Anak Rela Jual Ginjal Demi Bebaskan Ibu dari Tahanan Polres Tangsel
Ilustrasi Ginjal. Foto: Shutterstock
D'On, Tangerang Selatan – Sebuah kisah memilukan mengguncang dunia maya, ketika dua kakak beradik nekat menawarkan ginjal mereka demi membebaskan sang ibu yang ditahan di Rutan Polres Tangerang Selatan. Aksi mereka yang terekam dalam sebuah foto dengan poster bertuliskan penawaran penjualan ginjal demi ibunya, menjadi viral dan memancing simpati masyarakat luas.
Ketegaran Dua Anak dalam Desakan Hidup
Di Bundaran Hotel Indonesia dan Pasar Ciputat, dua remaja, F (19) dan NR (16), berdiri dengan poster penuh keputusasaan. Mereka bukan pengemis, bukan pula pengamen jalanan—mereka hanya anak-anak yang ingin melihat ibu mereka kembali ke rumah. Poster itu mencerminkan keputusasaan mereka, sebuah ungkapan betapa besarnya pengorbanan seorang anak terhadap ibunya, bahkan hingga bersedia mengorbankan bagian tubuh mereka sendiri.
Publik yang melihat aksi ini bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Apa kesalahan ibu mereka hingga harus mendekam di balik jeruji besi?
Kronologi: Dari Pekerjaan Rumah hingga Tahanan Rutan
Ibu mereka, seorang perempuan berinisial SY, awalnya hanya seorang penjual makanan. Suatu hari, ia mendapat pekerjaan untuk mengurus rumah seorang kerabat yang berprofesi sebagai pramugari. Tugasnya sederhana: menjaga rumah dan memastikan segala sesuatu tetap teratur selama sang pemilik rumah pergi.
Sebagai bentuk kepercayaan, SY diberikan ponsel dan uang tunai Rp 10 juta untuk kebutuhan rumah, termasuk membayar asisten rumah tangga. Namun, hubungan kerja ini tidak berlangsung lama. SY memutuskan berhenti bekerja karena kerap menerima perlakuan kasar dan kata-kata yang menyakitkan.
Keputusan untuk mundur ternyata berbuntut panjang. Sang majikan, berinisial PT, menuduhnya melakukan penggelapan uang dan ponsel yang telah diberikan kepadanya. Laporan pun dibuat ke Polsek Ciputat Timur, dan polisi segera bertindak.
Meski dalam proses pemeriksaan SY telah mengembalikan uang serta ponsel tersebut, aparat tetap menetapkannya sebagai tersangka. Sejak Rabu, 19 Maret, ia resmi ditahan di Rutan Polres Tangsel.
Jeritan Keluarga: Haruskah Seorang Ibu Dipenjara?
Penahanan SY mengundang kesedihan mendalam bagi keluarganya, terutama bagi kedua anaknya yang masih remaja. Tanpa sosok ibu, mereka harus bertahan sendiri di tengah ketidakpastian hidup.
Tidak tinggal diam, keluarga SY mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Polsek Ciputat Timur mengabulkan permohonan tersebut pada Jumat, 21 Maret. SY pun akhirnya bisa kembali berkumpul dengan anak-anaknya.
Namun, permasalahan hukum ini belum sepenuhnya selesai. Status tersangka yang masih melekat pada SY menimbulkan pertanyaan besar: apakah kasus ini murni penegakan hukum, ataukah ada ketidakadilan di baliknya?
Kapolres Turun Tangan, Publik Menuntut Profesionalisme
Kisah SY telah menyedot perhatian masyarakat luas, termasuk pihak kepolisian sendiri. Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Victor Inkiriwang, turun tangan dan meminta agar penyelidikan kasus ini dilakukan secara profesional.
"Pak Kapolres Tangerang Selatan telah memberikan perhatian khusus terhadap perkara tersebut dan menginstruksikan kepada Kapolsek Ciputat Timur agar menangani perkara tersebut secara profesional," ujar Kasi Humas Polres Tangsel, AKP Agil, Sabtu, 22 Maret.
Dilema Keadilan: Hukum vs. Kemanusiaan
Kasus ini mengundang banyak perdebatan. Sebagian masyarakat mempertanyakan apakah tindakan hukum yang diterapkan sudah sesuai dengan prinsip keadilan. Jika barang yang diduga digelapkan sudah dikembalikan, haruskah seseorang tetap ditahan?
Di sisi lain, ada yang berargumen bahwa hukum harus ditegakkan secara konsisten, tanpa memandang latar belakang sosial seseorang. Jika memang ada unsur penggelapan, maka proses hukum harus tetap berjalan.
Namun, satu hal yang pasti: kisah ini bukan sekadar persoalan hukum, tetapi juga tentang kemanusiaan, tentang dua anak yang rela mengorbankan segalanya demi melihat ibunya bebas.
Aksi mereka telah menyadarkan banyak orang tentang pentingnya empati dan keadilan dalam sistem hukum. Masyarakat kini menanti, apakah keadilan akan benar-benar ditegakkan, atau justru kisah ini akan menjadi salah satu dari sekian banyak tragedi hukum yang berakhir tanpa kepastian?