Sukatani dan Gelombang Dukungan: Menolak Jadi Duta Kepolisian, Berdiri di Jalur Perlawanan
Band punk asal Purbalingga, Sukatani. Foto: isntagram/@sukatani.band
Dirgantaraonline - Grup musik Sukatani akhirnya angkat bicara soal dugaan intimidasi yang mereka alami dari pihak kepolisian. Dalam unggahan di Instagram pada Sabtu (1/3), mereka mengonfirmasi bahwa tekanan itu nyata dan telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Ufti alias Electroguy (gitaris) dan Novi Chitra Indriyaki alias Twistter Angels (vokalis), mengalami intimidasi ini sejak Juli 2024. Puncaknya, mereka dipaksa meminta maaf atas lagu mereka yang berjudul Bayar Bayar Bayar, yang dianggap sebagai kritik tajam terhadap institusi kepolisian.
"Tekanan dan intimidasi dari kepolisian terus kami dapatkan, hingga akhirnya video klarifikasi atas lagu yang berjudul Bayar Bayar Bayar kami unggah melalui media sosial," tulis Sukatani dalam pernyataan resminya.
Namun, apa yang terjadi setelahnya justru semakin memperlihatkan absurditas situasi. Setelah mengalami tekanan yang begitu besar, tiba-tiba Sukatani ditawari posisi sebagai Duta Kepolisian oleh Polri—sebuah langkah yang bagi banyak orang terasa ironis, bahkan sinis.
Tawaran "Duta Polisi" yang Ditolak Mentah-mentah
Alih-alih menerima tawaran tersebut, Sukatani menolak dengan tegas. Bagi mereka, ini bukan sekadar perkara status atau label, tetapi soal prinsip dan integritas.
"Kepada Sukatani, ada tawaran menjadi Duta Polisi dari Kapolri. Dengan itu, kami menolak dengan tegas tawaran menjadi Duta Kepolisian tersebut," tegas mereka.
Penolakan ini sontak mendapat sambutan luar biasa dari para pendukung mereka. Banyak yang melihat tawaran tersebut sebagai bentuk pengalihan isu dan upaya meredam kritik yang selama ini disuarakan Sukatani melalui musik mereka.
Sebaliknya, grup ini memilih untuk memperkuat posisi mereka dengan bergabung bersama LBH Semarang-YLBHI.
"Terima kasih untuk dukungan kawan-kawan di mana pun kalian berada. Sehingga membuat kami yakin, kami tidak sendirian. Kami mengabarkan bahwa saat ini kami menambah satu kekuatan baru. Kami akan berjalan bersama dengan LBH Semarang-YLBHI," ungkap Sukatani dalam pernyataan mereka.
Gelombang Dukungan: “Panjang Umur Perlawanan!”
Langkah berani Sukatani ini langsung disambut gelombang dukungan di media sosial. Ribuan komentar membanjiri unggahan mereka, menguatkan posisi Sukatani sebagai simbol perlawanan dalam dunia musik independen.
"Doa baik menyertai perjuangan," tulis seorang netizen.
"Panjang umur dan sehat selalu, perlawanan," tambah yang lain.
Banyak yang melihat keputusan menolak menjadi Duta Kepolisian sebagai langkah yang benar. Mereka menganggap bahwa posisi tersebut tidak ada manfaatnya dan hanya akan mengebiri kritik tajam yang selama ini menjadi ciri khas Sukatani.
"Penawaran menjadi duta polisi adalah sangat tidak berfaedah. Udah paling bener Sukatani dibiarkan terus berkarya dengan lirik-lirik kritisnya, ga perlu duta-dutaan, ga penting," komentar seorang pengguna media sosial.
Sementara itu, ada juga yang menyoroti bagaimana penolakan Sukatani ini bisa menjadi inspirasi bagi musisi lain untuk tetap teguh pada idealisme mereka.
"Tetap kuat, Sukatani. Musik kalian lebih dari sekadar hiburan, ini perlawanan!"
Lebih dari Sekadar Musik, Ini Soal Prinsip
Apa yang terjadi pada Sukatani bukan sekadar dinamika biasa di dunia musik. Ini adalah cerminan dari bagaimana seni—khususnya musik—bisa menjadi alat kritik sosial yang begitu kuat hingga dianggap sebagai ancaman oleh penguasa.
Keputusan Sukatani menolak tawaran menjadi Duta Kepolisian adalah bukti bahwa mereka tidak bisa dibungkam, tidak bisa dipaksa untuk berubah menjadi alat propaganda. Mereka memilih tetap berada di jalur mereka: jalur musik sebagai suara perlawanan.
Kini, dengan dukungan yang terus mengalir dan keberanian yang semakin membara, Sukatani tidak hanya menjadi band biasa. Mereka telah menjadi simbol bahwa seni dan keberanian bisa berjalan beriringan, bahkan di tengah tekanan yang begitu besar.
Dan satu hal yang pasti: mereka tidak sendiri.
(Mond)
#Hiburan #Sukatani #Musik #Kontroversi #DutaPolisi