Breaking News

SPBU di Medan Disegel Akibat Oplosan BBM: Konspirasi Gelap dan Ancaman Hukuman Berat

SPBU di Jalan Flamboyan Raya, Medan Tuntungan, Kota Medan disegel karena mengoplos BBM jenis pertalite.

D'On, Medan
– Sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jalan Flamboyan Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, menjadi sorotan setelah terbukti mengoplos bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Operasi ilegal ini akhirnya terbongkar, berujung pada penyegelan SPBU dan penangkapan tiga orang yang kini berstatus tersangka.

Penyelidikan yang dilakukan oleh tim gabungan dari Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Medan dan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut mengungkap bahwa BBM yang dijual di SPBU tersebut tidak memenuhi standar oktan. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan angka Research Octane Number (RON) hanya 87, lebih rendah dari standar Pertalite yang seharusnya memiliki RON minimal 90.

Misteri BBM Oplosan: Jejak Permainan Kotor di Balik Layar

Kasus ini mencuat setelah adanya keluhan dari masyarakat yang curiga dengan kualitas Pertalite yang mereka beli di SPBU bernomor 14.201.135 tersebut. Konsumen melaporkan bahwa BBM yang mereka beli terasa berbeda, kendaraan mereka mengalami penurunan performa, dan bahkan ada yang mengalami gangguan mesin.

Mendapat laporan tersebut, pihak kepolisian bersama Pertamina segera bergerak. Penyelidikan intensif dilakukan, termasuk uji laboratorium terhadap sampel BBM. Hasilnya, dugaan pengoplosan terbukti. BBM yang dijual tidak berasal dari jalur distribusi resmi Pertamina, melainkan campuran dari berbagai sumber yang diracik sendiri di dalam SPBU tersebut.

Tiga orang yang diamankan dalam kasus ini adalah MYL, yang berperan sebagai manajer SPBU, U, seorang sopir truk tangki, dan YTP, karnet truk tersebut. Mereka diduga terlibat dalam skema pemalsuan BBM yang telah berlangsung setidaknya selama satu tahun terakhir.

Modus Operandi: Skema Canggih Penipuan BBM

Wakapolrestabes Medan, AKBP Taryono Raharja, menjelaskan bagaimana skema pengoplosan ini dijalankan.

"Modusnya cukup sistematis. BBM ilegal ini diangkut menggunakan truk tangki yang kontraknya dengan Pertamina sudah habis sejak November 2023. Kemudian, BBM ini disalurkan ke tangki timbun di SPBU tersebut. Setelah itu, BBM oplosan ini dicampur dengan bahan lain sebelum akhirnya dijual ke masyarakat sebagai Pertalite," ungkapnya, Sabtu (8/3/2025).

Truk tangki yang digunakan untuk mengangkut BBM ilegal ini kini telah disita oleh pihak berwenang, bersama dengan berbagai dokumen yang menguatkan dugaan adanya aktivitas ilegal di SPBU tersebut. Edith Indra Triyadi, Regional Manager Retail Sales PT Pertamina Patra Niaga Sumbagut, menegaskan bahwa truk tersebut tidak lagi memiliki izin resmi untuk beroperasi dalam distribusi BBM milik Pertamina.

"Kami memastikan bahwa kendaraan yang telah habis masa kontraknya tidak boleh lagi digunakan untuk distribusi BBM resmi. Namun, dalam kasus ini, truk tersebut tetap digunakan untuk mengangkut BBM ilegal ke SPBU bersangkutan," kata Edith.

Dampak dan Ancaman Hukuman

Kasus ini tidak hanya merugikan masyarakat yang membeli BBM di bawah standar, tetapi juga menciptakan risiko besar bagi kendaraan yang menggunakannya. BBM dengan oktan lebih rendah dari standar bisa menyebabkan mesin kendaraan cepat rusak, meningkatkan polusi udara, serta mengancam keselamatan pengguna jalan.

Kini, ketiga tersangka harus menghadapi ancaman hukuman berat. Mereka dijerat dengan Undang-Undang tentang Migas yang memiliki sanksi tegas, yakni hukuman penjara lebih dari 6 tahun dan denda mencapai Rp 60 miliar.

Kasus ini menjadi peringatan keras bagi SPBU lainnya agar tidak bermain curang dalam distribusi BBM. Pihak kepolisian dan Pertamina berjanji akan terus memperketat pengawasan guna mencegah praktik serupa terjadi di tempat lain.

Penyegelan SPBU ini sekaligus menjadi bukti bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam mengungkap kecurangan yang merugikan banyak pihak. Jika ada indikasi BBM berkualitas buruk atau praktik mencurigakan di SPBU, segera laporkan ke pihak berwenang agar kasus serupa dapat ditindak lebih cepat.

Kasus ini mungkin telah terbongkar, tetapi apakah ada jaringan yang lebih besar di baliknya? Penyidikan masih berlanjut, dan bukan tidak mungkin ada pihak lain yang terlibat dalam permainan kotor ini.