Remaja Atlet Lari di Asahan Tewas, Keluarga Laporkan Dugaan Penganiayaan oleh Polisi
![]() |
Ilustrasi |
D'On, Medan, Sumatera Utara – Kasus kematian Pandu Brata Syahputra (18), seorang remaja asal Kabupaten Asahan, terus bergulir setelah pihak keluarga melaporkan dugaan penganiayaan oleh aparat kepolisian. Jasad Pandu kini telah diautopsi, dan penyelidikan pun terus berlanjut.
Dugaan Penganiayaan dan Perubahan Sikap Keluarga
Pandu menghembuskan napas terakhir pada Selasa (11/3) setelah sebelumnya sempat diamankan oleh polisi. Awalnya, polisi mengklaim bahwa keluarga telah menerima klarifikasi terkait kematian Pandu, yang disebut-sebut memiliki riwayat penyakit lambung. Namun, hanya beberapa hari berselang, pada Sabtu (15/3), keluarga akhirnya memutuskan untuk membuat laporan resmi mengenai dugaan penganiayaan.
“Mereka sudah buat laporan hari Sabtu kemarin,” ujar Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi, saat dikonfirmasi pada Senin (17/3).
Ketika ditanya mengenai perubahan sikap keluarga yang sebelumnya menerima hasil klarifikasi polisi, Sanusi hanya menjawab singkat, “Ya begitulah, berubah pikiran dia.”
Namun, Sanusi tidak menjelaskan secara rinci siapa yang dilaporkan dalam kasus ini. Yang pasti, laporan tersebut sudah masuk dalam proses hukum, dan autopsi terhadap jasad Pandu telah dilakukan pada Minggu (16/3).
“Iya, (jasadnya) sudah diautopsi kemarin. Nanti kalau ada perkembangan saya kabari,” tambahnya.
Dari Dugaan Balap Liar hingga Tragedi
Peristiwa ini bermula pada Minggu (9/3), ketika kepolisian mendapat informasi dari masyarakat bahwa sekitar 50 orang diduga akan melakukan balap liar. Polisi segera turun ke lokasi dan membubarkan kerumunan tersebut sebelum melanjutkan patroli di sekitar area kejadian.
Di tengah patroli, aparat melihat Pandu bersama tiga temannya berboncengan di atas satu motor. Pandu duduk di posisi paling belakang. Polisi menyebut kendaraan tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dan berjalan secara zigzag, sehingga mengundang kecurigaan.
Menurut versi polisi, Pandu tiba-tiba melompat dari motor ke arah kanan dan jatuh telungkup ke tanah. Ia mencoba melarikan diri, tetapi kembali terjatuh. Akibatnya, pelipis kanannya terluka dan mengeluarkan darah.
“Yang bersangkutan melompat ke arah kanan dan terjatuh telungkup ke tanah lalu Pandu Brata mencoba melarikan diri dan terjatuh lagi telungkup ke tanah,” kata pihak kepolisian dalam keterangannya.
Setelah itu, Pandu dibawa ke kantor polisi dan menjalani tes urine, yang hasilnya dinyatakan positif narkoba. Tidak lama kemudian, pihak keluarga menjemputnya.
Namun, fakta baru mencuat setelah insiden itu. Informasi awal dari masyarakat ternyata keliru. Ternyata, 50 orang yang diduga hendak melakukan balap liar sebenarnya adalah sekelompok remaja yang hendak mengikuti balap lari. Ironisnya, Pandu sendiri merupakan seorang atlet lari, bukan pembalap liar seperti yang diduga sebelumnya.
Pertanyaan yang Masih Menggantung
Kematian Pandu menyisakan banyak pertanyaan. Bagaimana kondisi Pandu saat dijemput keluarga dari kantor polisi? Mengapa keluarga yang awalnya menerima klarifikasi kini justru membuat laporan dugaan penganiayaan? Apakah benar ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian?
Autopsi yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan titik terang mengenai penyebab kematian Pandu. Namun, yang jelas, kasus ini sudah memasuki babak baru dengan laporan resmi dari keluarga.
Masyarakat pun menanti transparansi dan keadilan dalam kasus ini. Jika benar ada unsur kekerasan yang menyebabkan kematian Pandu, maka para pelaku harus bertanggung jawab. Sebaliknya, jika kematiannya murni akibat kecelakaan, maka perlu ada klarifikasi yang lebih meyakinkan dari pihak berwenang.
Kini, mata publik tertuju pada hasil autopsi dan langkah hukum selanjutnya. Akankah kebenaran terungkap? Ataukah kasus ini akan berakhir tanpa kejelasan seperti banyak kasus lainnya?
(Mond)
#Penganiayaan #Kekerasan #Polri