"Bom Gay": Ketika Militer AS Hampir Menciptakan Senjata Absurd untuk Mengacaukan Mental Musuh
Amerika Serikat ternyata pernah terpikir untuk membuat bom gay agar menghancurkan mental musuh. (ABC/DOK)
D'On, Amerika Serikat - Bayangkan sebuah medan perang, bukan yang dipenuhi dengan peluru dan ledakan, tetapi dengan kekacauan emosional yang dirancang untuk membuat para tentara musuh saling tertarik secara seksual. Kedengarannya seperti plot film satir, namun pada kenyataannya, ini adalah sebuah proposal nyata yang pernah diajukan oleh militer Amerika Serikat di awal tahun 1990-an.
Pada tahun 1994, Wright Laboratory, sebuah pusat riset militer di Ohio yang kala itu berada di bawah naungan Angkatan Udara Amerika Serikat, mengajukan ide yang sulit dipercaya: sebuah bom yang mengandung zat afrodisiak kuat untuk membangkitkan hasrat seksual di antara pasukan musuh. Tujuannya? Bukan untuk membunuh, melainkan untuk menghancurkan moral dan kohesi tempur mereka melalui kekacauan psikologis dan seksual.
Proposal ini merupakan bagian dari proyek riset senjata non-mematikan senilai US$ 7,5 juta. Dalam sebuah dokumen setebal tiga halaman yang bocor ke publik berkat organisasi anti-senjata biologis The Sunshine Project, terungkap bahwa militer AS benar-benar mempertimbangkan pembuatan "bom gay" tersebut secara serius.
Sebuah Senjata “Tak Mematikan” dengan Imajinasi Melampaui Nalar
Bom ini dirancang bukan untuk melukai tubuh, melainkan untuk mengacaukan mental. Isinya diproyeksikan berupa zat kimia yang mampu merangsang libido secara ekstrem. Efek yang diharapkan? Para tentara musuh menjadi begitu terganggu oleh ketertarikan satu sama lain hingga kehilangan fokus bertempur dan koordinasi tempur mereka runtuh.
“Bayangkan, mereka tak bisa menahan godaan satu sama lain di tengah medan perang,” tulis Dailymail, menggambarkan betapa liar imajinasi di balik senjata tersebut.
Meski terdengar seperti ide lelucon, proposal ini pernah benar-benar diajukan ke National Academy of Sciences pada tahun 2002 untuk ditinjau. Namun tidak pernah ada bukti ilmiah kuat yang mendukung efektivitas atau bahkan kemungkinan biologis dari senjata semacam itu.
Dibayang-bayangi Homofobia dan Politik Era 1990-an
Perlu dilihat konteks zamannya. Ide bom gay muncul di masa ketika isu orientasi seksual masih sangat sensitif di Amerika, terutama di lingkungan militer. Kebijakan "Don't Ask, Don't Tell" milik Presiden Bill Clinton baru saja diterapkan, memungkinkan tentara homoseksual untuk bertugas selama mereka tidak mengungkapkan identitas seksual mereka. Dalam atmosfer sosial yang masih sarat homofobia, gagasan bahwa seksualitas bisa digunakan sebagai senjata menunjukkan lebih dari sekadar niat mengacaukan musuh ia mencerminkan cara pikir yang problematik, bahkan canggung, dari institusi militer kala itu.
Lebih Banyak Ide Aneh: Dari Bom Serangga hingga Senjata Kentut
Bom gay bukan satu-satunya ide eksentrik yang keluar dari Wright Laboratory. Dalam laporan yang sama, laboratorium itu juga mencetuskan konsep senjata kimia untuk menarik perhatian serangga dan hama ke tubuh tentara musuh, senjata bau yang dirancang untuk “menandai” pasukan lawan agar mudah dikenali, hingga zat kimia yang membuat kulit musuh menjadi sangat sensitif terhadap sinar matahari.
Tak cukup dengan itu, ada pula zat yang membuat lawan mengalami kentut terus-menerus atau mengeluarkan bau napas menyengat—sebuah bentuk “penyiksaan” psikologis melalui penghinaan tubuh.
Namun pada akhirnya, tak satu pun dari senjata-senjata ini yang pernah dikembangkan secara serius. Pentagon, dalam pernyataan tahun 2005, mengonfirmasi bahwa ide-ide semacam itu hanyalah bagian dari ribuan proposal yang masuk setiap tahun, dan tidak pernah melewati tahap realisasi.
Penghargaan Satir dan Warisan Absurd
Meski tak dikembangkan, ide tentang bom gay tetap menjadi catatan menarik dalam sejarah militer modern. Bahkan, para ilmuwan di balik ide tersebut menerima penghargaan IG Nobel pada tahun 2007—sebuah penghormatan satir bagi penemuan-penemuan aneh yang “membuat orang tertawa, lalu berpikir.”
Wright Laboratory kini telah dilebur menjadi bagian dari Air Force Research Laboratory (AFRL), institusi yang kini memusatkan risetnya pada teknologi futuristik seperti senjata energi terarah dan sistem pertahanan non-kontak.
Namun kisah tentang “bom gay” tetap hidup sebagai pengingat betapa luasnya cakrawala imajinasi militer saat berupaya memenangkan perang tanpa menumpahkan darah—bahkan jika itu berarti menempuh jalur yang nyaris tak masuk akal.
Antara Inovasi dan Absurd: Garis Tipis dalam Dunia Senjata
Dalam dunia di mana inovasi militer terus berkembang ke arah teknologi tinggi dan peperangan siber, kisah-kisah seperti ini memberi jeda sejenak untuk bertanya: Sejauh mana kreativitas dalam dunia pertahanan bisa dibenarkan? Dan kapan ide-ide tersebut justru mencerminkan lebih banyak tentang kita sebagai manusia ketimbang tujuan strategis itu sendiri?
(ABC)
#BomGay #AmerikaSerikat #Internasional