Terbongkarnya Jaringan Penyelundupan Senjata: Sebby Sambom Sebut Yubi Enumbi Pengkhianat di Balik Perjuangan TPNPB-OPM
Mayor Amri Tabuni (kemeja biru) dan Sebby Sambom (kaos garis-garis). Dokumentasi TPNPB OPM
D'On, Papua - Jaringan penyelundupan senjata api yang selama ini menopang Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) akhirnya terkuak. Pihak kepolisian dan militer Indonesia berhasil mengungkap keterlibatan sejumlah individu dalam jaringan gelap yang menyuplai persenjataan ke kelompok bersenjata di Papua. Namun, yang menarik perhatian bukan hanya pengungkapan itu sendiri, melainkan fakta bahwa jaringan ini terbongkar akibat ‘nyanyian’ dari salah satu anggotanya, Yuni Enumbi.
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, dengan nada kecewa menyebut bahwa Yuni Enumbi, salah satu penyelundup senjata yang terlibat dalam jaringan ini, tak mampu bertahan dalam tekanan saat ditangkap. "Yuni tidak siap mental. Dia bernyanyi, dan akibatnya jaringan penyelundupan senjata kita menjadi korban," ujar Sebby kepada Tempo pada 15 Maret 2025.
Bagi Sebby, tindakan Yuni adalah pengkhianatan terhadap prinsip revolusi. "Dia seharusnya paham bahwa ketika seseorang tertangkap, dia harus menanggung konsekuensinya sendiri. Tidak perlu membuka suara. Jika saya ditangkap, saya harus bertanggung jawab sendiri tanpa membongkar jaringan," tambahnya.
Sebby mengingatkan pengalamannya sendiri ketika menghadapi interogasi pihak berwenang Indonesia. Pada 2008, ia ditangkap bersama Buchtar Tabuni karena mendukung deklarasi International Parliamentarians for West Papua (IPWP) yang digagas oleh Benny Wenda di Inggris. Saat ditangkap, Sebby mengaku telah mempersiapkan diri dengan baik, menjaga semua dokumen tetap aman dan menyangkal keterlibatan orang lain dalam perjuangan. "Saya tidak pernah bernyanyi. Ketika diinterogasi, saya menyangkal mengenal semua orang yang ada di video demonstrasi. Jika dikonfrontasi, saya hanya mengakui hubungan saya dengan Buchtar karena kami memang memiliki hubungan kekerabatan," tuturnya.
Dalam dunia pergerakan bawah tanah, prinsip kesetiaan dan ketahanan mental menjadi ujian terbesar. "Jangan bernyanyi. Jika satu orang tertangkap, cukup dia yang menanggung segalanya, meskipun harus dipenjara, disiksa, atau bahkan dibunuh. Yang penting, jaringan tetap aman. Tapi Yuni ini konyol. Dia bisa dibilang belum siap mental atau hanya setengah-setengah dalam perjuangan," tegas Sebby.
Operasi Damai Cartenz dan Runtuhnya Jaringan Penyelundupan
Sementara itu, pihak kepolisian Indonesia melalui Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2025 bersama Kepolisian Daerah Papua mengumumkan keberhasilan mereka dalam membongkar jaringan pemasok senjata ilegal untuk TPNPB-OPM. Jaringan ini ternyata melibatkan berbagai pihak, termasuk mantan anggota militer Indonesia.
Dua mantan prajurit TNI yang terlibat dalam jaringan ini adalah Yuni Enumbi dan Eko Sugiyono, yang sebelumnya berdinas di Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari. Keduanya telah diberhentikan dari dinas militer pada 2022 setelah terindikasi terlibat dalam penyelundupan senjata ke kelompok bersenjata di Papua.
Tak hanya itu, penyelidikan lebih lanjut mengarah pada pengungkapan jaringan produsen senjata api ilegal di Bojonegoro, Jawa Timur. Polda Papua dan Polda Jawa Timur mengidentifikasi lima orang yang terlibat dalam produksi senjata rakitan: Teguh Priyono, M. Kamaluddin, Pujiono, M. Herianto, dan Adi Pamungkas. Selain Herianto, semua nama tersebut, termasuk Yuni dan Eko, kini telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penjualan senjata api kepada TPNPB-OPM.
Kapolda Papua, Irjen Patrige Rudolf Renwarin, dalam keterangannya pada 11 Maret 2025, menjelaskan bahwa semua tersangka ini berhasil diungkap berkat informasi dari Yuni Enumbi. "Tersangka baru ini terungkap berdasarkan hasil pengembangan terhadap penangkapan Yuni Enumbi," kata Patrige.
Peran Kunci Yuni Enumbi dalam Rantai Penyelundupan
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa Yuni Enumbi memainkan peran sentral dalam jaringan ini. Ia bukan hanya seorang perantara, tetapi juga penyandang dana utama dalam suplai senjata ke TPNPB-OPM. Senjata yang disuplai oleh Yuni diketahui mengalir ke tangan Lerimayu Telenggen, pimpinan TPNPB-OPM yang berbasis di Distrik Puncak Jaya, Papua.
Menurut keterangan Kapolda Papua, senjata dan amunisi tersebut dibeli dari seseorang di Jakarta dengan harga fantastis, mencapai Rp 1,3 miliar. Setelah transaksi terjadi, senjata kemudian dikirim ke Surabaya untuk dikemas ulang sebelum dikapalkan ke Jayapura melalui jalur laut.
Dengan terbongkarnya jaringan ini, Sebby Sambom pun merasa perlu menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang selama ini terlibat dalam penyelundupan senjata ke kelompoknya. "Kami meminta maaf kepada semua pihak yang telah mendukung suplai senjata untuk TPNPB-OPM, baik itu anggota TNI, Polri, maupun orang-orang sipil yang membantu kami dalam logistik militer," ujar Sebby.
Dampak dan Masa Depan Gerakan Bersenjata di Papua
Terbongkarnya jaringan penyelundupan senjata ini menjadi pukulan telak bagi TPNPB-OPM. Penangkapan Yuni Enumbi dan pengkhianatannya terhadap jaringan membuat rantai pasokan senjata kelompok ini terganggu.
Namun, apakah ini akan menghentikan perjuangan bersenjata di Papua? Sejarah mencatat bahwa meskipun mengalami banyak tekanan dan operasi kontra-insurjensi dari pemerintah Indonesia, kelompok pro-kemerdekaan Papua tetap bertahan dan beradaptasi dengan berbagai strategi baru.
Satu hal yang pasti, peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kedua belah pihak. Bagi aparat keamanan, ini menunjukkan bahwa strategi infiltrasi dan penekanan psikologis dapat menjadi alat yang efektif untuk melemahkan kelompok separatis. Sementara bagi TPNPB-OPM, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia perlawanan, kepercayaan dan ketahanan mental adalah kunci utama bertahan hidup.
Akankah gerakan bersenjata di Papua semakin melemah atau justru menemukan cara baru untuk bertahan? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun, bagi Yuni Enumbi, pengkhianatannya kini menjadi noda yang tak akan mudah dilupakan dalam sejarah perjuangan bersenjata Papua.
(Mond)
#TPNPBOPM #OPM #Teroris #Papua