Breaking News

Banjir Melanda Nagari Taram dan Mungo: Derasnya Luapan Batang Mungo Ancam Pemukiman dan Pertanian

Hujan deras sejak Senin pagi (3/3/2025) membuat Batang Mungo meluap, menenggelamkan permukiman warga di Nagari Taram, Harau, Limapuluh Kota.


D'On, Limapuluh Kota, Sumatera Barat
– Hujan deras yang mengguyur sejak Senin pagi (3/3/2025) menyebabkan Batang Mungo meluap, membawa arus air yang tak terbendung ke permukiman warga di Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Derasnya debit air yang meningkat secara drastis membuat aliran irigasi melimpah, menerobos masuk ke rumah-rumah penduduk serta merusak lahan pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakat setempat.

Dampak Banjir: Rumah Terendam, Akses Terputus

Sejumlah titik terdampak cukup parah, terutama di Jorong Tanjuang Ateh (Kapalo Banda) dan Jorong Parak Baru, yang kini nyaris lumpuh akibat genangan air. Wali Nagari Taram, Nanang Iskandar, menyebutkan bahwa banjir yang datang dengan cepat ini memutus akses ke Seberang, membuat warga kesulitan untuk beraktivitas maupun menyelamatkan barang berharga mereka.

“Kawasan Kapalo Banda belum bisa dilewati. Air datang sangat deras, masuk ke rumah-rumah dan menggenangi sawah-sawah warga. Ini tentu menjadi pukulan berat bagi kami semua,” ujar Nanang Iskandar dengan nada prihatin.

Ketakutan akan Banjir Susulan

Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan korban jiwa, tetapi dampak banjir sudah cukup mengkhawatirkan. Lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian warga ikut terendam, menimbulkan kekhawatiran akan gagal panen yang berpotensi memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.

Tim tanggap darurat dari BPBD Limapuluh Kota masih terus berupaya melakukan evakuasi dan mitigasi di lokasi terdampak. Warga pun diminta tetap waspada, mengingat intensitas hujan masih tinggi dan potensi banjir susulan bisa terjadi kapan saja.

Banjir di Padang Mengatas: Luapan Air dari BPTU-HPT Mungo

Tak hanya di Nagari Taram, bencana serupa juga terjadi di Nagari Mungo, Kecamatan Luak. Pada Senin sore, warga dikejutkan dengan aliran air bah yang datang dari arah Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas. Derasnya aliran air ini menerjang rumah-rumah serta lahan pertanian di Kecamatan Lareh Sago Halaban, menambah parah dampak banjir yang telah terjadi sebelumnya.

Akun Instagram @payakumbuhkini melaporkan kejadian ini, sementara seorang warga dengan akun @fauz.an4726 turut mengomentari bahwa air bah melewati rumahnya di Mungo Ateh. Ia juga mengungkapkan bahwa fenomena ini sudah sering terjadi hampir setiap tahun, membuat masyarakat semakin resah akan siklus bencana yang seolah tak berkesudahan.

“Kami sudah sering mengalami hal seperti ini, hampir tiap tahun selalu ada banjir dari arah BPTU-HPT. Ini bukan hanya bencana alam, tapi ada faktor lain yang harus diperhatikan,” tulisnya dalam unggahan tersebut.

Apa Penyebabnya?

Sejumlah pihak mulai mempertanyakan penyebab utama terjadinya banjir ini. Beberapa menduga bahwa curah hujan tinggi menjadi faktor utama, sementara yang lain menyoroti pengelolaan irigasi dan drainase di kawasan BPTU-HPT Padang Mengatas yang dinilai belum maksimal.

Kondisi ini memperparah situasi, mengingat air bah tak hanya merendam pemukiman tetapi juga menghancurkan sawah dan ladang petani, membuat warga semakin terhimpit secara ekonomi.

Upaya Penanggulangan dan Harapan Warga

Warga berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk mencari solusi jangka panjang, baik dalam bentuk perbaikan sistem drainase, pembangunan tanggul, hingga mitigasi bencana yang lebih efektif.

“Saya berharap ada solusi nyata, jangan hanya datang saat banjir melanda, lalu pergi begitu saja. Kami butuh tindakan konkret agar kejadian seperti ini tidak terus berulang,” ungkap seorang warga yang terdampak banjir.

Sementara itu, BPBD, TNI, dan relawan terus bersiaga untuk menangani dampak yang ada dan membantu warga yang terisolasi. Dengan curah hujan yang masih tinggi, masyarakat di sekitar Nagari Taram dan Nagari Mungo diimbau untuk tetap waspada dan segera mengungsi jika kondisi semakin memburuk.

Bencana ini menjadi pengingat bahwa perlu ada langkah serius dalam menanggulangi persoalan banjir, agar masyarakat tidak terus menjadi korban dari siklus bencana yang seolah tak pernah berakhir.

(Mond)

#Banjir #Peristiwa #LimapuluhKota #SumateraBarat