Breaking News

Serangan Brutal KKB di Yahukimo: 6 Guru Tewas, Evakuasi Besar-Besaran Dilakukan

Sejumlah warga menurunkan bahan makanan dari pesawat terbang di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Kamis (26/10/2023). Foto: Humas BNPB

D'On, Yahukimo, Papua
– Tragedi berdarah kembali mengguncang Papua. Sebuah serangan brutal yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, berujung pada kematian enam tenaga pendidik. Insiden ini tidak hanya menambah daftar panjang aksi kekerasan di Papua, tetapi juga memicu gelombang evakuasi tenaga pengajar dan medis yang bertugas di wilayah tersebut.

Kronologi Penyerangan: Teror di Sore Hari

Menurut laporan yang diterima dari kepolisian, serangan terjadi pada Jumat (21/3) sekitar pukul 16.00 WIT. Saat itu, sekelompok anggota KKB melintas di sebuah permukiman tempat para guru kontrak tinggal. Tanpa peringatan, mereka menyerang salah satu guru yang berada di luar rumah, menewaskannya di tempat.

Namun, tragedi tidak berhenti di situ. Kelompok tersebut kemudian memasuki rumah tempat para guru lainnya berada. Dengan aksi brutal, mereka menyerang para penghuni, menewaskan lima orang lainnya. Tak hanya itu, mereka juga membakar rumah tersebut, menghilangkan jejak kebiadaban mereka dalam kobaran api.

Kapolres Yahukimo, AKBP Heru Hidayanto, menyatakan bahwa pihaknya masih berupaya mengidentifikasi para korban serta memastikan kelompok mana yang bertanggung jawab atas aksi sadis ini. “Belum dapat dipastikan KKB dari kelompok mana yang melakukan penyerangan dan identitas korban karena kami masih terus berkoordinasi dengan Pemda Yahukimo untuk pengecekan dan langkah yang akan dilakukan,” ungkap Heru kepada Antara pada Sabtu (22/3).

Evakuasi Besar-Besaran: Mencegah Tragedi Berulang

Pasca penyerangan, situasi di Distrik Anggruk semakin mencekam. Kekhawatiran akan serangan susulan membuat Pemda Yahukimo bergerak cepat untuk mengevakuasi para tenaga medis dan pendidik yang masih bertugas di wilayah tersebut.

Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, menegaskan bahwa langkah evakuasi ini dilakukan demi keselamatan mereka. "Memang benar sejumlah tenaga guru dan paramedis saat ini sudah dievakuasi ke Wamena guna mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan yang dilakukan KKB," katanya.

Guru dan tenaga medis yang dievakuasi berasal dari berbagai distrik di sekitar Anggruk, seperti Prongkoli, Helirik Walma, Panggema, dan Kosarek. Namun, upaya evakuasi di Distrik Anggruk sendiri masih menemui kendala besar. Cuaca buruk serta minimnya penerbangan sipil yang bersedia menuju ke wilayah tersebut membuat proses evakuasi menjadi sangat sulit.

“Pemda Yahukimo sudah berupaya, namun cuaca di Anggruk tidak bersahabat dan tidak ada perusahaan penerbangan sipil yang mau terbang ke sana,” tambah Didimus.

Dampak dan Keprihatinan Publik

Serangan ini semakin memperkuat ketakutan di kalangan tenaga pendidik yang bertugas di daerah-daerah konflik di Papua. Guru-guru yang sejatinya datang untuk mencerdaskan anak bangsa kini menjadi sasaran kekerasan tanpa alasan yang jelas.

Kejadian ini juga mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia dan pemerintah pusat. Banyak yang mendesak agar aparat keamanan meningkatkan perlindungan bagi tenaga pendidik dan tenaga medis yang bekerja di daerah rawan.

Dengan kondisi yang masih belum stabil, banyak yang mempertanyakan bagaimana masa depan pendidikan di Yahukimo dan wilayah konflik lainnya di Papua. Jika para guru terus menjadi target kekerasan, bagaimana generasi muda di sana bisa mendapatkan pendidikan yang layak?

Serangan ini bukan hanya tragedi bagi korban dan keluarganya, tetapi juga sebuah pukulan telak bagi dunia pendidikan di Papua. Keamanan para tenaga pendidik harus menjadi perhatian utama, sebelum lebih banyak nyawa melayang akibat konflik yang terus berlarut-larut ini.

(Mond)

#KKB #Penembakan #Peristiwa