Breaking News

Ketua Bawaslu Bandung Barat Terjerat Narkoba: "Ini Kebodohan Saya"

Kapolres Cimahi AKBP Tri Suhartanto menginterogasi salah satu tersangka kasus narkotoka yang juga Ketua Bawaslu Kabupaten Bandung Barat Riza Nasrul Falah Sopandi (ketiga kanan) saat rilis di Polres Cimahi, Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat (7/3/2025).

D'On, Bandung
Kejutan tak menyenangkan mengguncang dunia politik dan pengawasan pemilu di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) KBB, Riza Nasrul Falah Sopandi, tertangkap tangan sedang mengonsumsi narkotika jenis sabu dalam sebuah penggerebekan yang dilakukan aparat kepolisian. Kejadian ini menjadi tamparan keras bagi citra lembaga pengawas pemilu yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menegakkan integritas dan kejujuran.

Saat ditemui di Mapolresta Cimahi, Jumat (7/3), Riza tak bisa menyembunyikan rasa penyesalannya. Dengan wajah tertunduk dan suara lirih, ia mengakui perbuatannya dan menyebutnya sebagai sebuah kebodohan.

"Ini yang kedua. Intinya ini kebodohan saya," ujar Riza, seolah menyesali keputusannya yang telah menyeretnya ke dalam jerat hukum.

Namun, pernyataan itu tak serta-merta menghapus pertanyaan publik tentang bagaimana seorang pejabat publik bisa tergelincir ke dalam dunia hitam narkotika.

Dari Mencari Air Galon, Berakhir di Pesta Sabu

Peristiwa ini bermula pada Rabu (5/3) dini hari, sekitar pukul 02.30 WIB, di sebuah rumah di daerah Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Riza saat itu tak sendirian. Ia tengah berpesta sabu bersama dua rekannya, Taupan Yowono dan Rian Irawan.

Menariknya, dalam keterangannya, Riza mengungkapkan bahwa awalnya ia tidak berniat untuk mengonsumsi narkoba. Ia hanya keluar rumah untuk membeli air galon demi persiapan sahur. Namun, niat awal itu berubah drastis setelah ia bertemu dengan teman-temannya.

"Pada saat itu saya mau mencari galon karena di rumah mau sahur juga. Ada kawan, ngobrol-ngobrol, saat itu diajak patungan dan ternyata membeli itu (narkoba)," ujar Riza, mencoba menjelaskan bagaimana situasi yang menyeretnya ke dalam lingkaran narkoba.

Alasan yang terkesan spontan ini justru semakin memunculkan tanda tanya. Bagaimana mungkin seorang pejabat yang seharusnya memiliki kesadaran penuh akan dampak buruk narkoba bisa dengan mudah tergoda hanya dalam hitungan jam? Apakah ini benar-benar kejadian yang tidak direncanakan, atau justru merupakan kebiasaan lama yang baru terungkap ke publik?

Penggerebekan dan Barang Bukti

Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, memastikan bahwa ketika penggerebekan dilakukan, Riza dan kedua rekannya tertangkap basah sedang menikmati sabu.

"Ketiga orang ini adalah pemakai. Mereka gunakan di salah satu rumah. Saat diamankan, mereka sedang mengonsumsi sabu," tegas AKBP Tri.

Dalam operasi tersebut, polisi menyita barang bukti berupa sabu seberat 0,84 gram beserta alat isapnya. Meski jumlahnya tergolong kecil, namun kasus ini tetap menjadi pukulan telak, mengingat salah satu pelakunya adalah seorang pejabat yang bertanggung jawab atas pengawasan pemilu di daerahnya.

Menurut AKBP Tri, penangkapan Riza dan kawan-kawannya merupakan hasil pengembangan dari penangkapan sebelumnya. Pada hari yang sama, polisi lebih dulu menangkap tiga tersangka bandar narkoba di Kampung Tanjung Sari, Desa Bongas, Kecamatan Cililin. Dari hasil interogasi, polisi mendapatkan informasi bahwa ada pengguna lain yang sedang menikmati barang haram tersebut, yang tak lain adalah Ketua Bawaslu KBB beserta dua rekannya.

"Kita amankan tiga orang, SP, AP, dan EKS, mereka bandar dan kurir. Kemudian kita amankan juga pemakai RNF (Riza Nasrul Falah), TY (Taupan Yowono), dan RI (Rian Irawan)," jelas AKBP Tri.

Dampak dan Respons Publik

Terungkapnya kasus ini tentu memicu kekecewaan mendalam di kalangan masyarakat, terutama mereka yang selama ini berharap agar pemilu bisa berjalan dengan jujur dan bersih dari segala bentuk penyimpangan.

Sebagai Ketua Bawaslu, Riza seharusnya menjadi contoh dalam menegakkan aturan dan menjunjung tinggi integritas. Namun, dengan keterlibatannya dalam penyalahgunaan narkoba, kepercayaan publik terhadap lembaga yang ia pimpin pun runtuh seketika.

Banyak pihak menilai bahwa kasus ini harus menjadi momentum bagi pemerintah dan aparat penegak hukum untuk lebih serius dalam membersihkan lembaga negara dari individu-individu yang tidak berintegritas.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Bawaslu terkait nasib Riza setelah kasus ini mencuat. Namun, tekanan publik semakin kuat agar Riza segera dicopot dari jabatannya dan menjalani proses hukum tanpa intervensi.

Kesimpulan

Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana jebakan narkoba bisa menjerat siapa saja, bahkan mereka yang berada di posisi strategis dalam pemerintahan. Apa yang terjadi pada Riza bukan hanya sekadar persoalan hukum, tetapi juga peringatan bahwa penyalahgunaan narkoba bisa merusak reputasi, karier, dan masa depan seseorang dalam sekejap.

Pengakuannya bahwa ini adalah "kebodohan saya" mungkin benar adanya. Namun, kebodohan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa ditoleransi, terutama ketika melibatkan figur publik yang seharusnya menjadi panutan.

Kini, publik menanti langkah tegas dari aparat dan Bawaslu. Apakah kasus ini akan menjadi momen pembersihan bagi lembaga pengawas pemilu? Atau justru akan berakhir seperti banyak kasus lainnya dilupakan begitu saja oleh waktu?

(TS)

#Sabu #Narkoba #KetuaBawasluBandungBarat