Keluarga Debitur Diduga Jadi Korban Perampasan Mobil oleh Debt Collector di Depan Polsek Padang Timur
D'On, Padang - Momen Lebaran yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi dan kebahagiaan berubah menjadi tragedi bagi satu keluarga asal Riau. Doni Budianto, warga Pelalawan, bersama istri dan dua anaknya, mendadak harus menghadapi dugaan aksi perampasan kendaraan secara paksa oleh sejumlah pria yang mengaku sebagai debt collector dari PT MPM Finance Cabang Padang. Ironisnya, peristiwa ini terjadi tepat di depan Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Padang Timur, Kota Padang, Jumat (4/4/2025) malam pukul 22.17 WIB.
Penyergapan di Jalanan Sicincin
Kisah pilu ini bermula saat Doni dan keluarganya tengah menempuh perjalanan menuju Kota Padang menggunakan mobil pribadi mereka, sebuah Mitsubishi Pajero Dakar bernomor polisi B 1137 UJO. Namun di wilayah Sicincin, laju kendaraan mereka mendadak dihentikan secara paksa oleh beberapa pria tak dikenal yang mengaku sebagai utusan leasing MPM Finance.
“Mereka memepet mobil kami, lalu menghentikan secara kasar. Anak dan istri saya syok. Kami kira ini begal,” ujar Doni kepada wartawan, matanya masih tampak menyimpan trauma.
Para pria itu kemudian menunjukkan identitas sebagai debt collector dan langsung menuduh Doni menunggak angsuran selama tiga bulan. Di tengah kepanikan, Doni mengakui memang ada keterlambatan pembayaran, namun ia menegaskan itikad baiknya untuk membayar satu bulan angsuran terlebih dahulu.
Namun tawaran itu ditanggapi dengan bujuk rayu yang kemudian berubah menjadi jerat: para debt collector meminta Doni agar ikut ke kantor MPM Finance di Padang. Di sana, mereka menjanjikan solusi berupa perpanjangan kontrak dan “penangguhan angsuran selama enam bulan”.
Kejanggalan di Kantor Leasing dan "Mediasi" di Polsek
Tanpa banyak pilihan dan demi menjaga keselamatan keluarganya, Doni menuruti permintaan itu. Setibanya di kantor leasing MPM Finance Padang, Doni dan keluarga diminta berfoto di depan kantor. Tak lama kemudian, mereka diajak menuju Polsek Padang Timur, dengan alasan akan dilakukan mediasi.
“Saya pikir, ya sudah, kalau ada jalan damai kenapa tidak. Tapi ternyata, itu hanya bagian dari skenario mereka,” tutur Doni dengan nada getir.
Sesampainya di halaman Polsek, situasi menjadi semakin janggal. Kunci mobil milik Doni diminta oleh seseorang dengan alasan “untuk pengecekan nomor mesin dan rangka kendaraan.” Saat itu juga, istri dan anak-anak Doni dipaksa turun dari mobil.
Namun yang paling menyakitkan, kata Doni, adalah sikap aparat yang bertugas di Polsek Padang Timur malam itu.
"Kami Ditelantarkan, Polisi Diam Saja"
“Tidak satu pun petugas di sana yang membantu. Mereka hanya diam, membiarkan semua proses itu berlangsung. Seolah-olah mereka tahu, tapi pura-pura tidak tahu,” kata Doni dengan nada tajam.
Menurutnya, peristiwa tersebut tidak hanya mencederai rasa keadilan, tapi juga menunjukkan adanya indikasi kuat kerja sama tidak sehat antara debt collector dan oknum aparat kepolisian. “Kami ditelantarkan begitu saja di depan kantor polisi. Mobil kami dibawa, dan kami berdiri di tengah malam, saat Lebaran, dengan dua anak kecil yang kebingungan,” ungkapnya.
Langkah Hukum dan Seruan Keadilan
Merasa diperlakukan secara tidak manusiawi dan menjadi korban perampasan di bawah bayang-bayang hukum, Doni menyatakan akan menempuh jalur hukum. Ia berencana melaporkan kejadian ini ke Polda Sumatera Barat, juga ke Polda Riau, dan mengadukan praktik ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Pekanbaru.
“Saya akan perjuangkan keadilan ini. Tidak ada manusia yang pantas diperlakukan seperti ini, apalagi saat membawa keluarga dan sedang merayakan hari besar agama,” tegasnya dengan suara bergetar.
Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Kapolsek Padang Timur, AKP Harmon, SH, belum membuahkan hasil. Panggilan seluler melalui WhatsApp yang dilakukan awak media hingga berita ini diturunkan belum mendapatkan jawaban.
(Mond)
#DebtCollector #Perampasan #Viral #Peristiwa