Brutal!! Wartawan Dihajar dengan Samurai dan Stik Golf Saat Bongkar Mafia Tramadol
Ilustrasi:.net
D'On, Jakarta – Dunia jurnalistik kembali tercoreng oleh aksi kekerasan brutal terhadap seorang wartawan yang tengah menjalankan tugasnya. Kali ini, tragedi berdarah terjadi di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, ketika seorang jurnalis media online diserang habis-habisan dengan stik golf dan samurai saat menginvestigasi dugaan peredaran obat keras ilegal jenis Tramadol dan Hexymer.
Insiden ini bukan sekadar pemukulan biasa. Ini adalah serangan terorganisir, yang menandakan betapa beraninya para pelaku bisnis obat terlarang melindungi jaringan mereka. Jika seorang wartawan yang membawa pena bisa dibantai di tengah kota besar, seberapa dalam gurita bisnis haram ini mencengkeram Jakarta?
Dari Investigasi ke Neraka Kekerasan
Peristiwa mencekam ini bermula ketika korban yang namanya masih dirahasiakan demi keamanan menyusup ke sebuah toko di Rawamangun yang diduga menjadi tempat transaksi obat-obatan terlarang. Dalam dunia jurnalisme investigasi, aksi semacam ini memang penuh risiko. Namun, korban tak menyangka bahwa nyawanya bakal nyaris melayang hanya karena mencari kebenaran.
Begitu memasuki lokasi, keberadaannya langsung dicurigai oleh penjaga toko. Tak butuh waktu lama, informasi ini sampai ke telinga pemilik usaha ilegal tersebut. Sebuah keputusan jahat pun diambil—wartawan itu harus ‘dibungkam’.
Dalam hitungan menit, situasi berubah menjadi mimpi buruk. Sekelompok pria datang, dipimpin oleh seorang yang diduga sebagai pemilik toko. Tanpa banyak bicara, stik golf menghantam tubuhnya, sementara samurai melayang ke arahnya. Darah mengalir. Jeritan kesakitan menggema di sudut Rawamangun.
Korban jatuh tersungkur, tubuhnya dipenuhi luka bacokan dan pukulan brutal. Sumber menyebut, serangan berlangsung cukup lama sebelum akhirnya korban bisa melarikan diri dengan kondisi yang nyaris tak sadarkan diri.
Luka Menganga, Demokrasi Berdarah
Korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat. Luka-luka serius di beberapa bagian tubuhnya mengindikasikan bahwa serangan ini bukan sekadar aksi spontan, tetapi eksekusi brutal yang direncanakan.
Dengan didampingi tim hukum dari LBH Jaringan Rakyat (JARAK), korban kemudian melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian dengan nomor laporan LP/B/777/III/2025/SPKT/Polres Metro Jakarta Timur/Polda Metro Jaya, tertanggal 2 Maret 2025.
Namun, pertanyaannya sekarang: seberapa serius polisi akan menindak kasus ini?
Jurnalis Dibantai, Mafia Tramadol Kian Berani
Kasus ini memicu gelombang kemarahan dari komunitas pers dan aktivis kebebasan berekspresi. Ketua Kelompok Kerja Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Walikota Jakarta Timur, Hengki Lumban Toruan, mengecam keras tindakan sadis ini.
“Ini bukan sekadar penganiayaan, ini serangan terhadap demokrasi! Jika wartawan saja bisa dihajar seperti ini, bagaimana dengan masyarakat biasa? Kepolisian harus segera bertindak tegas,” tegas Hengki, Kamis (6/3/2025).
Tak hanya itu, ia juga mendesak aparat untuk tidak hanya menangkap pelaku pemukulan, tetapi juga membongkar jaringan bisnis ilegal yang menjadi latar belakang kejadian ini.
Sebab, kejadian ini bukan sekadar kekerasan terhadap pers. Ini adalah sinyal bahwa jaringan peredaran obat ilegal semakin berani menantang hukum. Jika tidak segera diberantas, bukan tidak mungkin kejahatan ini akan semakin menggila.
Ujian bagi Aparat, Nyali Polisi Dipertaruhkan
Kini, bola ada di tangan kepolisian. Apakah mereka akan bertindak tegas menangkap para pelaku dan membongkar jaringan mafia Tramadol? Ataukah kasus ini akan menguap begitu saja seperti banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis lainnya?
Publik menunggu langkah konkret dari aparat penegak hukum. Jika mereka gagal menindak tegas, bukan hanya kebebasan pers yang terancam tapi juga nyali bangsa ini untuk melawan kejahatan terorganisir.
(YPS)
#KekerasanTerhadapWartawan #Kriminal #Peristiwa