Pengantin Pria di Limapuluh Kota Ditangkap Polisi Tak Lama Setelah Ijab Kabul
HS diperiksa petugas karena diduga kuat terlibat kasus penggelapan pada akhir tahun lalu. (Dok; Polres Limapuluh Kota) |
Pernikahan yang semestinya diiringi dengan senyum dan doa restu berubah menjadi latar drama penegakan hukum. Usai menyampaikan janji suci di hadapan penghulu, keluarga, dan tamu undangan, Epok tak menyangka bahwa hidup barunya sebagai suami akan dimulai di balik jeruji besi.
Penangkapan itu, menurut informasi dari pihak kepolisian, bukan tindakan spontan. Kasat Reskrim Polres Limapuluh Kota, IPTU Repaldi yang didampingi Kanit Reskrim IPDA Afdalrizal, mengungkap bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan selama berbulan-bulan. Berdasarkan laporan seorang wanita bernama Reni Novia, Epok dilaporkan atas dugaan tindak pidana penipuan dan penggelapan barang inventaris usaha milik korban, tempat Epok bekerja.
“Kami sudah melakukan pengintaian sejak lama. Setelah memastikan tersangka hadir di lokasi dan situasi aman, anggota kami yang bersembunyi di kebun sekitar masjid langsung melakukan penangkapan,” ujar IPTU Repaldi, Senin (14/4).
Pengkhianatan di Tengah Kepercayaan
Kasus ini berawal dari kepercayaan. Epok dikenal sebagai karyawan yang cukup lama bekerja di gudang pakan ternak milik Reni Novia. Ia bukan hanya pekerja biasa, namun sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh korban. Namun, kepercayaan itu runtuh ketika Reni mulai mencurigai hilangnya beberapa barang berharga dari gudangnya.
Dalam penyelidikan, polisi mengungkap bahwa sejumlah barang yang berada dalam pengawasan Epok telah dijual secara diam-diam melalui media sosial. Daftar barang yang diduga digelapkan cukup mencengangkan: satu unit sepeda motor, satu becak motor, sepeda gunung, belasan drum pakan, hingga mesin potong rumput.
“Semua barang itu dijualnya tanpa sepengetahuan korban. Ketika ditanya, tersangka mengakui perbuatannya,” jelas IPDA Afdalrizal.
Kerugian yang dialami Reni ditaksir mencapai jutaan rupiah. Ia mengaku kecewa dan merasa dikhianati oleh seseorang yang selama ini ia anggap sebagai orang kepercayaannya.
Motif Ekonomi dan Suara Lirih Seorang Ayah
Saat diperiksa di Mapolres Limapuluh Kota, Epok tak menyangkal perbuatannya. Dengan suara pelan dan mata berkaca-kaca, ia mengungkapkan alasannya.
“Untuk kebutuhan anak saya, Pak. Saya terpaksa,” ujarnya lirih, tanpa menjelaskan lebih jauh mengenai kondisi keluarganya.
Pengakuan itu membuka dimensi lain dari kasus ini — sebuah gambaran suram tentang tekanan ekonomi yang bisa mendorong seseorang ke jurang kriminalitas, bahkan di hari bahagianya.
Dari Pelaminan ke Penjara
Kisah Epok menjadi pengingat bahwa tak semua kisah cinta berakhir bahagia, dan tidak semua pengantin berjalan keluar dari masjid dengan senyum di wajah. Bagi Epok, langkahnya usai ijab kabul bukan menuju pelaminan, tetapi ke dalam mobil polisi yang menantinya di luar.
Kini, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Di sisi lain, sang istri yang baru saja dinikahinya pun harus menerima kenyataan pahit: malam pertama mereka dipisahkan oleh jeruji besi dan kasus pidana.
Kepolisian memastikan proses hukum tetap berjalan. “Kami akan menyelidiki lebih lanjut apakah ada pihak lain yang terlibat, serta kemungkinan adanya korban tambahan,” tutup IPTU Repaldi.
(Mond)
#LimapuluhKota #Kriminal #Penipuan