Breaking News

Drama Pabrik Es Kristal di Sumut: Ketika Intimidasi Ormas Memaksa Pengusaha Menyerah dan Pekerja Kehilangan Mata Pencaharian

Ilustrasi kekerasan. Foto: Marmalade Photos/Shutterstock

D'On, Langkat, Sumatera Utara
Sebuah video berdurasi beberapa menit mendadak viral di media sosial, memperlihatkan seorang pengusaha lokal di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan suara bergetar dan mata yang nyaris berkaca-kaca. Ia bukan sedang mengiklankan produknya atau merayakan pencapaian bisnis, melainkan menyampaikan keluh kesah dan permintaan tolong kepada Presiden RI dan jajaran aparat keamanan tertinggi di negeri ini.

Video tersebut memperlihatkan suasana pabrik es kristal milik UD Aguaris yang tampak sunyi. Tak ada lagi suara denting mesin, tak terlihat aktivitas bongkar muat ke mobil pengangkut es yang biasanya menjadi denyut nadi kehidupan ekonomi kecil di daerah itu. Semua seolah terhenti. Pabrik yang biasa beroperasi untuk memenuhi kebutuhan es kristal di kawasan itu, kini sepi tak berpenghuni.

“Kami Sudah Tertekan”

Dalam video tersebut, sang pemilik usaha menyampaikan bahwa mereka dipaksa menutup operasional pabrik karena tekanan yang diduga berasal dari oknum organisasi masyarakat (ormas). Tak disebutkan secara rinci siapa mereka dan apa motif tekanan itu. Namun, nada bicara pengusaha tersebut menunjukkan bahwa intimidasi itu bukan sekadar gertakan kosong.

“Mohon izin Pak Presiden, Pak Panglima, Pak Kapolri, Pak Pangdam Bukit Barisan, Bapak Kapolda Sumut, Pak Kapolres Langkat. Kami pengusaha UD Aguaris bidang usaha pembuatan es kristal, kami sudah tertekan dengan mengaku adanya dari ormas. Kami punya usaha ditutup, mesin operasi dimatikan. Tolonglah kami, Bapak,” ujar pengusaha tersebut dalam video yang kini telah tersebar luas.

Bersama dengan ditutupnya pabrik, puluhan pekerja harian yang menggantungkan hidupnya dari usaha ini pun ikut terimbas. Mereka harus rela kehilangan pekerjaan tanpa kejelasan kapan akan kembali dipanggil, jika pun ada kesempatan itu lagi.

Respons Polisi: Pabrik Akan Beroperasi Kembali

Menanggapi viralnya video tersebut, Kapolres Langkat, AKBP David Triyo Prasojo, mengonfirmasi bahwa insiden memang terjadi di wilayah hukumnya. Ia menyatakan bahwa pihaknya langsung bertindak cepat setelah video itu mencuat.

“Video itu benar terjadi di wilayah hukum saya, dan sudah langsung saya tindak lanjuti. Sore atau malam ini, pabrik sudah beroperasi kembali,” kata David saat dikonfirmasi pada Jumat, 18 April 2025.

Ia menambahkan bahwa insiden tersebut terjadi pada Kamis malam, dan pihak kepolisian telah menurunkan personel untuk berjaga di sekitar lokasi. Langkah itu diambil untuk memastikan bahwa para pelaku usaha di Kabupaten Langkat merasa aman dan tidak mengalami gangguan dalam menjalankan bisnis mereka.

“Kami sudah melakukan berbagai upaya, termasuk yang sifatnya tegas. Kami akan memberikan jaminan keamanan kepada seluruh pelaku usaha yang ada di Langkat,” tegas David.

Namun hingga kini, polisi belum mengungkap siapa pihak yang diduga melakukan intimidasi, dan apa sebenarnya motif di balik tekanan terhadap pabrik es tersebut. Ketertutupan informasi ini justru memunculkan spekulasi dan rasa penasaran publik—apa sebenarnya yang terjadi di balik layar?

Dampak Sosial: Pekerja Jadi Korban

Di balik hiruk-pikuk narasi ormas dan keamanan, yang sering kali luput dari perhatian adalah nasib para pekerja. Puluhan orang yang selama ini menggantungkan hidup dari penghasilan harian sebagai buruh pabrik, kini dilanda ketidakpastian.

Seorang mantan pekerja pabrik yang enggan disebutkan namanya mengaku pasrah. “Kami juga bingung, tiba-tiba disuruh pulang, dibilang pabriknya tutup. Nggak tahu kapan bisa kerja lagi. Di sini susah cari kerja lain,” katanya lirih.

Kisah ini bukan hanya tentang satu pengusaha atau satu pabrik kecil yang berhenti beroperasi. Ini adalah potret rapuhnya ekosistem usaha kecil di daerah yang kerap menjadi korban dalam konflik kepentingan dan ketidakhadiran perlindungan nyata dari negara.

Harapan Akan Ketegasan dan Keadilan

Insiden di Langkat ini menjadi sorotan nasional bukan hanya karena dramatisnya video yang viral, tetapi juga karena isu yang diangkat menyentuh jantung permasalahan klasik di Indonesia: intimidasi terhadap pelaku usaha kecil oleh kelompok-kelompok yang mengklaim kekuasaan informal.

Kini, publik menunggu: apakah pernyataan jaminan keamanan dari aparat akan benar-benar ditegakkan? Apakah kasus ini akan dibuka secara transparan dan pelaku intimidasi diungkap ke publik? Atau justru, ini akan menjadi satu dari sekian banyak kisah yang perlahan-lahan tenggelam dan dilupakan?

Satu hal yang pasti, suara lirih pengusaha kecil yang meminta tolong dalam video itu telah menggugah banyak hati. Dan semestinya, menggugah juga nurani para pemegang kekuasaan.

(Yaya)

#OrmasArogan #Peristiwa #Pengancaman