Breaking News

Ironi Arus Balik Lebaran 2025: Tiket Padang-Jakarta Tembus Rp 10 Juta, ke Malaysia Hanya Rp 1,4 Juta

Ilustrasi Pesawat Terbang 

D'On, Padang
Momen arus balik Lebaran 2025 menjadi babak yang mengundang tanya dan ironi tersendiri bagi para pemudik. Di tengah euforia berkumpul bersama keluarga dan hangatnya suasana Lebaran, harga tiket pesawat dari Padang ke Jakarta justru melonjak tinggi, mencapai angka yang membuat banyak warga mengelus dada: lebih dari Rp 10 juta per orang.

Harga fantastis ini tercatat pada Senin, 7 April 2025, untuk rute penerbangan dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sumatera Barat, menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Data yang dihimpun dari aplikasi Traveloka menunjukkan angka yang mencengangkan: Rp 10.279.395 untuk satu tiket kelas ekonomi. Sebuah nominal yang tak hanya membebani, namun juga memunculkan keheranan: mengapa tiket domestik bisa lebih mahal dibandingkan penerbangan internasional?

Sebagai perbandingan, penerbangan dari Padang ke Malaysia pada hari yang sama hanya dibanderol sekitar Rp 1,4 juta hingga Rp 1,5 juta. Perbedaan harga yang nyaris menyentuh delapan kali lipat ini memunculkan pertanyaan besar soal regulasi, transparansi harga, dan kemampuan masyarakat dalam mengakses transportasi udara saat masa-masa krusial seperti Lebaran.

Tangkapan Layar Harga Tiket Pesawat Padang-Jakarta (Traveloka)

Normalitas yang Kontras di Rute Lain

Sementara itu, harga tiket untuk rute lain seperti Jakarta-Medan masih tergolong wajar. Untuk penerbangan pada Selasa, 8 April 2025, tarif yang ditawarkan berada di kisaran Rp 1,3 juta hingga Rp 2 juta. Perbedaan ekstrem ini menunjukkan bahwa lonjakan harga tidak terjadi merata di seluruh rute, melainkan hanya pada jalur tertentu yang tergolong padat pada masa arus balik.

Suara Pemudik: Antara Rindu Kampung dan Realitas Harga

Kenaikan harga tiket yang tajam tentu berdampak langsung pada masyarakat. Salah satunya dirasakan Wiwi (37), seorang ibu asal Bekasi yang baru saja pulang dari kampung halamannya di Padang. Ia mengungkapkan harapannya agar harga tiket lebih bersahabat, terutama saat momen Lebaran di mana jutaan orang ingin bersilaturahmi dengan keluarga.

“Kalau harga pesawat lebih terjangkau, kita pasti bisa lebih cepat sampai ke kampung halaman. Harapannya sih naiknya jangan sampai tinggi sekali, cukup naik beberapa persen saja,” ucap Wiwi dengan nada pasrah.

Upaya Pemerintah: Diskon yang Belum Cukup?

Pemerintah sebenarnya sudah menggulirkan kebijakan insentif untuk menekan harga tiket pesawat domestik kelas ekonomi. Sejak 1 Maret hingga 7 April 2025, penumpang mendapatkan potongan PPN sebesar 6 persen—sehingga mereka hanya membayar 5 persen saja. Selain itu, pemerintah juga menurunkan biaya operasional di 37 bandara serta menyesuaikan harga avtur.

Namun, realitas di lapangan memperlihatkan bahwa kebijakan ini belum cukup menahan lonjakan harga di masa puncak arus balik. Tingginya permintaan, terbatasnya ketersediaan kursi, serta strategi harga maskapai membuat potongan tersebut nyaris tak terasa.

Lonjakan Penumpang dan Prediksi Puncak Arus Balik

Data dari Bandara Halim Perdanakusuma hingga Minggu (6/4/2025) pukul 11.00 WIB mencatat lebih dari 11.000 penumpang telah datang dan berangkat dengan total 80 penerbangan. Sementara itu, InJourney Airports memprediksi bahwa puncak arus balik terjadi pada 6 dan 7 April 2025, dengan pergerakan tertinggi terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Pada puncak arus mudik sebelumnya, yakni Jumat (28/3/2025), tercatat 148.000 orang melintasi bandara tersebut dalam satu hari.

Tips Menghindari Tiket Mahal: Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?

Menghadapi realitas harga tiket yang fluktuatif dan kerap tak masuk akal saat musim liburan, masyarakat dituntut untuk lebih cermat dan strategis. Berikut beberapa tips yang bisa diikuti:

  1. Pesan Lebih Awal: Hindari pembelian mendekati hari keberangkatan.
  2. Manfaatkan Promo: Ikuti program diskon maskapai atau aplikasi travel.
  3. Bandingkan Harga: Gunakan berbagai platform untuk mencari harga terbaik.
  4. Pilih Waktu Fleksibel: Terbang di hari kerja atau di luar jam sibuk.
  5. Gunakan Miles atau Poin: Maksimalkan kartu loyalitas untuk potongan harga.
  6. Coba Maskapai Alternatif atau Transit: Rute tidak langsung kadang lebih murah.

Refleksi: Akses Transportasi Udara Masih Milik Siapa?

Kasus tiket Padang-Jakarta yang jauh lebih mahal daripada ke luar negeri bukan sekadar cerita tentang harga. Ini adalah cerminan betapa akses terhadap transportasi udara yang layak dan terjangkau masih menjadi tantangan. Di negeri kepulauan seperti Indonesia, pesawat seharusnya menjadi jembatan antarwilayah, bukan tembok pemisah yang hanya bisa ditembus oleh yang mampu.

Lebaran sejatinya adalah waktu untuk mempererat silaturahmi dan menyambung rasa. Namun, ketika harga tiket melonjak sedemikian tinggi, harapan itu perlahan memudar di tengah kenyataan ekonomi. Akankah kita membiarkan hal ini terus terulang tahun demi tahun?

(Mond)

#ArusBalikLebaran #TiketMahal #TiketPesawat