Breaking News

Israel Memblokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza setelah Gencatan Senjata Berakhir: Eskalasi Baru di Tengah Krisis Kemanusiaan

Tentara Israel berdiri di dekat truk yang membawa bantuan kemanusiaan sebelum mereka menyeberang ke Jalur Gaza di penyeberangan Erez di Israel selatan. (AP/AP)

D'On, Gaza
 – Harapan untuk meredakan penderitaan di Jalur Gaza kembali pupus setelah Israel secara resmi memblokir masuknya bantuan kemanusiaan, menyusul berakhirnya fase pertama gencatan senjata dengan Hamas. Keputusan ini diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menegaskan bahwa semua bentuk bantuan kemanusiaan ke Gaza akan dihentikan tanpa batas waktu.

Langkah ini langsung menuai reaksi keras dari berbagai pihak, terutama organisasi kemanusiaan dan komunitas internasional, yang memperingatkan bahwa penghentian bantuan akan memperburuk kondisi yang sudah kritis bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang terjebak di wilayah yang porak-poranda akibat perang.

Kegagalan Negosiasi: Jalan Buntu Menuju Perdamaian

Sebelumnya, Israel menerima proposal dari utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, untuk memperpanjang gencatan senjata selama bulan Ramadan dan Paskah sebagai langkah menuju penyelesaian konflik yang lebih luas. Namun, upaya ini menemui jalan buntu setelah Hamas menolak perpanjangan fase pertama gencatan senjata selama 42 hari.

Hamas menuding proposal tersebut sebagai “pemerasan” dan “kejahatan perang,” serta menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan isu sandera adalah dengan tetap berpegang pada perjanjian yang telah disepakati dan segera memulai negosiasi untuk tahap berikutnya.

Pada fase pertama gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand, sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina dan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza. Namun, negosiasi untuk fase kedua, yang seharusnya mencakup pembebasan 59 sandera yang tersisa, penarikan penuh pasukan Israel, serta penghentian permanen perang, masih terhambat oleh kebuntuan diplomatik.

Israel bersikeras bahwa penghentian total pertempuran hanya bisa terjadi jika semua sandera telah dibebaskan. Hamas, di sisi lain, menuntut jaminan bahwa Israel akan menghentikan agresinya dan menarik pasukannya sebelum negosiasi lebih lanjut dilakukan.

Blokade Bantuan: Gaza di Ambang Krisis Kemanusiaan yang Lebih Parah

Keputusan Israel untuk memblokir bantuan kemanusiaan telah memperburuk situasi yang sudah berada dalam kondisi darurat. Dengan infrastruktur yang hancur akibat serangan udara, akses terhadap makanan, air bersih, obat-obatan, dan layanan medis semakin terbatas.

Organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa tanpa bantuan yang segera, Gaza akan menghadapi bencana kelaparan dan krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hamas telah meminta mediator utama, yaitu Mesir dan Qatar, untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian gencatan senjata. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan kepada kedua belah pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan demi menghindari eskalasi lebih lanjut.

Dunia Menyaksikan dengan Cemas: Akankah Solusi Diplomatik Mungkin?

Dengan ketegangan yang terus meningkat dan tidak adanya jalan keluar yang jelas, Gaza kembali menjadi pusat perhatian dunia. Tekanan internasional terhadap Israel untuk membuka kembali jalur bantuan semakin meningkat, sementara negosiasi antara Israel dan Hamas tetap terhenti di tengah kepentingan politik dan strategi perang yang saling bertentangan.

Apakah situasi ini akan berkembang menjadi konflik yang lebih luas, ataukah ada harapan bagi solusi diplomatik yang nyata? Dunia kini menyaksikan dengan cemas, sementara rakyat Gaza terus berjuang bertahan hidup di tengah ketidakpastian.

(AP)

#Internasional #Gaza