Kisah Nabi Nuh AS: Perjalanan Dakwah, Kesabaran, dan Banjir Besar yang Mengubah Dunia
Ilustrasi Kisah Nabi Nuh As
Dirgantaraonline - Nabi Nuh AS adalah salah satu rasul pertama yang diutus Allah SWT kepada kaumnya untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Perjalanan dakwahnya dipenuhi dengan cobaan, kesabaran, dan pengorbanan luar biasa. Kisahnya bukan sekadar sejarah, tetapi juga pelajaran berharga tentang keimanan, ketabahan, dan ketakwaan kepada Allah. Artikel ini akan mengupas kisah Nabi Nuh AS secara rinci dan mendalam, dari awal dakwahnya hingga peristiwa banjir besar yang mengubah dunia.
Awal Dakwah Nabi Nuh AS: Menghadapi Kaum yang Keras Kepala
Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS kepada kaumnya yang hidup dalam kegelapan akidah. Mereka menyembah berhala dan hidup dalam kesesatan. Berhala-berhala yang mereka sembah, seperti Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, dianggap sebagai perantara menuju Tuhan.
Nabi Nuh AS pun mulai berdakwah dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan. Ia mengajak kaumnya dengan berbagai cara—terang-terangan maupun secara diam-diam. Namun, kaumnya menolak dengan keras. Mereka bahkan mencemooh dan menuduhnya gila. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?’” (QS. Al-Mu’minun: 23)
Namun, semakin Nabi Nuh AS berdakwah, semakin besar pula perlawanan kaumnya. Para pemuka mereka menutup telinga dan mata terhadap kebenaran, bahkan menghasut orang-orang untuk menjauhi Nabi Nuh AS. Mereka berkata dengan sombong:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan sebagai manusia biasa seperti kami. Kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang hina di antara kami yang berpikiran dangkal." (QS. Hud: 27)
Kesabaran Nabi Nuh AS dalam Menghadapi Ujian
Meski mengalami banyak penolakan dan ejekan, Nabi Nuh AS tidak pernah menyerah. Selama 950 tahun, ia terus berdakwah dengan penuh kesabaran. Namun, hanya sedikit yang mau menerima ajarannya. Bahkan, keluarganya sendiri tidak semuanya beriman. Putranya, Kan‘an, termasuk orang yang menolak dakwahnya, begitu pula istrinya, yang lebih memilih mengikuti kaum musyrik.
Allah SWT mengabadikan kesedihan Nabi Nuh AS dalam Al-Qur’an:
"Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, tetapi seruanku itu tidak menambah mereka, kecuali mereka semakin menjauh.’” (QS. Nuh: 5-6)
Ketika akhirnya Nabi Nuh AS merasa tidak ada lagi harapan untuk kaumnya, ia pun berdoa kepada Allah:
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)
Allah SWT pun mengabulkan doa Nabi Nuh AS dan memerintahkan sesuatu yang luar biasa: membangun sebuah kapal besar.
Perintah Membangun Kapal dan Ejekan Kaum Nabi Nuh AS
Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membangun kapal di tengah daratan, sesuatu yang sangat aneh bagi kaumnya. Kapal itu dibuat dari kayu dan dipandu langsung oleh wahyu Allah.
"Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan wahyu Kami, dan janganlah engkau berbicara dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim; sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan." (QS. Hud: 37)
Saat Nabi Nuh AS dan pengikutnya bekerja, orang-orang kafir terus mengejeknya. Mereka menertawakan tindakan Nabi Nuh AS yang dianggap gila karena membangun kapal di tempat yang jauh dari laut.
Namun, Nabi Nuh AS tetap sabar. Ia yakin bahwa janji Allah akan segera tiba.
Banjir Besar yang Menenggelamkan Dunia
Ketika kapal telah selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membawa orang-orang beriman serta sepasang dari setiap jenis hewan ke dalam kapal. Kemudian, tanda azab pun muncul: air mulai menyembur dari tanah dengan dahsyat.
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang telah ditetapkan." (QS. Al-Qamar: 11-12)
Hujan turun dengan deras tanpa henti. Bumi memuntahkan air dari segala penjuru. Dalam waktu singkat, air naik begitu tinggi, menenggelamkan seluruh negeri.
Di tengah kepanikan itu, Nabi Nuh AS masih berharap agar putranya, Kan‘an, ikut bersamanya. Dengan penuh kasih, ia memanggil anaknya:
"Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir." (QS. Hud: 42)
Namun, Kan‘an dengan sombongnya menolak dan berkata bahwa ia akan berlindung di gunung yang tinggi. Nabi Nuh AS memperingatkannya bahwa tidak ada tempat selamat selain di atas kapal, tetapi Kan‘an tetap keras kepala.
Tiba-tiba, ombak besar datang dan menelan Kan‘an bersama seluruh kaum yang ingkar.
"Maka datanglah gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah dia (Kan‘an) termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 43)
Akhir Perjalanan: Kehidupan Baru Setelah Banjir
Setelah bumi dibersihkan dari orang-orang zalim, Allah SWT memerintahkan bumi untuk menelan air dan langit untuk berhenti menurunkan hujan. Kapal Nabi Nuh AS akhirnya berlabuh di Gunung Judi.
"Dan difirmankan, ‘Hai bumi! Telanlah airmu, dan hai langit! Hentikanlah (hujanmu)!’ Dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang yang zalim!’” (QS. Hud: 44)
Setelah bencana besar itu, Nabi Nuh AS dan para pengikutnya memulai kehidupan baru. Mereka membangun kembali peradaban dengan penuh ketakwaan kepada Allah SWT.
Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Nuh AS
Kisah Nabi Nuh AS memberikan banyak pelajaran bagi kita, di antaranya:
- Kesabaran dalam Dakwah: Nabi Nuh AS berdakwah selama 950 tahun dengan penuh ketabahan meskipun terus diejek dan ditolak.
- Keyakinan kepada Allah: Meskipun membangun kapal di tempat yang tidak masuk akal, Nabi Nuh AS tetap taat kepada perintah Allah.
- Hukuman bagi Kezaliman: Allah SWT tidak membiarkan kezaliman berlangsung selamanya. Azab-Nya akan datang bagi mereka yang ingkar.
- Keselamatan bagi Orang Beriman: Hanya mereka yang beriman dan mengikuti petunjuk Allah yang selamat dari bencana.
Kisah Nabi Nuh AS adalah pengingat bagi kita bahwa keimanan dan kesabaran akan selalu membuahkan hasil. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan terus berada di jalan yang benar. Aamiin.
(*)
#KisahParaNabi #NabiNuhAs #Islami #Religi