Breaking News

Duka di Padang Pariaman: Pria Asal Lampung Ditemukan Tewas Gantung Diri di Dalam Lemari Rumah, Sang Anak yang Pertama Menemukan

Pria Asal Lampung Ditemukan Tewas Gantung Diri di Dalam Lemari Rumah di Padang Pariaman – Dok. infosumbar.net

D'On, Padang Pariaman, Sumatera Barat
– Suasana tenang di Korong Rimbo Dadok Koto Tinggi, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, mendadak berubah menjadi pilu dan penuh duka pada Jumat sore (11/4/2025). Warga digemparkan oleh penemuan jenazah seorang pria, Dwi Siswanto (38), yang ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di dalam lemari kamar tidurnya sendiri.

Tragedi ini tak hanya menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga meninggalkan trauma bagi anak perempuan Dwi, yang secara tragis menjadi orang pertama yang menemukan jasad ayahnya. Peristiwa memilukan ini terjadi di rumah mereka sendiri, saat seluruh anggota keluarga sedang berada di dalam rumah.

Awal Mula Tragedi

Menurut keterangan resmi dari Kapolsek 2×11 Kayu Tanam, Iptu Deni, insiden ini terjadi sekitar pukul 17.30 WIB. Kala itu, istri korban sedang merasa kurang enak badan dan meminta anak perempuannya untuk mengambil balsem di kamar. Namun, saat anak tersebut membuka pintu, ia disambut pemandangan yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupnya: sang ayah, tergantung tak bernyawa di dalam lemari.

“Anak korban langsung berteriak memanggil ibunya dengan histeris. Suasana rumah mendadak kacau. Sang istri yang bergegas masuk pun langsung jatuh terduduk melihat kondisi suaminya,” tutur Iptu Deni kepada wartawan. “Tak lama, warga sekitar yang mendengar keributan segera berdatangan dan langsung menghubungi pihak kepolisian.”

Proses Evakuasi dan Pemeriksaan

Tim dari Polsek 2×11 Enam Lingkung bergerak cepat. Bersama Unit Reskrim dan tim identifikasi dari Polres Padang Pariaman, mereka langsung menuju lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jenazah. Pemeriksaan awal juga dilakukan oleh tim medis dari Puskesmas Enam Lingkung.

Hasil visum menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau luka mencurigakan pada tubuh korban. Semua indikasi awal mengarah pada dugaan kuat bahwa korban mengakhiri hidupnya sendiri.

Gangguan Emosional dan Dugaan Depresi

Keterangan dari istri korban membuka tabir lain dari tragedi ini. Dwi Siswanto, pria asal Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur yang merantau ke Padang Pariaman untuk membangun hidup, disebut telah menunjukkan gejala-gejala gangguan emosional dalam beberapa minggu terakhir.

“Dia sering marah tanpa alasan yang jelas. Tiba-tiba murung, lalu marah-marah. Bahkan kadang seperti tidak mengenali kami,” ujar sang istri dengan mata sembab kepada petugas. “Saya sempat berpikir dia hanya kelelahan, tapi belakangan emosinya makin tak stabil. Saya tidak menyangka dia akan sejauh ini...”

Pihak keluarga, setelah berkonsultasi dengan pihak kepolisian dan tenaga medis, menolak dilakukan autopsi dan menyatakan menerima kejadian ini sebagai musibah. Jenazah korban dimakamkan keesokan harinya dalam suasana duka yang menyelimuti.

Catatan Kelam Kesehatan Mental

Kejadian tragis ini kembali menyoroti isu yang seringkali luput dari perhatian: kesehatan mental. Dalam masyarakat yang masih cenderung memandang depresi dan gangguan mental sebagai hal yang tabu, banyak individu yang mengalami tekanan psikologis berat memilih memendamnya sendiri.

Sumatera Barat sendiri, dalam beberapa tahun terakhir, mengalami peningkatan kasus bunuh diri, terutama pada usia produktif. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan jiwa, stigma sosial, dan minimnya edukasi menjadi faktor penyebab yang tak bisa diabaikan.

Kematian Dwi Siswanto bukan sekadar statistik. Ia adalah pengingat bahwa di balik senyuman seseorang, bisa saja tersembunyi pergulatan batin yang berat. Dan kadang, sinyal-sinyal keputusasaan itu hanya bisa terlihat jika kita mau benar-benar peduli.

Butuh Lebih dari Sekadar Simpati

Tragedi ini mestinya menjadi refleksi bersama. Perlu ada pendekatan baru dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan keluarga dalam menangani isu kesehatan mental. Mulai dari edukasi dini, pelatihan bagi masyarakat untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental, hingga tersedianya layanan konsultasi yang mudah diakses.

Untuk keluarga Dwi Siswanto, duka mereka mungkin tak akan pernah benar-benar hilang. Tapi semoga dari peristiwa memilukan ini, lahir kesadaran kolektif akan pentingnya memperhatikan kesehatan jiwa  sebelum semuanya terlambat.

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal sedang mengalami tekanan psikologis atau memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan. Kamu tidak sendiri. Bantuan profesional dan tangan yang peduli selalu tersedia.

(Mond)

#Peristiwa #BunuhDiri #PadangPariaman