Breaking News

Haruskah Niat Puasa Ramadhan Diucapkan Setiap Malam? Ini Penjelasan Lengkapnya

Ilustrasi 

Dirgantaraonline
- Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang baligh, berakal, dan mampu. Namun, ada satu pertanyaan yang sering muncul menjelang bulan suci ini: Apakah niat puasa Ramadhan harus diucapkan setiap malam, atau cukup sekali di awal bulan?

Dalam Islam, niat adalah syarat sah ibadah, termasuk puasa. Namun, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang cara dan frekuensi niat tersebut. Mari kita bahas secara lebih mendalam.

1. Pentingnya Niat dalam Ibadah

Niat adalah inti dari setiap amal ibadah. Tanpa niat yang benar, ibadah bisa menjadi tidak sah atau bahkan tidak bernilai di sisi Allah. Dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)

Hadits ini menegaskan bahwa niat adalah bagian esensial dalam setiap ibadah, termasuk puasa Ramadhan. Namun, bagaimana cara niat yang benar? Apakah harus diucapkan atau cukup dalam hati?

2. Hukum Niat dalam Hati

Mayoritas ulama sepakat bahwa niat cukup dalam hati, tanpa perlu diucapkan secara lisan. Yang terpenting adalah adanya kesadaran dan tekad dalam diri bahwa kita akan berpuasa esok hari.

Pendapat ini didasarkan pada sifat niat itu sendiri, yang merupakan amalan hati dan bukan amalan lisan. Oleh karena itu, cukup bagi seseorang yang sudah memiliki kesadaran untuk berpuasa, tanpa harus mengucapkan niat secara verbal.

Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari: Ketika seseorang bangun sahur dengan tujuan berpuasa, maka itu sudah termasuk niat.

Pendapat ini dianut oleh banyak ulama, termasuk dalam mazhab Maliki dan Hanafi.

3. Hukum Mengucapkan Niat Secara Lisan

Meskipun niat cukup dalam hati, sebagian ulama dari mazhab Syafi’i dan Hambali menyunnahkan mengucapkannya secara lisan. Mengapa?

Karena pengucapan niat dapat membantu menguatkan hati dalam berniat dan mencegah kelalaian. Sebagaimana dalam banyak ibadah lainnya, terkadang melafalkan niat bisa menjadi sarana untuk lebih memantapkan hati.

Dalam mazhab Syafi’i, dianjurkan untuk mengucapkan niat puasa setiap malam sebelum fajar. Contoh lafaz niat yang sering digunakan adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban Ramadhan karena Allah Ta’ala."

Namun, penting untuk dipahami bahwa mengucapkan niat bukanlah kewajiban. Jika seseorang tidak melafalkannya tetapi sudah berniat dalam hati, maka puasanya tetap sah.

4. Apakah Niat Harus Dilakukan Setiap Malam?

Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama:

  • Mazhab Syafi’i dan Maliki:

    • Niat puasa harus diperbarui setiap malam sebelum fajar.
    • Jika seseorang lupa berniat di malam hari, maka puasanya tidak sah dan harus diganti di lain hari.
  • Mazhab Hanafi:

    • Cukup berniat sekali di awal Ramadhan untuk seluruh bulan, asalkan tidak ada pembatalan puasa di tengah-tengahnya.
    • Jika seseorang batal puasanya (misalnya karena sakit atau safar), maka ia harus memperbarui niatnya setelahnya.

Pendapat mazhab Hanafi ini didasarkan pada kemudahan dalam ibadah dan kontinuitas niat yang dianggap tetap ada selama tidak ada hal yang membatalkan.

5. Kesimpulan: Bagaimana Cara Terbaik Berniat Puasa?

Dari berbagai pendapat di atas, kita bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Wajib berniat sebelum fajar, baik dalam hati maupun dengan lisan.
Sunnah mengucapkan niat bagi yang merasa terbantu dengan pelafalan.
Tidak wajib mengucapkan niat secara lisan, cukup dalam hati.
Dalam mazhab Syafi’i dan Maliki, niat harus diperbarui setiap malam agar puasa sah.
Dalam mazhab Hanafi, cukup niat sekali di awal bulan jika tidak ada pembatalan puasa.

Sebagai langkah kehati-hatian, mayoritas ulama menyarankan agar kita tetap berniat setiap malam agar tidak ada keraguan dalam keabsahan puasa kita.

Wallahu a’lam.

Dengan memahami berbagai pendapat ulama ini, semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Mari manfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya dan selalu berusaha memperbaiki ibadah kita.

(*)

#NiatPuasa #Islami #Religi #Ramadan