Bongkar Misteri Ijazah Jokowi: Klarifikasi UGM soal Font Times New Roman dan Penomoran Ijazah Era 1980-an
Ijazah Jokowi serta potret Jokowi saat kuliah dan wisuda di UGM. Foto: Dok. Humas UGM
D'On, Yogyakarta - Perdebatan mengenai keaslian ijazah Presiden Joko Widodo kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, sorotan publik tertuju pada detail yang selama ini luput dari perhatian banyak orang: font yang digunakan dalam dokumen akademik sang presiden. Dugaan bahwa font Times New Roman belum tersedia pada era 1980-an pun menjadi bahan bakar baru bagi mereka yang mempertanyakan orisinalitas ijazah dan skripsi Jokowi. Tapi, apakah benar demikian?
![]() |
Staf UGM menunjukkan skripsi Jokowi Foto: Dok. ugm.ac.id |
Sorotan Tajam: Font Times New Roman di Era Ketik Manual
Adalah Rismon Hasiholan Sianipar, alumnus Universitas Gadjah Mada dan mantan dosen Universitas Mataram, yang pertama kali menggulirkan keraguan. Ia menilai bahwa kehadiran Times New Roman dalam dokumen resmi akademik Jokowi khususnya pada skripsi dan ijazah tidak sesuai dengan praktik umum pada masa itu. Menurutnya, jenis huruf tersebut baru dikenal luas setelah kehadiran sistem operasi Windows, sedangkan Jokowi menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985.
Namun, pihak UGM langsung angkat bicara untuk meluruskan asumsi publik. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, memberikan penjelasan yang membuka kembali lanskap dunia akademik era 1980-an yang sering terlupakan.
“Pada masa itu, penggunaan font sejenis Times New Roman sudah sangat lazim digunakan di tempat percetakan sekitar kampus. Misalnya, Prima dan Sanur dua percetakan legendaris di Yogyakarta yang kini sudah tidak ada lagi menyediakan layanan cetak sampul skripsi dengan huruf-huruf serupa,” ujar Sigit, Rabu (16/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa sampul dan lembar pengesahan skripsi Jokowi memang dicetak melalui jasa percetakan, bukan diketik manual. Sedangkan isi skripsi setebal 91 halaman, sesuai prosedur saat itu, dikerjakan dengan mesin ketik manual.
![]() |
Ijazah Jokowi diperlihatkan di Fakultas Kehuatanan UGM, Jumat (21/10/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan |
Kenangan Kakak Angkatan Jokowi: "Saya Juga Pakai Times New Roman"
Menariknya, kesaksian personal juga datang dari San Afri Awang, mantan Ketua Senat Fakultas Kehutanan dan kakak angkatan Jokowi. Ia mengonfirmasi bahwa font Times New Roman atau jenis serupa memang digunakan di masa itu, setidaknya di kalangan mahasiswa yang mencetak skripsi secara profesional.
“Saya masih ingat, saya cetak cover skripsi di Prima. Tempat itu terkenal di kalangan mahasiswa UGM. Bahkan di sekitar kampus sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sendiri sempat memanfaatkan jasa tersebut untuk mengolah data statistik,” kenang San Afri.
Namun, ia juga menekankan bahwa tidak semua mahasiswa punya akses atau kemampuan finansial untuk mencetak skripsi secara profesional. “Beberapa teman saya yang kurang mampu lebih memilih mengetik sampul dan lembar pengesahan dengan mesin ketik manual,” ujarnya, menegaskan bahwa perbedaan format bukanlah indikasi pemalsuan, melainkan kondisi sosial-ekonomi mahasiswa saat itu.
Polemik Nomor Seri Ijazah: Tanpa Klaster, Hanya Angka
Tak berhenti di situ, nomor seri ijazah Jokowi pun turut disorot. Kritikus menyatakan bahwa ijazah tersebut mencurigakan karena tidak memiliki klaster atau format standar yang berlaku umum. Namun, Sigit Sunarta kembali menjelaskan bahwa pada era 1980-an, setiap fakultas di UGM memiliki kebijakan masing-masing soal format penomoran ijazah.
“Fakultas Kehutanan kala itu menggunakan nomor berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan, dan ditambahkan kode FKT, singkatan dari fakultas,” jelasnya.
Penyeragaman penomoran di tingkat universitas, menurutnya, baru diterapkan jauh setelah Jokowi lulus.
Validasi Akademik: Jokowi Mahasiswa Aktif dan Dikenal
Menanggapi isu yang terus bergulir, Sigit menegaskan kembali keabsahan status akademik Jokowi. Ia menyatakan bahwa dokumen ijazah dan skripsi Presiden Joko Widodo adalah asli, dan seluruh aktivitas akademiknya terekam jelas di sistem dan ingatan banyak pihak.
“Ia kuliah di sini, teman seangkatannya mengenal baik beliau. Beliau aktif dalam organisasi mahasiswa Silvagama, mengambil banyak mata kuliah, menyusun skripsi, dan lulus dari Fakultas Kehutanan UGM. Ijazahnya dikeluarkan resmi oleh universitas,” tegas Sigit.
Kenangan, Konteks, dan Klarifikasi
Perdebatan tentang font dan nomor seri mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, tapi dalam konteks politik dan publik figur seperti Jokowi, hal sekecil itu bisa menjadi sumber kontroversi. Namun, klarifikasi dari UGM dan para saksi zaman membuka gambaran yang lebih adil dan lengkap tentang dunia akademik tahun 1980-an.
Bahwa teknologi saat itu, meski terbatas, sudah mulai mengenal komputer dan jasa cetak modern. Dan bahwa ijazah bukan sekadar dokumen, tapi jejak sejarah pendidikan yang tak bisa diputus hanya dengan perbedaan huruf.
(Mond)
#UGM #IjazahJokowi #Nasional #Viral #Jokowi