Breaking News

Tragedi Amputasi Tanpa Izin di Medan: Keluarga Syok, Lapor Polisi

Ilustrasi 

D'On, Medan, Sumatera Utara
– Jagat maya dihebohkan dengan kisah seorang pasien yang kakinya diamputasi tanpa izin keluarga di salah satu rumah sakit di Kota Medan. Peristiwa ini menuai kemarahan dan duka mendalam bagi pihak keluarga, yang merasa keputusan medis tersebut diambil secara sepihak tanpa konsultasi yang memadai.

Kronologi Kejadian

Kasus ini bermula ketika seorang pasien, yang diketahui menderita diabetes, dilarikan ke RSU MS oleh keluarganya karena mengalami luka parah di jari telunjuk kaki. Luka tersebut telah menghitam, yang mengindikasikan adanya gangren akibat komplikasi diabetes. Setelah diperiksa, dokter yang menangani pasien, berinisial AT, menyarankan amputasi pada bagian yang terdampak untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.

Pihak keluarga setuju dengan saran tersebut, tetapi hanya sebatas amputasi jari kaki yang bermasalah. Namun, kejutan tak terduga terjadi pada hari operasi.

Pada Senin (24/2), operasi dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB. Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 18.00 WIB, pihak rumah sakit memanggil keluarga pasien untuk menerima bagian tubuh yang telah diamputasi. Namun, alangkah terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa bukan hanya jari kaki yang dipotong, melainkan seluruh kaki pasien!

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria, yang diyakini sebagai keluarga pasien, marah dan mondar-mandir di ruang tunggu rumah sakit, mengungkapkan kekesalannya atas tindakan yang telah dilakukan tanpa sepengetahuan mereka. Dalam rekaman itu, terdengar pula suara seseorang yang menjelaskan bahwa amputasi seharusnya hanya dilakukan pada jari kaki, bukan seluruh kaki pasien.

"Kami setuju jari kakinya dioperasi, tapi yang terjadi malah kaki dipotong tanpa sepengetahuan kami!" kata perekam video, yang terdengar emosi dalam rekaman tersebut.

Keluarga Tempuh Jalur Hukum

Merasa keputusan medis ini diambil tanpa persetujuan, keluarga korban, yang diwakili oleh Everedy Sembiring, melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Laporan resmi telah diterima oleh Polda Sumatera Utara dengan nomor registrasi LP STLP/B/303/III/2025/SPKT/POLDASUMUT tertanggal 3 Maret 2025.

Kasubbid Penmas Polda Sumut, Kompol Siti Rohani, mengonfirmasi bahwa laporan telah masuk dan pihak berwenang akan segera melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Sudah diterima laporannya dan akan ditindaklanjuti," ujar Kompol Siti pada Selasa (4/3).

Sementara itu, pihak media mencoba menghubungi korban maupun kuasa hukumnya untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut, namun hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari mereka.

Tindakan Medis atau Malapraktik?

Kasus ini memicu perdebatan luas di masyarakat, terutama mengenai etika medis dan prosedur pengambilan keputusan dalam tindakan operasi. Dalam dunia kedokteran, amputasi merupakan langkah terakhir yang diambil jika bagian tubuh pasien sudah mengalami kerusakan parah dan berpotensi mengancam nyawa. Namun, keputusan ini seharusnya tetap melibatkan komunikasi transparan antara tim medis dan keluarga pasien.

Banyak pihak bertanya-tanya, apakah ada faktor medis yang mendesak sehingga dokter harus melakukan amputasi lebih luas daripada yang disetujui? Ataukah ini merupakan kasus dugaan malapraktik dan kelalaian dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien?

Sejumlah pakar kesehatan menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu, dokter memang memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan darurat demi menyelamatkan nyawa pasien. Namun, jika masih ada ruang untuk berkonsultasi dengan keluarga, komunikasi tetap menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan dan transparansi dalam layanan kesehatan.

Respon Publik dan Harapan Keluarga

Kasus ini telah menarik perhatian luas, terutama di media sosial, di mana warganet beramai-ramai menyuarakan pendapat mereka. Banyak yang mengecam tindakan rumah sakit yang dianggap tidak profesional, sementara yang lain mencoba melihat dari perspektif medis, dengan menunggu klarifikasi dari pihak rumah sakit mengenai alasan amputasi yang lebih luas dari yang disetujui.

Keluarga korban berharap ada kejelasan dan keadilan atas kejadian ini. Mereka juga meminta pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Di sisi lain, pihak kepolisian terus mendalami kasus ini untuk menentukan apakah ada unsur pidana dalam tindakan yang dilakukan oleh pihak medis.

Perkembangan kasus ini masih terus berjalan, dan publik menantikan jawaban dari pihak rumah sakit serta hasil penyelidikan kepolisian. Akankah ini terbukti sebagai kelalaian medis atau ada alasan mendesak yang belum terungkap?

Hanya waktu dan penyelidikan lebih lanjut yang akan menjawabnya.

(Mond)

#Viral #Peristiwa #Amputasi