OPM Serang Yahukimo: Ini Identitas Guru dan Tenaga Medis yang Jadi Korban
Polri dan TNI mengevakuasi korban serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua. Foto: Dok. Humas Polri
D'On, Yahukimo, Papua – Suara baling-baling helikopter menggema di langit Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo. Di bawahnya, sebuah operasi evakuasi berlangsung dalam ketegangan. Aparat gabungan dari TNI dan Polri bekerja tanpa henti, membawa para korban serangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) keluar dari medan berbahaya.
Minggu (23/3), para tenaga medis dan pendidik yang bertugas di pedalaman Papua menjadi sasaran serangan kelompok bersenjata itu. Sepuluh orang menjadi korban, satu di antaranya kehilangan nyawa. Operasi penyelamatan dilakukan dalam kondisi yang sulit, dengan akses yang hanya memungkinkan melalui jalur udara.
"Medannya sangat berat. Tidak ada akses darat, dan situasi di lapangan penuh ancaman," ungkap Brigjen Pol. Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, dalam konferensi pers di Jayapura.
Korban: Pengabdi yang Menjadi Sasaran Kekerasan
Duka mendalam menyelimuti dunia pendidikan dan kesehatan Indonesia. Para korban bukanlah prajurit bersenjata, melainkan mereka yang datang dengan niat tulus mengabdi—guru dan tenaga medis yang berjuang di pelosok negeri untuk mencerdaskan dan menyehatkan masyarakat.
Salah satu korban meninggal adalah Rosalina Rerek Sogen, seorang guru asal Suku Flores. Ia bukan sekadar pendidik biasa, melainkan seorang pejuang pendidikan yang meninggalkan kampung halamannya demi memberi harapan bagi anak-anak Papua. Namun, peluru yang menembus tubuhnya merenggut mimpinya selamanya.
Selain Rosalina, sembilan korban lainnya mengalami luka-luka, mulai dari ringan hingga berat:
- Doinisiar Taroci More – Guru asal Flores, mengalami luka-luka.
- Vantiana Kambu – Guru dari Sorong, Papua, terluka.
- Paskalia Peni Tere Liman – Guru asal Flores, terluka.
- Fidelis De Lena – Guru asal Flores, mengalami luka-luka.
- Kosmas Paga – Guru asal Flores, mengalami luka-luka.
- Penus Lepi – Guru asal Yahukimo, sudah dipulangkan setelah dinyatakan sehat.
- Irawati Nebobohan – Tenaga kesehatan asal NTT, mengalami luka.
- Lenike Saban – Guru asli Yahukimo, memilih tetap tinggal.
- Erens Sama – Petani lokal Yahukimo, juga memilih tidak dievakuasi.
Serangan Brutal yang Mengejutkan
Serangan ini bukan sekadar aksi kekerasan biasa. OPM menargetkan orang-orang yang tidak bersenjata, mereka yang datang membawa ilmu dan kesehatan untuk masyarakat.
"Tindakan ini sangat biadab. Para guru dan tenaga medis itu bukan musuh. Mereka adalah orang-orang yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua," tegas Brigjen Faizal.
Para pelaku masih dalam pengejaran. Sementara itu, aparat keamanan meningkatkan patroli di berbagai wilayah yang dianggap rawan.
Eksodus Besar: 42 Pendidik dan Tenaga Medis Dievakuasi
Peristiwa ini memicu gelombang evakuasi besar-besaran. Total 42 tenaga pengajar dan tenaga kesehatan telah dibawa keluar dari Yahukimo ke Jayapura demi keselamatan mereka.
"TNI mengerahkan personel untuk mengamankan wilayah dan mengevakuasi para tenaga pengajar serta medis yang bertugas di pedalaman. Kami tidak akan membiarkan mereka menjadi sasaran kekerasan tanpa perlindungan," ujar Kristomei, perwakilan TNI.
Ketakutan dan Trauma yang Menyisakan Luka
Serangan di Yahukimo bukan hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma mendalam bagi para korban dan masyarakat setempat. Para guru dan tenaga medis yang selamat kini harus menghadapi ketidakpastian: apakah mereka masih bisa kembali ke tempat mereka mengabdi?
Situasi di Distrik Anggruk kini perlahan dikendalikan aparat keamanan. Namun, tragedi ini kembali menegaskan bahwa konflik di Papua bukan sekadar pertarungan politik tetapi juga menyangkut nyawa mereka yang hanya ingin membawa perubahan bagi generasi mendatang.
Aparat keamanan meminta masyarakat tetap waspada dan tidak terprovokasi oleh informasi yang dapat memperkeruh keadaan. "Kami akan terus menjaga stabilitas dan memastikan para pelaku dihukum setimpal," tegas Kombes Pol. Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2025.
Kini, harapan terbesar masyarakat Papua adalah kedamaian. Sebab, pendidikan dan kesehatan tidak seharusnya menjadi korban dalam pusaran konflik yang tak berkesudahan.
(Mond)
#OPM #Papua #Yahukimo