Duka di Rel Kota Padang: Fares, Bocah 12 Tahun, Tewas Dihantam Kereta Bandara
Warga menunjukkan ke polisi lokasi Fares Destrija tertabrak kereta di belakang Kantor Pemuda, Jalan Atlas I, Ulakkarang Utara. |
D'On, Padang — Sore itu langit Kota Padang mendung, seakan turut menyimpan luka yang dalam. Di balik hiruk pikuk aktivitas masyarakat, sebuah tragedi memilukan mengoyak ketenangan warga Kelurahan Ulakkarang Utara, Kecamatan Padang Utara.
Seorang bocah lelaki, Fares Destrija, hanya berusia 12 tahun, kehilangan nyawa secara tragis setelah tertabrak kereta api Bandara Minangkabau Ekspres, Jumat (25/4/2025) sore, sekitar pukul 17.26 WIB. Lokasi kejadian tepat berada di belakang Kantor Pemuda, Jalan Atlas I sebuah jalur yang cukup akrab dilintasi warga setempat, namun kini berubah menjadi titik pilu yang membekas dalam ingatan.
Langkah Kecil Menuju Maut
Fares, warga Jalan Jhoni Anwar, Kelurahan Kampung Lapai, berjalan kaki sendirian usai bermain di lapangan bola tak jauh dari Gardu KAI Lapai. Tak disangka, langkah kecilnya mengarah ke perlintasan rel yang saat itu telah ditutup oleh petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL), Fero F (27). Namun entah karena tidak mendengar deru kereta atau lalai memperhatikan sekitar, Fares terus melangkah—hingga kereta Bandara yang melaju dari arah Kota Padang menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menyambarnya dengan cepat.
"Korban diduga tidak menyadari keberadaan kereta yang datang dan akhirnya tertabrak," jelas Kapolsek Padang Utara, AKP Yuliadi, saat dikonfirmasi.
Beberapa warga yang menyaksikan kejadian berusaha memberikan pertolongan secepat mungkin. Fares dibawa ke RS Hermina Padang, namun takdir berkata lain. Bocah itu dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit.
Isak Tangis di Ruang IGD
Ayah korban, Syahrial (53), datang tergopoh ke rumah sakit setelah menerima kabar duka. Tangisnya pecah saat menyaksikan putranya terbaring kaku tanpa nyawa. Sekitar pukul 18.50 WIB, jenazah Fares dibawa pulang ke rumah duka untuk disemayamkan dan dimakamkan dengan penuh kesedihan.
Kepolisian segera bergerak cepat. Bersama Polsek Nanggalo, personel dari Polsek Padang Utara turun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP. Identitas saksi dan petugas PJL dicatat, termasuk Ketua Pemuda setempat, Mai Rizal (40), yang turut hadir membantu proses evakuasi.
Peringatan Keras di Tengah Pemukiman Padat
Kematian Fares menambah daftar panjang kecelakaan di perlintasan rel aktif yang berada di tengah-tengah kawasan padat penduduk. Meski palang pintu dinyatakan sudah ditutup, pertanyaan besar kembali muncul: apakah sistem pengamanan saat ini sudah cukup menjamin keselamatan, terutama bagi anak-anak?
Kepolisian bersama instansi terkait kini tengah mengevaluasi kembali mekanisme keselamatan dan pengawasan di perlintasan sebidang. PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA), bersama Balai Teknik Perkeretaapian wilayah Sumatera Barat, menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal infrastruktur, rambu, serta keselamatan lintasan.
Namun, bukan hanya institusi yang perlu bercermin. Kesadaran masyarakat juga menjadi kunci. AKP Yuliadi mengimbau seluruh warga agar lebih waspada dan tidak menyepelekan rambu maupun arahan dari petugas.
"Kami mengimbau masyarakat agar senantiasa berhati-hati saat melintasi rel kereta. Patuhi semua rambu dan instruksi dari petugas PJL. Nyawa adalah hal yang tidak bisa dibayar," ujarnya tegas.
PT KAI Sampaikan Belasungkawa
Kepala Humas PT KAI Divre II Sumatera Barat, Reza Shahab, menyatakan dukacita mendalam atas insiden tersebut.
"Kami sangat menyesalkan terjadinya musibah ini. Korban tertemper oleh KA B30 Minangkabau Ekspres relasi Pulau Aie–Bandara Internasional Minangkabau di KM 11+500, tepat di petak jalan antara Stasiun Padang dan Stasiun Tabing," ujarnya.
Pihak PT KAI juga berjanji akan mendalami kejadian ini lebih lanjut guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Tragedi yang Tak Boleh Terulang
Kematian Fares adalah alarm yang mengguncang, bukan hanya untuk aparat atau institusi perkeretaapian, tetapi juga bagi seluruh warga Kota Padang. Di tengah geliat pembangunan transportasi publik, keselamatan warga, terutama anak-anak, tak boleh dinomorduakan.
Perlintasan rel bukan sekadar sepotong lintasan besi dan batu. Ia adalah batas antara hidup dan mati jika tidak disikapi dengan bijak. Kini, satu nyawa telah melayang, satu keluarga kehilangan anak, dan satu kota kembali diingatkan: keselamatan adalah tanggung jawab bersama.
(Mond)
#Peristiwa #Padang