Breaking News

Disdik Dharmasraya Luncurkan Inovasi "Satuka": Upaya Transformatif Menangani Anak Tidak Sekolah


D'On, Dharmasraya
– Dalam langkah progresif untuk mengatasi permasalahan Anak Tidak Sekolah (ATS), Dinas Pendidikan Dharmasraya memperkenalkan inovasi Sarana Pembentukan Karakter (SATUKA). Program ini tidak hanya bertujuan untuk menekan angka ATS tetapi juga membentuk karakter siswa melalui pendekatan berbasis teknologi dan sosial.

Sosialisasi SATUKA telah dilaksanakan di berbagai wilayah sejak 11 hingga 14 Maret 2025, mencakup empat kecamatan utama: Asam Jujuhan, IX Koto, Timpeh, dan Pulau Punjung. Namun, beberapa nagari tidak dapat menghadiri kegiatan ini karena kendala tertentu. Menyikapi hal ini, tim dari Dinas Pendidikan Dharmasraya secara aktif melakukan kunjungan langsung ke wilayah yang belum terjangkau, memastikan bahwa hingga 20 Maret 2025, seluruh nagari telah menerima sosialisasi tentang SATUKA dan langkah-langkah penanggulangan ATS.

Kondisi ATS di Dharmasraya: Angka yang Mengkhawatirkan

Kepala Dinas Pendidikan Dharmasraya, Bobby P. Riza, mengungkapkan bahwa jumlah ATS di daerah tersebut masih tergolong tinggi, mencapai 3.707 anak. "Faktor utama yang menyebabkan anak putus sekolah bervariasi, mulai dari ekonomi, sosial, hingga kesehatan," ujarnya. Oleh karena itu, penanganan yang diterapkan pun tidak bisa seragam; setiap kasus ATS membutuhkan solusi yang disesuaikan dengan akar permasalahannya.

Bagi anak-anak yang mengalami kesulitan ekonomi, bantuan pendidikan dan beasiswa menjadi solusi utama agar mereka dapat kembali ke bangku sekolah. Sementara itu, bagi mereka yang memiliki kendala kesehatan atau disabilitas, sekolah-sekolah negeri diwajibkan untuk menerima mereka tanpa diskriminasi. "Sekolah negeri tidak boleh menolak anak disabilitas. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan," tegas Bobby.

Namun, kasus yang lebih kompleks muncul pada anak-anak yang mengalami kehilangan motivasi untuk bersekolah. Untuk menangani kelompok ini, Dinas Pendidikan melibatkan pemuka adat, pemuka agama, serta psikolog guna memberikan pendekatan yang lebih holistik. "Pendidikan agama memegang peran penting dalam membentuk karakter anak-anak kita," tambahnya.

SATUKA: Inovasi Berbasis Teknologi dan Karakter

Program SATUKA yang menjadi bagian dari strategi ini ditetapkan melalui Keputusan Bupati Dharmasraya tahun 2024 dan diperkuat dengan pembentukan tim pelaksana lintas sektor. Program ini tidak hanya melibatkan sekolah, tetapi juga Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kecamatan, serta wali nagari di seluruh Dharmasraya.

Konsep utama SATUKA adalah pemanfaatan media sosial sebagai sarana pembentukan karakter siswa. Dalam program ini, para peserta didorong untuk membuat video hafalan Al-Qur'an beserta terjemahannya, yang kemudian diunggah ke kanal YouTube SATUKA.

"Video ini akan dinilai berdasarkan tiga aspek utama: hafalan, tajwid, serta jumlah dukungan yang diterima di YouTube," ungkap Bobby.

Dengan cara ini, gadget yang selama ini kerap digunakan anak-anak untuk bermain game online kini diarahkan ke aktivitas yang lebih bermanfaat. Para siswa didorong untuk menonton, mendukung, dan mengapresiasi video hafalan temannya, sehingga tercipta kebiasaan positif dalam pemanfaatan teknologi digital.

"Kami ingin mengubah pola penggunaan gadget di kalangan siswa. Dengan SATUKA, mereka tidak hanya mendapatkan ilmu agama tetapi juga membangun interaksi sosial yang lebih sehat dan produktif," tambahnya.

Lebih dari Hafalan: SATUKA sebagai Wadah Pengembangan Talenta

Selain berfokus pada hafalan Al-Qur’an, SATUKA juga menjadi wadah untuk mengembangkan potensi akademik siswa. Program ini dirancang sebagai ajang seleksi bagi calon peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2025.

"Siswa terbaik dari SATUKA akan kami bina secara khusus agar siap menghadapi kompetisi di tingkat nasional," kata Bobby. Dengan demikian, SATUKA tidak hanya berperan dalam membentuk karakter tetapi juga membuka peluang bagi siswa untuk berprestasi di bidang akademik.

Harapan Besar untuk Masa Depan Pendidikan Dharmasraya

Dinas Pendidikan Dharmasraya berharap bahwa SATUKA dapat memberikan dampak signifikan terhadap karakter dan motivasi belajar siswa. Dengan semakin banyaknya anak yang kembali bersekolah dan memiliki nilai karakter yang kuat, angka ATS di daerah ini diharapkan bisa terus menurun.

"Kami ingin pendidikan di Dharmasraya semakin maju dan berdaya saing. SATUKA adalah langkah awal dari banyak inovasi lain yang akan kami hadirkan," pungkas Bobby.

Program ini bukan sekadar kampanye edukasi, melainkan sebuah gerakan transformasi sosial yang menempatkan pendidikan, teknologi, dan nilai-nilai karakter sebagai pilar utama dalam membangun generasi muda yang lebih baik.

(Afra/RA)

#Pendidikan #Dharmasraya #SATUKA