Breaking News

Trump Hentikan Bantuan Militer untuk Ukraina: Cekcok dengan Zelensky Jadi Pemicu?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbincang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat melakukan pertemuan kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (28/2/2025). Foto: Saul Loeb/AFP

D'On, Washington D.C.
– Hubungan Amerika Serikat dan Ukraina memasuki babak baru yang penuh ketidakpastian setelah Presiden AS Donald Trump secara resmi menghentikan semua bantuan militer ke Kyiv. Langkah mengejutkan ini datang setelah pertemuan panas antara Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Gedung Putih pekan lalu, yang rupanya berakhir dengan ketegangan serius.

Keputusan ini menandai perubahan besar dalam kebijakan luar negeri AS, yang sebelumnya berada di garis depan dalam mendukung Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022. Pejabat Gedung Putih menyebutkan bahwa Trump ingin memastikan setiap bantuan AS memiliki dampak strategis yang jelas sebelum dikucurkan.

“Presiden Trump telah menjelaskan bahwa fokus utamanya adalah pada perdamaian. Kami membutuhkan mitra kami untuk memiliki komitmen yang sama terhadap tujuan ini,” ujar seorang pejabat senior AS yang enggan disebutkan namanya, dikutip dari Reuters pada Senin (3/3).

“Kami sedang meninjau kembali seluruh bantuan kami untuk memastikan bahwa dana yang diberikan benar-benar berkontribusi pada solusi jangka panjang,” tambahnya.

Namun, hingga kini, Gedung Putih belum memberikan pernyataan resmi mengenai skala dan cakupan penghentian bantuan militer tersebut. Pentagon, yang selama ini menjadi eksekutor utama pengiriman bantuan ke Ukraina, juga memilih bungkam dan menolak mengungkapkan detail lebih lanjut.

Titik Balik Drastis dalam Dukungan AS ke Ukraina

Sejak pecahnya perang antara Ukraina dan Rusia pada Februari 2022, Amerika Serikat telah menjadi pendonor utama bagi Kyiv. Dalam tiga tahun terakhir, Kongres AS telah menyetujui total bantuan senilai USD 175 miliar untuk Ukraina. Bahkan, di penghujung masa jabatannya, Presiden Joe Biden sempat menjanjikan tambahan USD 5,9 miliar guna memperkuat pertahanan Ukraina.

Namun, begitu Trump kembali ke Gedung Putih, pendekatan Washington terhadap konflik ini berubah drastis. Alih-alih bersikap keras terhadap Rusia seperti pendahulunya, Trump memilih pendekatan yang lebih hati-hati dan terkesan enggan untuk terus menggelontorkan dana tanpa batas.

Banyak analis memperkirakan bahwa keputusan ini bukan hanya soal kebijakan luar negeri semata, melainkan juga bagian dari strategi politik dalam negeri Trump yang berusaha menjaga dukungan dari kelompok konservatif yang menilai bantuan luar negeri sebagai pemborosan anggaran.

Cekcok dengan Zelensky: Pemicu Penghentian Bantuan?

Sumber di Gedung Putih mengungkapkan bahwa ketegangan antara Trump dan Zelensky sudah terlihat jelas sejak awal pertemuan mereka pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, Trump secara terbuka menyampaikan kritik pedas kepada Zelensky, menuduh pemimpin Ukraina itu kurang bersyukur atas bantuan besar yang telah diberikan AS selama ini.

“Kami telah memberikan begitu banyak, tetapi apakah kami pernah mendapat ucapan terima kasih yang tulus? Saya tidak yakin,” ujar Trump dalam pertemuan itu, menurut seorang sumber yang hadir.

Situasi semakin memburuk ketika negosiasi terkait kesepakatan eksplorasi mineral Ukraina yang diinginkan AS gagal mencapai titik temu. Sejumlah laporan menyebut bahwa Washington ingin memperoleh akses lebih besar terhadap sumber daya alam Ukraina sebagai bagian dari kerja sama strategis, tetapi Zelensky enggan memberikan konsesi yang diharapkan AS.

Ketidaksepakatan ini diyakini menjadi faktor kunci yang mendorong Trump untuk menghentikan bantuan militer.

Implikasi Global: Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Penghentian bantuan militer AS ke Ukraina dapat membawa dampak besar terhadap jalannya perang. Kyiv selama ini sangat bergantung pada dukungan finansial dan persenjataan dari Washington untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan Rusia.

Dengan bantuan yang kini dibekukan, Ukraina mungkin harus mencari sumber pendanaan baru dari sekutu lain seperti Uni Eropa atau bahkan mulai mempertimbangkan opsi diplomasi yang lebih fleksibel terhadap Rusia.

Sementara itu, kebijakan baru Trump ini juga akan mengundang reaksi beragam di dalam negeri. Partai Demokrat dan sebagian besar anggota Partai Republik yang pro-Ukraina kemungkinan akan mengecam keputusan ini sebagai langkah yang melemahkan posisi AS di panggung global.

Di sisi lain, kelompok nasionalis dan pendukung Trump garis keras kemungkinan akan mendukung keputusan ini sebagai langkah yang bijak untuk mengutamakan kepentingan domestik AS daripada terlibat dalam konflik luar negeri yang berkepanjangan.

Kini, dunia menanti apakah langkah ini merupakan bagian dari strategi negosiasi Trump untuk menekan Ukraina dan sekutunya, atau apakah ini benar-benar awal dari perubahan besar dalam kebijakan luar negeri AS. Yang jelas, hubungan Washington-Kyiv kini berada dalam ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

(Reuters)

#Internasional #DonaldTrump #VolodymyrZelensky #AmerikaSerikat