Kisah di Balik Viral Video Warga Padang Ambil Semen Cor Jalan: Antara Tuduhan dan Klarifikasi
Viral video warga di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) ramai-ramai mengambil semen cor pengerjaan bahu jalan.
D'On, Padang – Sebuah video yang memperlihatkan warga di Kota Padang, Sumatera Barat, ramai-ramai mengambil semen cor dari truk molen yang tengah beroperasi mendadak viral di media sosial. Aksi warga yang membawa ember dan gerobak sorong untuk mengangkut semen itu menuai sorotan tajam. Namun, benarkah mereka mengambil untuk kepentingan pribadi? Atau ada kisah lain yang belum terungkap?
Video berdurasi singkat itu menunjukkan sekelompok warga, termasuk ibu-ibu, sibuk mengambil adukan semen yang keluar dari truk molen saat proses pengecoran bahu jalan. Tanpa terlihat adanya pengawasan atau larangan, mereka dengan bebas mengisi ember berbagai ukuran dan bahkan gerobak dengan semen basah yang seharusnya digunakan untuk pekerjaan jalan.
Aksi ini langsung menimbulkan beragam spekulasi. Banyak yang menilai bahwa warga tengah melakukan tindakan tak bertanggung jawab dengan “mengutil” semen untuk kepentingan pribadi. Namun, benarkah demikian faktanya?
Lokasi dan Waktu Kejadian: Sebuah Video Lama yang Baru Viral
Tim investigasi dirgantaraonline.co.id, menelusuri lokasi dalam video dan menemukan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Jalan Kampung Jua, Kelurahan Kampung Jua Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.
Fakta menarik terungkap: ternyata video itu bukan rekaman peristiwa baru. Kejadian tersebut sudah berlangsung sejak empat tahun silam, tepatnya pada tahun 2021. Ini terkonfirmasi dari perubahan signifikan yang tampak di sekitar lokasi dalam video, termasuk bangunan rumah warga yang dulu masih dalam tahap konstruksi dan kini telah selesai dibangun serta dihuni.
Ketua RW setempat, Arni Syaruddin, membenarkan hal ini. Ia bahkan mengaku sedikit heran mengapa video lama itu baru kini viral. “Pengerjaan cor bahu jalan itu empat tahun lalu. Saya lupa persis tanggal dan bulannya, tapi jelas itu bukan baru,” ujarnya saat ditemui pada Sabtu (19/4/2025).
Menurut Arni, pengecoran jalan tersebut memang cukup panjang, mencakup area sepanjang ratusan meter dan melintasi wilayah tiga RT dalam tiga RW. Karena panjangnya proyek, proses pengecoran pun dilakukan bertahap dengan bantuan truk molen.
Klarifikasi: Bukan untuk Dicuri, Tapi Dibantu Dirapikan
Menyikapi viralnya video tersebut, Arni menyampaikan bantahan tegas terhadap tuduhan bahwa warga mengambil semen cor untuk kebutuhan pribadi. Ia menjelaskan bahwa apa yang dilakukan warga saat itu sebenarnya merupakan bentuk inisiatif untuk membantu merapikan hasil pengecoran yang dianggap kurang rapi.
“Pengecoran pakai truk molen itu sistemnya sambil jalan. Jadi tidak semua bagian bisa diratakan dengan sempurna. Warga mengambil semen bukan untuk dibawa ke rumah, tapi untuk meratakan bagian depan rumah masing-masing karena banyak yang tidak rata,” jelas Arni.
Ia bahkan mengakui bahwa dirinya ikut serta dalam aksi tersebut. Bukan untuk mengambil keuntungan pribadi, tapi untuk memastikan pengecoran di depan rumahnya layak dan aman digunakan warga. “Saya ambil juga waktu itu, saya ratakan bagian depan rumah saya. Karena kan posisi beton itu berdiri, tidak melandai. Kalau dibiarkan, bisa cepat rusak dan membahayakan,” ungkapnya.
Respons terhadap Larangan dan Aksi Protes
Arni juga mengungkapkan bahwa pada saat itu sempat terjadi gesekan kecil antara warga dan para pekerja proyek. Beberapa warga sempat dilarang mengambil semen, namun mereka menolak dengan alasan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak sempurna dan perlu dirapikan ulang.
“Sempat dilarang ketika itu, tapi warga protes karena hasil kerjanya memang tidak beres. Makanya warga inisiatif ratakan sendiri, bukan mau ambil untuk kepentingan pribadi,” katanya.
Ia menyesalkan bahwa video yang beredar hanya menampilkan potongan saat warga mengambil semen, tanpa menunjukkan konteks utuh mengapa hal itu terjadi.
“Yang diviralkan hanya saat warga ramai-ramai ambil semen saja. Padahal, tidak ada yang menunjukkan mengapa mereka lakukan itu. Jadi masyarakat menilai dari sepotong gambar saja, tanpa tahu cerita lengkapnya,” pungkas Arni.
Viral Tak Selalu Sejalan dengan Fakta
Kisah ini menjadi cerminan bagaimana media sosial bisa menciptakan persepsi yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Sebuah video pendek bisa dengan cepat membentuk opini publik yang bias, terlebih tanpa narasi atau penjelasan dari pihak-pihak yang terlibat.
Fakta bahwa kejadian ini sudah terjadi empat tahun lalu, ditambah dengan klarifikasi bahwa warga hanya mencoba membantu proses pengecoran yang kurang sempurna, menjadi penting untuk diketahui publik. Sebab, tidak semua yang tampak di permukaan bisa langsung dihakimi sebagai kesalahan.
(Mond)
#Viral #Padang