Kisah Perjalanan Hidup Nabi Shaleh AS: Dakwah, Mukjizat, dan Kehancuran Kaum Tsamud
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Nabi Shaleh AS adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada kaum Tsamud, suatu bangsa yang pernah mencapai kejayaan tetapi kemudian tersesat dalam kesombongan dan kekufuran. Kisah hidupnya penuh dengan pelajaran berharga tentang ketaatan, ujian, dan akibat dari penolakan terhadap kebenaran.
Artikel ini akan mengupas secara rinci perjalanan hidup Nabi Shaleh AS, mulai dari asal-usulnya, dakwahnya yang penuh tantangan, mukjizatnya yang luar biasa, hingga kehancuran kaum Tsamud yang membangkang.
1. Asal-Usul Nabi Shaleh AS dan Kaum Tsamud
Nabi Shaleh AS berasal dari keturunan Nabi Nuh AS, tepatnya dari suku Tsamud, yang merupakan keturunan Sam bin Nuh. Kaum Tsamud dikenal sebagai bangsa yang sangat makmur, memiliki peradaban maju dengan keahlian luar biasa dalam memahat gunung menjadi rumah-rumah megah. Mereka hidup dalam kemewahan, tetapi lambat laun tersesat dalam kesombongan dan menyembah berhala.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Shaleh. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata dari Tuhanmu kepadamu. Unta betina Allah ini sebagai tanda bagimu, maka biarkanlah ia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, nanti kamu ditimpa azab yang pedih.'" (QS. Al-A'raf: 73)
Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa Nabi Shaleh AS diutus sebagai rasul kepada kaumnya yang sudah jauh dari ajaran tauhid.
2. Dakwah Nabi Shaleh AS: Mengajak Kaum Tsamud Kembali ke Jalan Allah
Sebagai seorang nabi, Shaleh AS mulai menyeru kaumnya untuk meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah SWT. Namun, seruan ini tidak mudah diterima. Kaum Tsamud yang hidup dalam kemakmuran merasa tidak membutuhkan ajaran yang mengingatkan mereka pada kehidupan setelah mati.
Mereka berkata dengan sombong:
"Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, mengapa kamu melarang kami menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami?" (QS. Hud: 62)
Kaum Tsamud menolak ajakan Nabi Shaleh AS dengan berbagai alasan. Mereka lebih memilih untuk tetap dalam keyakinan nenek moyang mereka daripada mengikuti ajaran tauhid. Meskipun demikian, Nabi Shaleh AS tidak menyerah. Dengan penuh kesabaran, ia terus mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah.
3. Mukjizat Unta Betina sebagai Bukti Kebenaran
Ketika kaum Tsamud terus meragukan kebenaran dakwah Nabi Shaleh AS, mereka menantangnya untuk membuktikan bahwa ia benar-benar utusan Allah. Mereka meminta mukjizat sebagai tanda kebesaran Tuhan.
Atas izin Allah, Nabi Shaleh AS menunjukkan mukjizat berupa seekor unta betina yang keluar dari celah batu besar. Unta ini bukan sembarang unta, melainkan makhluk yang diciptakan langsung oleh Allah sebagai bukti nyata.
Nabi Shaleh AS memperingatkan kaumnya agar tidak mengganggu unta tersebut dan membiarkannya minum di sumber air secara bergantian dengan ternak mereka. Namun, sebagian kaum Tsamud merasa terganggu dengan kehadiran unta ini karena mengganggu keseimbangan sumber daya air mereka.
Allah berfirman:
"Dan wahai kaumku, ini unta betina Allah, sebagai tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu menyentuhnya dengan gangguan, nanti kamu akan ditimpa azab yang dekat." (QS. Hud: 64)
4. Pembangkangan Kaum Tsamud dan Pembunuhan Unta Mukjizat
Alih-alih beriman setelah melihat mukjizat tersebut, kaum Tsamud malah semakin ingkar. Mereka merencanakan untuk membunuh unta mukjizat itu agar tidak lagi mengganggu mereka.
Beberapa pemuka kaum Tsamud menghasut seorang lelaki bernama Qudar bin Salif, yang dikenal sebagai orang paling kejam di antara mereka. Bersama beberapa orang lainnya, ia menyerang dan membunuh unta betina itu dengan cara yang sadis.
Setelah membunuh unta, mereka dengan angkuh berkata kepada Nabi Shaleh AS:
"Hai Shaleh, buktikan ancamanmu jika engkau benar-benar seorang rasul!" (QS. Al-A'raf: 77)
Pembangkangan ini menjadi puncak keburukan kaum Tsamud. Nabi Shaleh AS pun memperingatkan mereka bahwa dalam tiga hari ke depan, azab Allah akan datang sebagai hukuman atas kejahatan mereka.
5. Kehancuran Kaum Tsamud oleh Azab Allah
Setelah tiga hari berlalu, azab Allah pun turun kepada kaum Tsamud. Diawali dengan suara dahsyat yang mengguncang bumi, diikuti dengan gempa hebat yang menghancurkan pemukiman mereka.
Allah berfirman:
"Kemudian datanglah suara gemuruh dengan adzab kepada orang-orang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya." (QS. Hud: 67)
Semua kaum Tsamud binasa dalam satu malam kecuali Nabi Shaleh AS dan para pengikutnya yang beriman. Setelah kejadian tersebut, Nabi Shaleh AS meninggalkan tempat itu dan mengembara ke wilayah lain, melanjutkan hidupnya dalam keimanan hingga akhirnya wafat.
6. Pelajaran dari Kisah Nabi Shaleh AS dan Kaum Tsamud
Kisah Nabi Shaleh AS dan kaum Tsamud memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat manusia, di antaranya:
- Kesombongan dapat membutakan hati manusia. Kaum Tsamud memiliki kecerdasan dan kekayaan, tetapi kesombongan mereka membuat mereka menolak kebenaran.
- Mukjizat tidak akan berarti bagi orang yang keras hati. Meskipun telah melihat mukjizat unta betina, kaum Tsamud tetap mengingkari kebenaran.
- Peringatan Allah itu nyata. Nabi Shaleh AS telah memberi peringatan sebelum azab datang, tetapi kaum Tsamud tetap menantangnya.
- Orang-orang yang beriman akan diselamatkan. Nabi Shaleh AS dan para pengikutnya selamat dari kehancuran, menandakan bahwa Allah selalu melindungi hamba-Nya yang taat.
Kisah Nabi Shaleh AS adalah bukti nyata bahwa kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran bisa membawa kehancuran. Kaum Tsamud yang awalnya hidup dalam kemakmuran akhirnya binasa karena menolak peringatan Allah dan membunuh unta mukjizat.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa beriman, rendah hati, dan tidak mengulangi kesalahan kaum terdahulu.
(*)
#KisahParaNabi #NabiShalehAS #Islami #Religi