Breaking News

Demo RUU TNI di Bandung Memanas: Wartawan Kompas.com Jadi Korban Salah Sasaran

Faqih, wartawan kompas.com, dikira intel polisi oleh pendemo, pada demo tolak RUU TNI di Bandung Jumat (21/3) hingga Sabtu (22/3) dini hari. Ia dipukul oleh beberapa pendemo.

D'On, Bandung
 – Aksi unjuk rasa terkait Rancangan Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) di Kota Bandung berujung ricuh. Demonstrasi yang berlangsung sejak Jumat (21/3) hingga Sabtu (22/3) dini hari itu berubah menjadi ketegangan yang tak terduga. Di tengah situasi yang semakin panas, seorang wartawan Kompas.com, Faqih, menjadi korban salah sasaran dan mengalami kekerasan fisik dari sekelompok massa tak dikenal.

Ketegangan Memuncak di Depan DPRD Jabar

Kericuhan pecah di sekitar gedung DPRD Jawa Barat, tempat massa aksi berkumpul untuk menyuarakan aspirasi mereka terhadap revisi RUU TNI yang kontroversial. Suasana yang awalnya terkendali berubah menjadi kacau ketika ada dugaan penyusupan intelijen di tengah massa.

Faqih, yang saat itu sedang menjalankan tugas jurnalistiknya dengan merekam suasana di sekitar kerumunan, tiba-tiba menjadi target kecurigaan. Tanpa diduga, salah satu orang dari kerumunan massa berteriak, menunjuk ke arahnya.

"Awas, awas, itu yang gendut intel! Itu pakai baju putih!" teriak seseorang dari dalam kelompok massa.

Sorotan pun langsung tertuju kepada Faqih. Sejumlah orang mendekat, dan suasana menjadi semakin tegang.

Upaya Klarifikasi yang Tak Dihiraukan

Mengetahui dirinya dalam situasi berbahaya, Faqih segera merespons dengan menunjukkan kartu persnya, berusaha meyakinkan massa bahwa ia adalah wartawan dan bukan intel sebagaimana yang dituduhkan. Namun, di tengah emosi yang memuncak dan kelelahan para demonstran, klarifikasi tersebut tak digubris.

Beberapa orang di antara massa justru semakin agresif. Tanpa peringatan lebih lanjut, pukulan mendarat di kepala Faqih. Ia mencoba menghindar, tetapi serangan berlanjut. Ia menerima dua pukulan di kepala dan dua tendangan di bagian pantat. Selain itu, tubuhnya juga beberapa kali ditarik-tarik oleh orang-orang yang mengepungnya.

"Mungkin mereka sudah capek, putus asa, atau terprovokasi oleh situasi yang semakin kacau. Yang jelas, saya tetap kena pukul," ungkap Faqih usai kejadian.

Penyelamatan di Tengah Kekacauan

Di tengah serangan itu, sebagian massa aksi lainnya segera menyadari kesalahpahaman yang terjadi. Sejumlah demonstran berusaha melindungi Faqih dari serangan lebih lanjut dan membawanya ke tempat yang lebih aman.

Faqih mengapresiasi tindakan cepat dari sebagian massa yang membantunya keluar dari situasi berbahaya. "Ada massa aksi yang membantu saya, mengamankan saya dari situasi itu. Saya apresiasi mereka, terima kasih," ujarnya.

Kekerasan terhadap Jurnalis, Alarm bagi Kebebasan Pers

Insiden yang dialami Faqih menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap jurnalis di tengah aksi unjuk rasa. Peran wartawan sebagai penyampai informasi seharusnya dihormati oleh semua pihak, baik oleh aparat keamanan maupun massa aksi. Kekerasan seperti ini menjadi ancaman serius terhadap kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian terkait insiden yang menimpa wartawan Kompas.com tersebut. Namun, kejadian ini menjadi pengingat penting bahwa dalam setiap aksi demonstrasi, baik demonstran, aparat, maupun jurnalis memiliki peran masing-masing yang harus dihormati demi menjaga demokrasi yang sehat dan beradab.

(Mond)

#Peristiwa #DemoRUUTNI #Kekerasan #KekerasanTerhadapWartawan