Ratusan Warga Blokir Exit Tol Padang-Sicincin, Protes Janji Kompensasi yang Tak Kunjung Terealisasi
Sejumlah Warga Kayu Tanam Blokir Exit Tol
D'On, Padangpariaman – Ratusan warga Nagari Kapalohilalang, Kecamatan 2X11 Kayutanam, Kabupaten Padangpariaman, turun ke jalan dengan satu tuntutan: keadilan. Mereka menutup akses keluar (exit) Tol Padang-Sicincin sebagai bentuk protes terhadap PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), yang menurut mereka belum menunaikan janji kompensasi atas dampak pembangunan jalan tol tersebut.
Suasana di lokasi aksi penuh ketegangan. Puluhan kendaraan yang hendak keluar dari tol terpaksa berhenti, sementara warga membentangkan spanduk berisi tuntutan mereka. Beberapa warga meneriakkan orasi, menyuarakan kekecewaan mereka terhadap janji-janji yang hingga kini belum juga dipenuhi.
Lebih dari Seratus Hektare Sawah Rusak, Warga Merugi Besar
Ferdiansyah, koordinator aksi, menegaskan bahwa masyarakat tidak meminta sesuatu yang berlebihan—mereka hanya ingin hak mereka dipenuhi. "Kami hanya meminta HKI untuk segera memberikan kompensasi sesuai janji mereka," ujar Ferdiansyah dengan suara lantang.
Ia menjelaskan bahwa dampak pembangunan Tol Padang-Sicincin terhadap kehidupan warga sangat besar. Lebih dari seratus hektare sawah yang dulu menjadi sumber penghidupan masyarakat kini tak lagi bisa digarap. Tak hanya sawah, kandang ayam, kolam ikan, hingga rumah-rumah warga mengalami kerusakan akibat proyek ini.
"Ada lebih dari seratus hektare sawah yang rusak. Begitu juga banyak fasilitas seperti kandang ayam dan kolam ikan yang terdampak. Kami mendesak agar kompensasi segera direalisasikan oleh HKI," tegasnya.
Menurut warga, janji kompensasi dari HKI seharusnya sudah direalisasikan sejak proyek ini mulai berdampak langsung pada lahan dan pemukiman mereka. Namun, hingga kini, harapan mereka hanya sebatas kata-kata tanpa tindakan nyata.
Blokade Tol Akan Berlanjut Sampai Tuntutan Dipenuhi
Dalam aksinya, warga menegaskan bahwa mereka tidak akan membuka akses tol sampai tuntutan mereka dipenuhi. Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa biasa, melainkan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.
"Kami tidak akan membuka pintu exit tol ini sampai kompensasi yang dijanjikan benar-benar diterima," tambah Ferdiansyah.
Salah satu warga yang ikut dalam aksi, Budi Santoso, mengungkapkan kemarahannya. "Kami ini petani! Kalau sawah kami hancur, dari mana kami makan? Dari mana anak-anak kami sekolah? Janji mereka (HKI) bukan sekadar angka di atas kertas, ini menyangkut hidup kami!" ujarnya dengan suara bergetar.
Pihak HKI: Proses Kompensasi Harus Ikuti Regulasi
Menanggapi aksi ini, pihak PT Hutama Karya Infrastruktur melalui Humasnya, Andi Prahmana, menyatakan bahwa mereka tidak mengabaikan tuntutan warga. Namun, ia menegaskan bahwa proses pencairan dana kompensasi harus melalui mekanisme dan regulasi yang berlaku.
"Kami tidak mengabaikan hal ini, tetapi karena dana yang akan dikeluarkan berasal dari uang negara, maka ada prosedur yang harus kami jalani untuk memastikan semuanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku," jelas Andi.
Pernyataan ini justru semakin memantik emosi warga. Mereka merasa bahwa alasan prosedur regulasi hanya dijadikan dalih untuk menunda-nunda realisasi kompensasi.
"Waktu membangun tol, mereka bisa cepat. Tapi kalau ganti rugi untuk rakyat kecil, banyak alasan!" seru seorang warga dengan nada geram.
Aksi Bisa Meluas Jika Tidak Ada Kejelasan
Situasi di exit Tol Padang-Sicincin masih tegang. Warga berjanji akan terus bertahan hingga ada keputusan yang jelas dari pihak HKI. Jika tidak ada kejelasan dalam waktu dekat, mereka mengancam akan memperluas aksi ini dengan menutup akses tol di titik-titik lain.
Proyek infrastruktur seharusnya membawa manfaat bagi masyarakat, bukan sebaliknya—meninggalkan jejak kerusakan tanpa pertanggungjawaban. Kini, semua mata tertuju pada PT Hutama Karya Infrastruktur: akankah mereka memenuhi janji mereka, atau membiarkan amarah warga semakin membara?