Breaking News

Bentrok Mematikan di Maluku Tenggara: Darah, Dendam, dan Upaya Aparat Meredam Konflik

Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Areis Aminnulla. Dok: Ist.

D'On, Maluku Tenggara –
Malam mencekam menyelimuti Kabupaten Maluku Tenggara ketika dua kelompok pemuda saling serang dengan senjata tajam dan senapan angin. Bentrokan brutal yang pecah pada Minggu dini hari (16/3) di Taman Landmark, Kecamatan Kei Kecil, itu berujung pada tewasnya dua orang serta melukai sedikitnya 16 lainnya, termasuk anggota kepolisian yang berusaha melerai.

Suara pekikan, denting parang beradu, serta desingan anak panah dan peluru senapan angin mewarnai bentrokan sengit antara kelompok pemuda dari Lorong Karang Tagepe dan Lorong Perumda. Aparat kepolisian yang turun tangan untuk menenangkan situasi justru ikut menjadi sasaran serangan brutal.

Kronologi: Dari Ketegangan ke Pertumpahan Darah

Bentrok pecah sekitar pukul 01.10 WIT, saat sekelompok pemuda dari Perumda berusaha menyerang kelompok Karang Tagepe menggunakan busur panah. Beruntung, aparat yang berjaga di sekitar Taman Landmark berhasil membubarkan mereka. Namun, amarah yang tak tersalurkan membuat kelompok tersebut bergerak ke depan kantor DPRD, berniat menyerang kawasan Ohoijang atau Karang Tagepe.

Personel Polres Maluku Tenggara kembali turun tangan, kali ini dengan jumlah lebih banyak, untuk menghalau rencana serangan lebih besar. Namun, situasi berubah semakin panas. Kedua kelompok enggan mundur, bahkan semakin beringas. Polisi yang bertindak sebagai penengah justru mendapat serangan dari orang-orang tak dikenal (OTK) yang muncul entah dari mana, membawa senjata tajam dan senapan angin.

Kekacauan mencapai puncaknya sekitar pukul 02.10 WIT, ketika seorang anggota Reskrim yang mencoba melerai malah diserang dengan parang yang mengoyak kepalanya. Saat mencoba menangkap pelaku, ia malah diserang bertubi-tubi dengan panah dan tembakan senapan angin. Upaya personel lain untuk menyelamatkannya membuat situasi semakin liar, dengan korban berjatuhan dari berbagai pihak.

Korban: Dua Nyawa Melayang, Polisi Juga Jadi Sasaran

Bentrok ini mengakibatkan tujuh warga sipil mengalami luka-luka, dua di antaranya tak tertolong dan meninggal dunia. Di sisi lain, sembilan anggota kepolisian juga terluka akibat serangan brutal menggunakan parang, panah, dan senapan angin.

"Situasi sangat kacau. Bukan hanya warga yang terluka, tetapi juga anggota kami yang bertugas di lapangan," ujar Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Areis Aminnulla.

Ia juga mengungkapkan bahwa penyelidikan terus berlangsung untuk mengungkap aktor utama di balik bentrok ini. "Identitas pelaku pembacokan terhadap anggota kami sudah dikantongi. Kami mengimbau pihak keluarga agar menyerahkan pelaku ke Polres Malra," tegasnya.

Polisi Bertindak: Imbauan dan Ancaman Tindakan Tegas

Setelah kejadian berdarah ini, aparat berupaya menenangkan situasi. Hingga saat ini, kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) dinyatakan dalam keadaan terkendali, namun ketegangan masih terasa di antara dua kelompok yang bertikai.

Kepolisian mengingatkan bahwa siapa pun yang terlibat dalam bentrokan ini akan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. "Kami meminta masyarakat menahan diri dan tidak terpancing emosi. Semua pihak yang terbukti terlibat akan diproses hukum," kata Areis.

Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung. Motif di balik bentrokan ini masih menjadi tanda tanya besar. Apakah ini murni konflik antar-kelompok pemuda, atau ada dendam lama dan provokasi tersembunyi di balik tragedi berdarah ini?

Polisi berjanji akan menuntaskan kasus ini hingga ke akar. Satu hal yang pasti, dua nyawa telah melayang, belasan orang terluka, dan malam itu, Maluku Tenggara mencatat sebuah lembaran kelam dalam sejarahnya.

(Mond)

#Peristiwa #BentrokMassa