Breaking News

Ramadan Akan Pergi: Sebuah Perpisahan yang Menggetarkan Jiwa

Ilustrasi 

Dirgantaraonline
- Seperti fajar yang perlahan memudar, seperti senja yang merangkak pelan menuju malam, Ramadan kini bersiap melangkah pergi. Bulan suci yang begitu dirindukan kehadirannya, kini menggenggam jemari kita dengan lembut, seolah berkata, "Aku akan kembali, namun tidak ada jaminan kita akan bertemu lagi."

Hati terasa berat, bagaikan ditinggalkan oleh seorang sahabat karib yang telah menemani dalam keheningan malam dan kesyahduan doa. Ramadan bukan sekadar bulan, ia adalah tamu agung yang membawa keberkahan, rahmat, dan maghfirah. Ia mengajarkan kita tentang kesabaran dalam lapar dan dahaga, tentang ketulusan dalam berbagi, tentang keteguhan dalam ibadah. Kini, setelah tiga puluh hari yang penuh cahaya, ia harus kembali ke peraduannya, meninggalkan kita dengan sebuah pertanyaan: Apakah kita telah memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?

Tangis Perpisahan di Ujung Ramadan

Malam-malam terakhir Ramadan bagaikan helaian sutra yang semakin tipis, semakin redup, dan akhirnya lenyap dalam gemerlap fajar Syawal. Suara takbir mulai menggema, menggantikan bisikan doa yang setiap malam kita panjatkan dengan linangan air mata. Di sudut-sudut rumah, musholla, dan masjid, ada yang menundukkan kepala, meresapi betapa Ramadan begitu cepat berlalu. Betapa banyak doa yang masih ingin diucapkan, betapa banyak istighfar yang belum cukup dilantunkan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Namun kini, Ramadan beranjak pergi, meninggalkan kita dengan kesadaran bahwa tidak semua akan bertemu kembali dengannya tahun depan. Mungkin, Ramadan kali ini adalah yang terakhir bagi sebagian dari kita. Seperti dedaunan yang gugur tanpa aba-aba, begitu pula usia manusia, tiada yang tahu kapan tiba masa akhirnya.

Menyimpan Cahaya Ramadan di Relung Hati

Meski Ramadan akan meninggalkan kita, ia tak benar-benar pergi. Seperti lentera yang tak padam, jejaknya tetap membekas di hati. Amal-amal kebaikan yang telah kita lakukan seharusnya tidak berakhir bersama hilangnya bulan ini. Shalat malam yang telah terbiasa, tilawah yang mengalun lembut setiap hari, tangan yang terbuka untuk berbagi—semua itu harus tetap hidup, tetap mekar dalam keseharian kita.

Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُ الأَعْمَالِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

"Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ramadan tidak ingin sekadar dikenang, ia ingin dilanjutkan. Ia ingin nilai-nilai sucinya tetap terpatri dalam hidup kita sepanjang tahun. Ramadan ingin meninggalkan jejak yang dalam, bukan sekadar kilasan memori yang pudar seiring waktu.

Selamat Jalan, Ramadan

Kini, saatnya kita mengucapkan selamat jalan. Dengan harapan, dengan doa, dengan airmata. Semoga apa yang telah kita tanam di bulan ini berbuah kebaikan yang tak berkesudahan. Semoga Ramadan bersaksi di hadapan Allah, bahwa kita telah berusaha menjadi hamba yang lebih baik. Dan semoga, di tahun depan, kita masih diberi kesempatan untuk menyambutnya kembali dengan hati yang lebih bersih, lebih ikhlas, lebih penuh cinta kepada-Nya.

Wahai Ramadan, pergilah dengan tenang. Jika takdir mempertemukan kita kembali, aku akan menyambutmu dengan segenap rindu. Jika tidak, semoga amal kebaikan ini tetap hidup hingga aku bertemu Rabb-ku.

اللهم تقبل منا صيامنا وقيامنا، وبلغنا رمضان أعوامًا عديدة، وأزمنة مديدة، آمين يا رب العالمين.

(Ya Allah, terimalah puasa dan ibadah malam kami, pertemukan kami dengan Ramadan di tahun-tahun yang akan datang, dalam usia yang panjang dan penuh keberkahan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.)

(Osmond)

#Ramadan #Islami #Religi