Breaking News

“Air Kami Terhenti, Tapi Harapan Masih Mengalir” Kota Padang Dilanda Krisis Air Akibat Hujan Deras

Ilustrasi 

D'On, Padang -
 Suara derasnya hujan yang mengguyur Kota Padang pada Jumat malam (11/4) belum benar-benar reda ketika masalah baru mulai muncul dari balik tanah yang basah. Di balik guyuran air langit itu, datang pula lumpur, pasir, dan material lainnya yang meluap masuk ke aliran sungai menutup ruang gerak sistem pengolahan air bersih Kota Padang.

Di Intake Paraku, Kecamatan Lubukkilangan, kondisi ini mencapai titik krusial. Material lumpur yang masuk bersama banjir kiriman membuat proses pengolahan air baku lumpuh total. Tak ada yang bisa dilakukan selain menghentikan sementara seluruh aktivitas produksi. Dan ketika produksi berhenti, ribuan keran di rumah-rumah warga pun ikut sunyi.

"Air berhenti sejak semalam. Saya kira cuma sebentar, tapi sampai siang ini masih kering," keluh Rina (35), warga Mata Air, yang sejak pagi terpaksa mengambil air hujan yang tertampung di ember halaman rumahnya. “Anak-anak belum mandi, masak pun susah. Kami menunggu, tapi tak tahu kapan air akan kembali.”

Petugas Berjibaku di Tengah Lumpur

Sabtu pagi, saat banyak warga mulai mencari alternatif air, para petugas Perumda Air Minum Kota Padang sudah bersiap di lokasi intake. Tanpa menunggu reda matahari, mereka langsung terjun ke lapangan. Lumpur disingkirkan, pasir diangkut, dan sistem saluran dibersihkan satu per satu agar air bisa kembali diproduksi.

“Ini kondisi yang berat. Lumpur cukup tebal dan menutup filter utama. Kami bekerja secepat dan seaman mungkin,” ujar Noviardi Zen, Humas Perumda Air Minum Kota Padang, kala dihubungi via pesan WhatsApp pada Sabtu (12/4/2025).

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami pelanggan. Begitu proses pembersihan selesai, distribusi akan kami pulihkan.”

Meski upaya pemulihan sudah dilakukan sejak pagi, hingga Sabtu siang, distribusi air masih belum sepenuhnya normal. Daerah-daerah yang terdampak meluas, mencakup Rimbodata, Marapalam, Banuaran, Seberang Palinggam, Mata Air, Pisang, Parak Karakah, Andalas, Simpang Haru, Ampang Karang Gantiang, hingga Jati Parak Salai.

Krisis Air dan Kenyataan Iklim Baru

Fenomena ini bukan hanya soal air yang berhenti. Ini adalah gambaran rapuhnya sistem vital kota ketika berhadapan dengan cuaca ekstrem  sesuatu yang semakin sering hadir di tengah perubahan iklim global.

"Kami butuh solusi jangka panjang, bukan sekadar perbaikan sementara," ujar Pak Taufik, tokoh masyarakat di kawasan Pisang. “Kalau setiap hujan deras selalu begini, warga akan terus jadi korban.”

Menanti Aliran, Menjaga Harapan

Di tengah krisis, warga mencoba bertahan. Sebagian mengandalkan sumur, sebagian lagi berbagi air galon. Namun di banyak tempat, antrean dan keresahan mulai muncul.

Meski keran-keran masih kering, harapan belum benar-benar padam. Ada keyakinan bahwa air akan kembali mengalir dan bersama itu, kehidupan pun bisa berjalan seperti biasa. Untuk sekarang, warga hanya bisa menunggu, sembari berharap langit tak lagi menumpahkan lumpur bersama hujan.

(Mond)

#PDAM #Padang