkawang yang dijuluki sebagai "Kota Seribu Tatung."

Meski mengalami berbagai tantangan, termasuk pelarangan perayaan Imlek pada era Orde Baru, Cap Go Meh kembali berkembang pesat setelah tahun 2000, ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan terhadap perayaan budaya Tionghoa di Indonesia.

Cap Go Meh bukan sekadar perayaan akhir Imlek, tetapi juga simbol kebersamaan, keberuntungan, dan harmoni antarbudaya. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, tradisi ini telah beradaptasi dengan budaya lokal, menciptakan perayaan yang unik dan meriah. Dengan berbagai atraksi budaya, kuliner khas, dan nilai spiritualnya, Cap Go Meh terus menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan.

Apakah Anda pernah merayakan Cap Go Meh? Bagaimana pengalaman Anda?


Penulis: Osmond

Dari berbagai sumber