Breaking News

Dapur Kalibata Lanjutkan Laporan Penggelapan Dana MBG Rp975 Juta: Tak Ada Ruang untuk Damai

Suasana dapur MBG di kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, yang kembali beroperasi, pada Kamis (17/4/2025).

D'On, Jakarta
Langit kelabu menggantung di atas kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, tapi tekad Ira Mesra Destiawati, pemilik Mitra Dapur yang selama ini menjadi tulang punggung program Makan Bergizi Gratis (MBG), tetap terang. Meski badai penggelapan dana menghadang, Ira bersikukuh untuk tidak mundur selangkah pun. Laporan resmi terhadap pihak Yayasan MBG yang diduga menyelewengkan dana hampir satu miliar rupiah kini memasuki babak baru.

“Tidak ada kompromi untuk penyelewengan seperti ini,” tegas Danna Harly, kuasa hukum Ira, Sabtu (19/4/2025), saat dikonfirmasi Antara. “Ibu Ira tetap melanjutkan laporan ini sebagai bentuk pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam program SPPG dan yayasan serupa. Kalau dibiarkan, kepercayaan publik akan runtuh.”

Penggelapan Dana, Prioritas Presiden, dan Perang Melawan Penyimpangan

Kasus ini menyentuh program nasional yang sangat strategis. MBG merupakan bagian dari prioritas utama Presiden Prabowo Subianto dalam menanggulangi masalah gizi anak Indonesia. Maka, ketika aliran dananya diduga dialihkan secara tidak sah oleh oknum berinisial MBN, sebesar Rp975.375.000, reaksi tegas pun muncul.

Menurut Danna, tidak hanya soal uang, tetapi juga menyangkut moralitas dalam pelayanan publik. “Program seperti ini menyangkut nyawa generasi bangsa. Niat jahat tidak bisa diberi toleransi,” ujarnya. Ia menegaskan, tindakan hukum yang diambil kliennya menjadi pesan tegas bahwa penyimpangan akan langsung dibawa ke ranah hukum, tanpa ruang damai.

Sembilan Jam Pemeriksaan, Puluhan Pertanyaan, dan Fakta-Fakta Awal

Jumat lalu menjadi hari yang melelahkan namun penting bagi tim kuasa hukum Mitra Dapur. Pemeriksaan intensif selama sembilan jam dilakukan, dengan Ira menerima sekitar 28 pertanyaan dan kuasa hukumnya 21 pertanyaan dari penyidik. Semua ini demi membuka terang apa yang sebenarnya terjadi di balik dapur-dapur yang selama ini menyediakan makanan sehat bagi anak sekolah.

Danna menjelaskan bahwa pihaknya telah menyerahkan sejumlah bukti penting. “Kami sangat terbuka dan kooperatif. Minggu depan kami akan menghadirkan lima saksi serta satu ahli pidana untuk memperkuat laporan,” jelasnya.

Operasional Dapur Tetap Jalan: Komitmen yang Tak Padam

Meski berada di tengah pusaran konflik hukum, semangat untuk menyuplai makanan bergizi tidak padam. Ira kembali mengoperasikan dapurnya pada Kamis (17/4), mendistribusikan makanan ke sejumlah sekolah di Kalibata. Untuk saat ini, dana pribadi menjadi satu-satunya bahan bakar dapur ini tetap menyala.

“Tujuannya jelas: anak-anak tidak boleh jadi korban akibat konflik administratif dan hukum. Kami tetap melayani, meski harus merogoh kocek sendiri,” kata Ira melalui pengacaranya.

Awal Kerjasama yang Berakhir dengan Laporan Polisi

Kisah ini bermula ketika Ira diajak bekerjasama oleh pihak yayasan dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kalibata, sejak Februari hingga Maret 2025. Dalam kurun waktu itu, dapur milik Ira telah memasak dan mendistribusikan sekitar 65.025 porsi makanan. Pada kontrak awal, disepakati harga Rp15.000 per porsi, namun kemudian secara sepihak diubah menjadi Rp13.000. Keputusan sepihak ini, ditambah dengan lambannya pembayaran, memicu ketidakpuasan yang berujung pada pemutusan hubungan kerja sama.

Akhirnya, laporan resmi terhadap yayasan pun dilayangkan ke Polres Metro Jakarta Selatan pada 10 April 2025, tepat pukul 14.11 WIB, dengan nomor laporan LP/B/1160/IV/2025/SPKT/POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA.

Menantang Praktik Kotor, Menjaga Integritas Program Sosial

Kasus ini menyibak tantangan besar di balik program-program sosial yang dicanangkan pemerintah: bagaimana menjaga integritasnya tetap utuh di tengah godaan praktik curang. Danna menekankan, ini bukan hanya perjuangan kliennya, tetapi bagian dari upaya menjaga marwah program-program pelayanan publik.

“Harus ada efek jera. Harus ada perubahan sistemik. Ini bukan soal satu yayasan atau satu dapur ini soal wajah bangsa di mata anak-anak yang kita beri makan setiap hari,” tegasnya.

Sementara itu, publik menanti, apakah langkah berani Ira ini akan membuka jalan bagi reformasi dalam pengelolaan dana sosial? Ataukah akan menjadi satu dari sekian banyak kasus yang tenggelam dalam kabut birokrasi dan kompromi? Satu hal yang pasti: dapur itu tetap menyala, dan perjuangan belum usai.

(Mond)

#MakanBergiziGratis #Korupsi #Hukum #PenggelapanDanaMBG