Mendag Salahkan Hujan Sebabkan Harga Cabai Rawit Merah Meroket di Awal Ramadan
D'On, Jakarta – Menyambut Ramadan 2025, stabilitas harga bahan pokok (bapok) menjadi perhatian utama pemerintah. Namun, di tengah kecenderungan harga yang relatif stabil, cabai rawit merah justru mencatat lonjakan harga yang signifikan. Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit merah mengalami kenaikan drastis hingga 23 persen dalam hitungan bulan, mencapai Rp81.700 per kilogram pada akhir Februari.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (3/3/2025), Budi menegaskan bahwa meskipun sebagian besar harga bahan pokok tetap terkendali, cabai rawit merah menjadi pengecualian. Ia mengaitkan lonjakan harga ini dengan faktor cuaca yang tidak bersahabat, khususnya tingginya curah hujan di berbagai sentra produksi.
Mengapa Hujan Disebut Biang Kerok?
Kenaikan harga cabai bukan tanpa sebab. Budi menjelaskan bahwa setelah dilakukan pemantauan di berbagai daerah penghasil cabai utama—seperti Magelang, Jawa Timur, dan Sulawesi—ditemukan bahwa pasokan cabai mengalami penurunan akibat curah hujan yang tinggi sepanjang bulan ini.
“Hujan yang berlebihan menyebabkan banyak tanaman cabai mengalami pembusukan sebelum panen. Selain itu, kelembaban tinggi memicu serangan hama dan penyakit, yang semakin memperburuk produksi,” jelasnya.
Kondisi ini menimbulkan efek domino. Dengan berkurangnya pasokan, harga cabai melonjak di berbagai pasar, baik di tingkat petani, distributor, hingga pedagang eceran. Para petani pun mengaku mengalami kesulitan dalam menjaga kualitas cabai yang mereka panen akibat cuaca yang tidak menentu.
Lonjakan Harga di Tengah Ramadan: Alarm Inflasi?
Ramadan kerap menjadi periode rawan inflasi bagi sejumlah bahan pokok. Tak hanya cabai rawit merah, komoditas lain seperti beras, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan bawang putih juga memiliki sejarah kenaikan harga menjelang hari raya.
Budi memastikan bahwa pemerintah terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi gejolak harga yang lebih luas. “Pemerintah tetap mewaspadai komoditas yang secara historis mengalami inflasi dalam puasa atau Lebaran,” ujarnya.
Apa Solusi yang Ditawarkan Pemerintah?
Meskipun harga cabai meroket, pemerintah belum mengumumkan kebijakan konkret untuk menekan kenaikan harga ini. Namun, beberapa langkah strategis biasanya ditempuh, seperti:
- Mempercepat distribusi – Mengoptimalkan jalur distribusi dari daerah surplus ke daerah dengan harga tinggi.
- Meningkatkan impor (jika diperlukan) – Jika situasi terus memburuk, impor cabai bisa menjadi opsi terakhir untuk menekan harga di pasaran.
- Menjaga stabilitas stok pangan – Memastikan stok bahan pokok lainnya tetap tersedia agar tidak terjadi inflasi yang lebih luas.
Namun, kebijakan seperti impor cabai kerap menuai kontroversi. Di satu sisi, langkah ini bisa menstabilkan harga, tetapi di sisi lain dapat merugikan petani lokal yang masih berjuang menghadapi dampak cuaca ekstrem.
Bagaimana Reaksi Masyarakat?
Di pasar tradisional, lonjakan harga cabai rawit merah mulai terasa oleh para pedagang dan pembeli. Seorang pedagang di Pasar Senen, Jakarta, mengeluhkan bahwa harga cabai yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
“Biasanya pelanggan beli setengah kilo, sekarang cuma beli seperempat. Ada juga yang memilih cabai kering atau cabai bubuk karena lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu, konsumen rumah tangga mulai mencari alternatif, seperti menggunakan cabai jenis lain atau mengurangi penggunaan cabai dalam masakan sehari-hari.
Kesimpulan
Fenomena lonjakan harga cabai rawit merah ini menjadi bukti bahwa faktor cuaca masih memainkan peran besar dalam kestabilan pangan di Indonesia. Jika tidak diantisipasi dengan baik, dampaknya bisa meluas ke komoditas lain, memicu inflasi yang lebih besar di tengah Ramadan dan Idulfitri.
Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan petani, pedagang, dan konsumen agar harga tetap stabil tanpa harus bergantung pada solusi jangka pendek seperti impor. Akankah ada intervensi lebih lanjut dari pemerintah? Atau masyarakat harus bersiap menghadapi harga cabai yang makin pedas?
Waktu yang akan menjawab.
(Mond)
#CabaiRawit #MenteriPerdagangan