Breaking News

Brutal! Tiga Remaja Dikeroyok saat Tadarus di Meunasah, Dipicu Pandangan Sinis?

Ilustrasi Pengeroyokan 

D'On, Bener Meriah, Aceh
– Malam yang seharusnya penuh kedamaian berubah menjadi momen kelam bagi tiga remaja di Kampung Bener Kelipah Selatan, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. CY (15), IK (17), dan KH (16) yang sedang membaca Al-Qur'an di Meunasah—tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan sosial masyarakat—mendadak dikeroyok oleh lima remaja lain. Insiden yang terjadi pada Senin (3/3) sekitar pukul 01.00 WIB ini kini menjadi perhatian publik setelah videonya viral di media sosial.

Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Joko Krisdiyanto, mengungkapkan bahwa pengeroyokan dilakukan oleh lima remaja di bawah umur, yakni AH (15), RS (16), YP (16), SG (16), dan IS (16).

"Tiba-tiba, lima pelaku datang dan melakukan pemukulan terhadap ketiga korban yang sedang tadarus di Meunasah. Korban pun akhirnya melaporkan kejadian ini ke Polres Bener Meriah," ujar Joko, Senin (10/3).

Saat ini, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Bener Meriah menangani kasus tersebut. Polisi memastikan proses hukum berjalan dengan profesional dan berkeadilan.

Motif: Hanya Karena Pandangan Sinis?

Dari hasil pemeriksaan awal, pemicu pengeroyokan ini cukup mengejutkan. Kelima pelaku mengaku melakukan aksi brutal tersebut hanya karena merasa kesal dipandang sinis oleh para korban.

"Mereka merasa tidak senang dengan tatapan korban. Dari situlah muncul emosi yang berujung pada aksi pengeroyokan," ungkap Joko.

Meski sudah ada pengakuan dari para pelaku, polisi masih terus mendalami motif lain yang mungkin melatarbelakangi kejadian ini. Pasalnya, banyak pihak yang menilai alasan tersebut terlalu sepele untuk sebuah tindakan kekerasan yang begitu brutal.

Pelaku di Bawah Umur, Penahanan Ditangguhkan

Karena kelima pelaku masih berstatus anak di bawah umur, polisi memutuskan untuk menangguhkan penahanan mereka dengan jaminan dari orang tua masing-masing.

"Saat ini, kami masih menunggu hasil diversi yang akan dilakukan bersama Balai Pemasyarakatan (Bapas), UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), perangkat desa (reje), serta pihak-pihak terkait, termasuk orang tua korban dan pelaku," jelas Joko.

Meski demikian, hingga kini polisi belum membeberkan kondisi terkini para korban usai insiden pengeroyokan tersebut.

Viral di Medsos, Benarkah Ada Orang Tua Korban yang Meninggal saat Mediasi?

Kasus ini semakin menyita perhatian setelah video pengeroyokan viral di media sosial. Beredar pula kabar yang menyebut bahwa salah satu orang tua korban meninggal dunia saat proses mediasi.

Namun, ketika dimintai konfirmasi terkait hal ini, Joko masih enggan memberikan jawaban lebih lanjut. Pihak kepolisian disebut masih melakukan pendalaman terkait kebenaran informasi tersebut.

Kekerasan Remaja yang Kian Mengkhawatirkan

Insiden ini menambah daftar panjang kasus kekerasan yang melibatkan remaja di Indonesia. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana anak-anak muda bisa dengan mudahnya melakukan tindakan brutal hanya karena alasan sepele?

Apakah ini murni persoalan pribadi, atau ada faktor lain seperti lingkungan sosial, kurangnya edukasi moral, atau pengaruh budaya kekerasan di media?

Kasus ini seharusnya menjadi peringatan bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat luas untuk lebih memperhatikan perilaku dan perkembangan emosional anak-anak mereka. Kejadian ini membuktikan bahwa konflik kecil sekalipun bisa berujung pada tindakan kekerasan yang tidak terduga.

Pihak kepolisian berjanji akan menangani kasus ini dengan serius. Masyarakat pun berharap ada langkah konkret untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.

(Mond)

#Peristiwa #Pengeroyokan